Musdah: Perempuan Termarginalkan oleh Taliban
Sebagai seorang perempuan pakar yang pernah berkunjung langsung ke Afghanistan, Musdah mengemukan sejumlah fakta yang semestinya tidak mengejutkan, karena dunia sudah mengetahuinya. Seperti halnya Islah, Musdah juga menyajikan slide. Judulnya "Taliban dan Dampaknya Bagi Perempuan".
Musdah mengawali pemaparannya dengan menjelaskan mengenai posisi geografis Afghanistan yang berada di tengah-tengah berbagai negara. Seluruh perbatasannya di darat sehingga tidak memliki akses pantai dan laut. Dalam istilah bahasa Inggris disebut "land lock".
Afghanistan sebenarnya hanya punya 10 suku bangsa. Ini jauh lebih kecil daripada Indonesia yang memiliki lebih dari 300 suku bangsa, belum lagi apabila sub-suku dihitung. Hanya saja, di Afghanistan, tiap suku sangat fanatik (ta'assub jahiliyah) sehingga saling berseteru satu sama lain. Dan itu sudah berlangsung sangat lama sejak ratusan tahun lalu, bukan baru di abad modern saja.
Taliban sendiri baru didirikan pada 1994. Awalnya justru didukung oleh Amerika Serikat, Saudi Arabia dan Pakistan dengan tujuan menggantikan Mujahiddin. Anggota-anggotanya dididik di madrasah-madrasah Pakistan.
Menurut Musdah, "pandangan miring" Taliban terhadap perempuan dimulai dari dianutnya ajaran Islam ala Deobandi yang sangat konservatif dan memandang perempuan hanyalah obyek seksual. Meskipun secara resmi mereka menganut mazhab Hanafi dengan teologi Maturidi.
Meskipun baru kira-kira sebulan Taliban berkuasa, sudah terlihat tindakan-tindakannya yang mendiskriminasikan perempuan. Misalnya peniadaan Menteri perempuan dalam kabinet pemerintahan yang baru dibentuk. Dan juga ada perintah agar perempuan tinggal di rumah, tidak boleh bekerja lagi.
Oleh karena itu, Musdah mengingatkan agar tidak menganggap remeh Taliban. Pengaruh ideologi dan penerapan prinsip keagamaan yang radikal bisa ditiru oleh pengikut Islam garis keras di Indonesia.
Aslama: Taliban Bukan Ancaman