Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meraba Selera Pembaca Kompasiana

1 Maret 2024   20:44 Diperbarui: 1 Maret 2024   20:49 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar daftar tulisan saya di Kompasiana/dokpri

Sejak bergabung di Kompasiana tahun 2008, ternyata saat saya aktif lagi di 2023, tercatat baru 16 kali artikel saya dijadikan "Artikel Utama". Entah saya lupa atau bagaimana, kok rasanya sangat sedikit. Dari 216 tulisan, hanya 63 yang dipilih sebagai "Artikel Pilihan". Alhamdulillahirrabil'alamiin, dari 9 tulisan saya di bulan Februari 2024, 8 di antaranya dijadikan "Artikel Pilihan" dan 1 dijadikan "Artikel Utama". Terima kasih saya ucapkan kepada admin.

Dari pengunggahan tulisan selama dua bulan, saya mengamati lagi terjadi anomali. Salah satu tulisan saya yang dijadikan "Artikel Utama" ternyata kalah jumlah pembacanya dari tulisan lain yang menjadi "Artikel Pilihan".  Artikel yang dijadikan "Artikel Utama" berjudul "Pers Harus Adaptif" (baca di sini). Sementara "Artikel Pilihan" di bulan Februari 2024 yang mendapatkan jumlah pembaca cukup banyak berjudul "Surat Terbuka untuk Prabowo" (baca lagi di sini).

Pola tulisan tersebut mirip dengan tulisan di bulan Desember 2023 yang mendapatkan jumlah pembaca banyak berjudul "Ganjar "Dihajar"" (klik ini). Demikian pula dengan dua tulisan tentang Nahdlatul Ulama (NU) berjudul "Menyaksikan NU Yang Tak Lagi Sarungan" (klik di sini) dan "Muktamar Pemikiran Yang Kurang Pemikiran" (ada di sini). Keempat tulisan saya tersebut mendapatkan jumlah pembaca di atas 200. "Ganjar "Dihajar"" malah di atas 700.

Seperti juga pernah saya tuliskan di artikel "Menebak Sistem Penilaian Tulisan Kompasiana", ada anomali dalam penyebaran tulisan. Tulisan "Muktamar Pemikiran Yang Kurang Pemikiran" yang tidak menjadi "Artikel Pilihan", malah dibaca lebih banyak daripada "Menyaksikan NU Yang Tak Lagi Sarungan" yang menjadi "Artikel Pilihan".

Dalam konteks penilaian untuk mendapatkan "K-rewards" dimana saya hingga kini sama sekali belum pernah mendapatkannya, maka saya jelas mengalami kerugian. Karena 300 lebih pembaca di artikel yang bukan pilihan tidak dihitung. Sehingga, syarat minimum 2.000 pembaca tiap bulan tidak terpenuhi.

Demikian pula perhitungan yang selesai di akhir bulan bersangkutan. Padahal, artikel tersebut terus mendapatkan kunjungan dari pembaca. Saya menghitung total pembaca tulisan saya di bulan Desember 2023 melebihi angka 2.000. Tapi tidak mendapatkan "K-rewards" karena ada tulisan yang tidak dijadikan "Artikel Pilihan" oleh admin Kompasiana. Dan juga ada tulisan yang terus mendapatkan pembaca setelah bulan Desember 2023 berakhir. Hal terakhir tersebut jelas juga tidak lagi dihitung.

Menjadi Diri Sendiri atau Menyesuaikan Selera Pasar?

Pada akhirnya, saya harus bertanya kepada diri. Apakah saya hendak mempertahankan tulisan sesuai selera saya, meski tidak menjadi selera admin Kompasiana? Lebih jauh lagi, apakah saya harus menyesuaikan dengan selera "pasar", dalam hal ini adalah pembaca Kompasiana?

Idealis atau Kompromistis?

Yah, saya memang menulis hanya untuk menulis. Sekarang ini. Bukan untuk mencari penghasilan. Walau saya telah menjadi jurnalis sejak tahun 1993. Tentu saja ketika menjadi jurnalis, saya mendapatkan penghasilan. Akan tetapi, kemudian saya beralih bidang. Sehingga, saya tidak lagi mencari penghidupan dari menulis.

Maka, rasanya pilihan saya saat ini adalah menjadi idealis saja. Saya tidak akan begitu mempedulikan apakah tulisan saya menarik minat pembaca Kompasiana atau tidak. Demikian pula apakah akan dipilih oleh admin sebagai "Artikel Pilihan", "Artikel Populer", atau "Artikel Utama", atau malah tidak jadi apa-apa sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun