Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laporan Pandangan Mata dari Konvensi Media Nasional Hari Pers Nasional 2024

21 Februari 2024   18:33 Diperbarui: 21 Februari 2024   18:38 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana sesi 2 di KMN HPN 2024. (Foto: Bhayu M.H.)

Puncak acara peringatan "Hari Pers Nasional" ("HPN") diadakan pada hari Senin, 19 Februari 2024 dan ditutup di hari Selasa, 20 Februari 2024. Pada hari Selasa, Presiden Joko Widodo sendiri yang berkesempatan hadir memberikan sambutan penutupan.

Saya berkesempatan hadir pada "Konvensi Media Nasional" ("KMN") yang diadakan pada hari Senin, 19 Februari 2024 lalu sebagai bagian dari acara tersebut. Acara diadakan di Candi Bentar Hall, di Putri Duyung cottage, dalam area Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Sedangkan penutupan acara diadakan di Econventional Hall Ecopark Ancol, Jakarta Pusat. Saya tidak hadir di acara ini.

Sebenarnya peringatan "HPN" sendiri jatuh pada 9 Februari setiap tahunnya. Akan tetapi kita semua tahu, pada 14 Februari 2024 lalu adalah Pemilu serentak nasional. Maka, puncak peringatannya pun diundurkan.

Dalam "KMN" tersebut, tampil sejumlah pembicara. Termasuk di antaranya adalah Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Dalam Negeri, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, dan Wakil Menteri Luar Negeri. Tentu saja juga ada dari "orang dalam" pers sendiri, seperti dari Dewan Pers, Persatuan Wartawan Indonesia, dan sejumlah pimpinan media massa nasional.

Dalam tulisan ini, saya hanya menuliskan "laporan pandangan mata" atas acara tersebut secara umum. Gambaran pengalaman sebagai peserta biasa. Disertai kritik dan masukan. Sementara muatan pemikiran saya yang dituangkan dalam sesi "Focus Group Discussion" akan dituliskan dan diunggah terpisah. Demikian pula materi pembahasan yang diberikan oleh para pembicara. Ini agar tulisan menjadi terfokus dan tematik.

Susunan Acara

Tema besar dari "KMN" adalah: "Pers Mewujudkan Demokrasi Di Era Digital". Susunan acaranya padat. Setelah sambutan dan pembukaan oleh Menkominfo, disusul oleh sambutan Pj. Gubernur DKI Jakarta, kemudian Penanggung Jawab (PJ) HPN 2024. Kedua nama pejabat kita sudah tahu, atau kalau tidak tahu bisa dicari di mesin pencari di internet. Sedangkan untuk PJ HPN 2024 dipangku oleh Hendry Ch Bangun yang merupakan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.

Setelah sesi sambutan, disusul sesi 1 bertemakan "Pers Mengawal Hasil Pemilu 2024 dan Keutuhan Bangsa". Tampil sebagai pembicara adalah Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu dan Mendagri, Tito Karnavian.

Sesi 2 setelahnya diisi 4 pembicara. Mereka adalah Abie Besman (Produser Eksekutif Kompas TV), Nezar Patria (Wamenkominfo), Yadi Hendriana (Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers) dan Abdul Aziz (Direktur Utama detiknetwork). Tema yang diangkat adalah "Pers, Demokrasi Digital, dan AI Beretika".

Sebelum istirahat makan siang dan shalat Dzuhur bagi yang beragama Islam, ada sesi 3 diselipkan. Ini justru keynote speech yang diberikan oleh Wamenlu, Pahala Nugraha Mansury. Temanya "Pers dan Lansekap Geopolitik dan Geostrategis Menuju Visi Indonesia 2024-2029.

Setelah waktu "ishoma", dilanjutkan dengan kelas-kelas kecil. Terdiri dari 6 tema berbeda, panitia menyebut sesi ini sebagai "Unconference". Formatnya FGD alias Focus Group Discussion. Ada "Masa Depan Ruang Redaksi", "Pengelolaan Newsroom: Fungsi yang Dibutuhkan dan yang Outdated", "New Talent for Newsroom: Meningkatkan Daya Tarik dan Retensi Profesi Pers", "Strategi Menjaga Kesehatan dan Kesinambungan Bisnis Media", "Peluang dan Ancaman AI terhadap Jurnalisme dan Kemerdekaan Pers", serta "Harapan Pers Terhadap Kepemimpinan Nasional".

Karena sesuai dengan minat dan kepentingan saya, maka saya memilih kelas ke-6. Mengenai muatan pembahasan di kelas tersebut itulah yang akan saya tuangkan dalam tulisan tersendiri.

Penyelenggaraan Acara dan Fasilitasnya

Saat saya datang, meja pendaftaran sudah ditutup. Saya tidak bisa mendaftar. Satu-satunya panitia -seorang pria- di situ menyatakan itu bukan tugasnya dan tidak tahu menahu. Saya yang sudah jauh-jauh datang menggunakan dana pribadi dari Kota Bekasi ke Ancol, langsung "drop". Tapi, saya melihat peserta di sekitar saya tidak menggunaan tanda pengenal peserta. Penjagaan pun tidak ada. Maka, saya pun masuk saja ke ruang konferensi.

Setelah mengamati sebentar, saya menuju meja makanan kecil dan minuman ringan di bagian belakang ruangan. Hanya mengambil sekadarnya untuk mengganjal perut saja. Lalu, saya duduk di kursi bagian belakang. Saat itu yang tampil sebagai pembicara adalah Menteri Dalam Negeri. Jelas saya sudah melewatkan sesi pembukaan dan sambutan.

Karena ingin melihat materi yang ditampilkan di layar lebih jelas, saya pun beringsut maju ke depan. Hingga akhirnya saya duduk di salah satu kursi yang ada di meja bundar. Di situ pun ternyata bebas, bukan sekedar bagi tamu VIP saja. Asal bermental kuat dan "bermuka badak" saja. Tidak ada panitia yang menegur dan meminta saya pindah. Jadi, saya pun enjoy saja.

Kondisi Putri Duyung cottage di area Taman Impian Jaya Ancol terasa sudah jauh berubah nuansanya bagi saya. Terakhir kali saya ke sana mungkin 25 atau 30 tahun lalu. Kini, kondisinya sudah tidak tampak mewah lagi. Malah, agak kurang terawat. Saat ke peturasan, kondisinya mirip di pusat perbelanjaan kelas c. Tidak ada gantungan pakaian, alat penyemprotnya juga kurang kencang, lantainya juga kusam. Hal seperti itu seperti jadi kelaziman saja bagi fasilitas publik di Indonesia.

Acara pameran di koridor depan hanya menampilkan sejumlah foto yang tampak seadanya. Dimaksudkan sebagai semacam "senarai sejarah" perkembangan pers Indonesia. Namun, jelas tidak tampil seutuhnya karena keterbatasan tempat.

Ada beberapa kios penjualan aneka barang kenang-kenangan. Tapi anehnya tidak ada yang menjual makanan atau minuman. Mungkin tidak diperbolehkan oleh pihak pemilik tempat.

Peserta dan Panitia

Sebagian besar peserta tampaknya mendapatkan fasilitas dari panitia. Banyak yang berdatangan dari luar Jakarta. Dan itu jelas membutuhkan transportasi serta akomodasi. Saya termasuk peserta mandiri. Tidak mendapatkan apa pun dari panitia. Bahkan, makan siang pun nyaris tidak dapat. Itu karena posisi saya yang di depan sehingga sulit untuk pergi lebih dahulu.

Pada saat sesi 3 dimulai, di mana sudah melewati jam 12 siang, peserta di bagian belakang sudah bubar. Mereka langsung menyerbu hidangan makan siang di bagian kanan ruangan acara. Entah kenapa panitia membolehkan.

Sedangkan saat sesi 3 selesai, hidangan sudah nyaris habis. Sementara di meja hidangan untuk VIP belum dibuka untuk peserta. Baru setelah hidangan di meja untuk peserta habis, meja VIP dibuka. Saat itu, sudah tidak ada tamu VIP di lokasi acara. Minuman kemasan botol pun habis dengan cepat. Ironisnya, khas orang Indonesia, banyak piring dari peserta yang mengambil lebih awal justru tidak habis. Malah, masih tersisa banyak. Sementara, peserta yang mengambil belakangan justru tidak kebagian.

Sementara panitia, saya lihat saat makan siang mendapatkan kotak konsumsi berukuran besar, berasal dari salah satu hotel berbintang lima. Mewah sekali untuk ukuran panitia sebuah acara yang diadakan lembaga jurnalistik. Biasanya, kemewahan itu dinikmati panitia pesta pernikahan yang diadakan di hotel berbintang lima juga.

Peserta juga tampak tidak diberikan tanda pengenal. Meja pendaftaran juga segera tutup setelah acara dimulai, tidak mengantisipasi peserta yang datang terlambat. Tidak ada juga barang-barang kenangan yang biasanya diberikan panitia suatu acara sebagai oleh-oleh. Padahal, dana untuk konsumsi panitia sebenarnya bisa dialihkan ke sini.

Pembicara dan Moderator

Pembicara dan Moderator yang ditampilkan panitia sudah sangat kompeten. Mereka tentu berbicara sesuai dengan kapasitas jabatannya. Terutama dari pihak pemerintah, tingkatannya minimal wakil menteri. Sehingga, pernyataan yang disampaikan tentunya sudah dirancang cermat.

Demikian pula dari pihak pers. Seluruhnya adalah pimpinan media massa nasional atau pimpinan Dewan Pers. Tentunya sudah sangat mumpuni dalam menyajikan informasi.

Dalam hal pembicara dan moderator, tidak ada keraguan. Kemampuannya sudah tahap adiluhung.

Materi Pembahasan

Outline paparan Wamenlu RI di KMN HPN 2024. (Foto: Bhayu M.H.)
Outline paparan Wamenlu RI di KMN HPN 2024. (Foto: Bhayu M.H.)

Mengenai materi dalam sesi konferensi atau seminar, dimulai setelah sambutan dan pembukaan. Seperti saya tuliskan di sub-bab "Susunan Acara" di atas, ada 3 sesi saling susul-menyusul. Saya tidak bisa berkomentar mengenai materi dalam sambutan dan pembukaan. Karena saat itu, saya belum berada di tempat.

Maka, materi yang bisa saya komentari adalah mulai dari sesi 1 hingga sesi 3. Secara umum, seperti saya sebutkan di atas, materi yang disampaikan tentunya sudah disiapkan dengan baik. Apalagi pejabat negara yang hadir setingkat menteri dan wakil menteri. Posisi terendah saja Pj. Gubernur DKI Jakarta.

Akan tetapi, tetap saja ada yang mengganjal bagi saya. Materi dari Wamenlu RI terasa agak kurang keterkaitannya dengan pers. Terlalu mengglobal dan justru tidak membahas kondisi pers Indonesia dalam konteks dunia internasional. Bagaimana misalnya pers Indonesia musti bersikap dalam konflik Natuna yang merupakan bagian dari geopolitik dan geostrategis negara kita. Hal-hal semacam itu tidak ada dalam paparan. Materinya sangat normatif, dengan materi tentang pers seperti "disangkutkan" saja di bagian terakhir.

Penutup: Saran dan Masukan

Secara umum, tentu saja acara berlangsung baik. Namun, bagi saya yang terbiasa menghadiri acara semacam, terasa kurang tertib. Apalagi HPN sudah berlangsung sejak 1985, semenjak ditetapkan dengan Keppres No. 5/ 1985 tertanggal 23 Januari 1985 oleh Presiden Suharto. Ini menindaklanjuti hasil Kongres ke-28 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Kota Padang, Sumatra Barat, pada tahun 1978. Tanggal 9 Februari sendiri adalah tanggal berdirinya PWI pada tahun 1946 di Surakarta. Maka, seharusnya sudah banyak pengalaman yang bisa dipetik dari penyelenggaraan HPN terdahulu.

Saat berlangsungnya KMN, saya sempat mengira akan ada banyak pertanyaan dari peserta forum. Apalagi mengingat semuanya adalah insan pers. Tapi ternyata tidak. Daripada bertanya, mereka lebih memilih mengobrol dengan temannya atau mengisi perut. Pertanyaan kepada pembicara dilakukan dengan metode "ambush" alias "door stop" seusai pembicara turun dari panggung.

Maka, alangkah baiknya apabila forum seminar serius semacam ini pesertanya lebih selektif. Misalnya pengurus asosiasi jurnalistik atau pimpinan media massa. Bila ingin menghibur wartawan secara umum, maka adakan acara yang lebih santai. Misalnya ada hiburan pergelaran sendratari atau pentas seni lainnya.

Sebaiknya panitia juga menyediakan gerai makanan dan minuman, sehingga peserta bisa membeli. Ini di luar makanan dan minuman yang disediakan panitia. Karena faktanya, makanan dan minuman yang disediakan sangat terbatas.

Demikian pula akan bagus bila disediakan buah tangan bagi peserta. Merchandise dalam goody bag. Tidak harus mahal, namun berkesan. Minimal ada logo dari HPN tahun bersangkutan. Karena bila membeli, tidak semua memiliki dana untuk itu. Dan karena ini acara pers, maka bagus bila ada buku acara dan rilis pers bagi semua peserta.

Saya tahu, panitia sudah bekerja keras. Dan itu patut diacungi jempol. Apalagi di tengah kondisi keterbatasan, dimana bisa jadi anggaran pemerintah sudah terserap untuk Pemilu 2024. Apalagi ditambah penanganan Covid-19 sejak Maret 2020 yang memakan biaya besar. Semoga penyelenggaraan di tahun-tahun mendatang bisa lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun