Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan ke Taman Buaya

17 Oktober 2011   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_142014" align="aligncenter" width="481" caption="Patung buaya penanda telah sampai di lokasi"][/caption]

Jalan-jalan beli es puter/Murah harganya enak rasanya

Kalau bukan karena Amprokan Blogger/Tak bakal beta ke Taman Buaya

Dengan berpantun meniru Menkominfo Ir. Tifatul Sembiring yang membuka Amprokan Blogger 2011, saya merasa begitulah kondisi saya.  Sebagai orang Bekasi pinggiran, saya bahkan tak tahu ada sebuah tempat bernama Taman Buaya Indonesia Jaya (selanjutnya disingkat "TBIJ" saja) di kota ini. Memang sih, dari segi lokasi bisa dibilang jauh, dari pintu tol Pondok Gede Timur sebagai awal jalan tol Jakarta-Cikampek, perlu 2-2,5 jam perjalanan mobil ke sana. Hampir sama dengan waktu tempuh Jakarta-Bandung!

Saya pergi ke sana di hari Minggu, dimana lalu lintas lancar. Namun di hari kerja, seingat saya sewaktu pernah bekerja di kawasan tersebut, bisa dibilang kondisinya nyaris selalu macet.  Karena itu, sebaiknya memang ke sana di akhir pekan saja. Selain masalah lalu-lintas, juga ada alasan lain mengapa sebaiknya mengunjungi tempat itu di hari Sabtu dan Minggu. Karena hanya di dua hari itulah ada atraksi di lokasi yang disebut "Joko Tingkir".

Oh ya, sebelumnya di acara Amprokan Blogger 2011 yang disponsori oleh Indosat, peserta sempat berkunjung ke TBIJ. Namun seperti saya tuliskan di blog (baca kembali di sini), saya tidak mengikuti acara tersebut. Untuk "menebus dosa", saya kemudian melakukan perjalanan sendiri.

[caption id="attachment_142013" align="alignright" width="163" caption="Tiket masuk dan brosur TBIJ di atas dasar kaos Amprokan Blogger 2011"][/caption]

Tiketnya cukup murah, hanya Rp 20.000,00 untuk dewasa dan Rp 10.000,00 untuk anak-anak. Hanya saja bagi yang menempuh perjalanan dari Jakarta, perlu biaya bahan bakar sekitar Rp 100.000,00 pergi-pulang. Tentu ditambah konsumsi bila diperlukan.

Untuk mencapai lokasi, cukup masuk jalan tol Jakarta-Cikampek dan keluar di pintu tol Cikarang Barat. Setelah membayar, lurus saja hingga bertemu pertigaan lampu lalu-lintas (traffic light atau lampu merah), kemudian belok kanan. Sebenarnya dari situ tinggal lurus saja ke arah Cibarusah, namun biasanya di kawasan Lippo Cikarang lalu-lintas dibelokkan ke kiri. Tinggal putar balik saja dan belok kiri lagi, kita sudah berada di jalur lurus menuju Cibarusah. Dari situ, perjalanan sekitar 20-30 menit melalui jalan kelas tiga yang padat pemukiman dan pertokoan kecil di kanan-kiri jalan. Anda akan bertemu Stasiun Transmisi Indosat di sebelah kanan, kemudian RS Hosana Medica di sebelah kiri, setelah itu perlambat laju kendaraan. Taman Buaya terletak di sebelah kanan jalan dengan area parkir yang luas.

[caption id="attachment_142015" align="aligncenter" width="388" caption="Kondisi kolam buaya yang airnya hijau berlumut dan tampak tak terawat"][/caption] [caption id="attachment_142016" align="alignright" width="198" caption="Buaya cacat yang buntung ekornya"][/caption] Memasuki area,  saya merasa harga tiket Rp 20.000,00 terasa terlalu mahal. Hal itu karena situasi tempat yang alakadarnya. Namun setelah melihat kondisi buaya-buaya yang konon berjumlah 500 ekor itu, saya malah merasa harga tiket itu terlalu murah. Betapa tidak, buaya adalah hewan karnivora alias pemakan daging. Maka jelas pakannya mahal harganya. Tak heran bila fasilitas untuk pengunjung terkesan seadanya. Sebagai pencinta binatang, saya menyesal tidak membawa "oleh-oleh" untuk mereka. Apalagi ada monyet juga yang dipelihara, mungkin karena hobby pemiliknya saja. Baik monyet maupun buayanya tampak kelaparan. Buaya yang membuka mulut terus-menerus mengharapkan ada mangsa yang lewat akan terjebak merupakan kebiasaannya di alam liar. Saya bahkan nyaris menangis saat melihat ada buaya yang cacat.

Tidak sulit mencari kekurangan tempat ini. Karena seperti saya sebut tadi, fasilitasnya seadanya. Namun harus diingat, TBIJ adalah milik perseorangan. Dukungan pemerintah terhadap upaya pelestarian hewan ini tampak minim. Ada beberapa logo sponsor yang tampak menua, termasuk di papan petunjuk nama. Tapi tampaknya sehari-hari pemasukan hanya mengandalkan tiket saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun