Tetapi, sekali lagi, itu adalah untuk memudahkan prosesi pernikahannya. Tidak untuk selanjutnya. Suami tetap harus bertanggung-jawab mencari nafkah. Bahkan bila keadaan ternyata membuat istri adalah "bread winner" sehingga menghidupi keluarga dengan penghasilan lebih besar, pihak suami tidak boleh cuma berleha-leha saja. Ia harus tetap berusaha.
Pendeknya, bagi yang masih muda dan berpacaran, kesampingkan cinta erotis atau amor. Apalagi sampai hamil di luar nikah. Karena memiliki anak adalah anugerah dan amanah. Ia seharusnya dirawat dan dijaga dengan baik hingga dewasa. Di samping itu, bila memilih pasangan hidup, hendaknya tidak semata atas dasar cinta. Tetapi kedepankan logika. Apakah benar ia mampu membahagiakan hidup kita kelak?"
Catatan: Saya mengesampingkan faktor agama, karena artikel ini fokus pada pernikahan dipandang dari faktor duniawi. Saya akan bahas soal ini dalam artikel lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H