Mohon tunggu...
Bhaity Dinda Jannaty
Bhaity Dinda Jannaty Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Kupang

Assalammualaikum wr. wb. Hello everyone!:) Let me introduce my self, my name is Bhaity Dinda Jannaty, my nick name is Dinda, i'm twenty one y.o my hobbies are cooking, reading and editing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Syukurnya Seorang Ibu Single Parent

31 Januari 2023   16:54 Diperbarui: 31 Januari 2023   17:34 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Siti dan anak bungsunya Fatma

Sudah satu tahun lebih saya tinggal di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur dan juga sudah cukup banyak tetangga-tetangga dekat yang saya kenal, namun ada salah satu tetangga saya yang berbeda, kenapa berbeda? karena saya melihat dari tilik kacamata saya bahwa kisah perjuang Ibu yang satu ini cukup luar biasa dalam menghidupi anak-anaknya, dan karena itulah saya tertarik ingin mengangkat kisahnya di media sosial.

Tidak banyak orang yang bersyukur menerima takdir dalam menjalani kehidupannya. Namun, kisah seorang ibu yang tinggal di kampung solor, kota kupang ini, akan membuat kita semua perlu untuk lebih banyak bersyukur dengan keadaan yang kita miliki sekarang. Meskipun dari kita masih ada yang mengatakan bahwa banyak yang lebih susah hidupya dari kisah yang saya angkat ini, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa belajar bersyukur dari apapun dan dari manapun, untuk menambah syukur kita kepada Sang Khalik.

Ibu Siti Rahmani, atau biasa disapa dengan sebutan Ibu Siti ini, merupakan single parent yang cukup hebat, karena beliau bukan hanya berperan menjadi seorang ibu, namun juga sebagai seorang ayah. Kisah pilu masa lalu yang begitu pedih dan menjadi bekas luka di hatinya, membuat dirinya tangguh dan kuat menjalani kehidupan serta menghidupi anak-anaknya.

Sudah tujuh tahun lebih, suami Ibu Siti pergi dari rumah meninggalkan dirinya dengan empat orang anaknya. Tidak ada cerita spesifik mengapa sang suami melepaskan istri dan anaknya begitu saja, namun yang pasti suami Ibu Siti pergi meniggalkan sang istri sejak kelahiran anak perempuannya yang keempat, yang sekarang sudah berusia tujuh tahun dan akan menginjak delapan tahun.

Anak keempat atau anak bungsu ibu siti yaitu seorang anak perempuan bernama Fatma, yang merupakan penyandang disabilitas. Fatma terlahir sebagai anak Sindrom Down, yaitu kelainan genetik yang membuat penyandang Sindrom Down memiliki tipe wajah dan ekspresi yang khas dan serupa. Menurut pengakuan Ibu Siti, Fatma saat lahiran normal, namun saat usia 2 atau 3 tahun, fatma pernah terjatuh dari tempat tidur yang kira-kira tingginya setinggi lutut orang dewasa, sehingga membuat fatma jatuh sakit. Ditambah lagi fatma kurang diberi ASI sehingga fatma menjadi penyandang disabilitas (Sindrom Down).

Anak pertama, kedua, dan ketiga Ibu Siti semua normal, hanya  Fatma yang ditakdirkan Tuhan sebagai seorang disabilitas, namun hal itu tidak menjadikan suatu aib yang memalukan bagi Ibu Siti, justru hal itu adalah sebuah cobaan hidup  yang harus diterima dan disyukuri yang diberikan Tuhan kepadanya.

Kegiatan sehari-hari Ibu Siti dalam menghidupi anak-anaknya cukup luar biasa. Setelah sholat subuh, Ibu Siti selalu bersih-bersih rumah terlebih dahulu, seperti menyapu halaman, mencuci piring, membuang sampah dan lain sebagainya, kemudian Ibu Siti melanjutkan memasak untuk sarapan pagi anak-anaknya yang akan berangkat sekolah. Setelah itu, Ibu Siti mempersiapkan anak bungsunya Fatma untuk pergi ke sekolah anak yang berkebutuhan khusus. Dalam seminggu, dua atau tiga hari, Ibu Siti mengantar anak nya itu ke SD 1 SLB menggunakan bemo, dan menunggu hingga pembelajaran di sekolah selesai.

Mungkin ada yang bertanya, darimana penghasilan Ibu Siti jika ia seorang single parent. Tuhan itu tidak pernah tidur, Alhamdulillah menurut pengakuan Ibu Siti, beliau mendapatkan penghasilan dari rumah kos-kosan yang ia miliki sendiri.

Meskipun Ibu Siti memiliki kos-kosan, namun kos-kosan tersebut hanya dipakai selama enam bulan oleh orang yang bernaung dalam kos-kosan tersebut, karena mereka harus pulang kampung lagi, jadi Ibu Siti menerima penghasilan hanya selama enam bulan dalam setahun, artinya enam bulannya lagi Ibu Siti tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di samping itu, Ibu Siti tetap bersyukur karena anak pertama Ibu Siti yang bernama Ikhwan sudah memiliki penghasilan dari tim bola yang ia geluti, namun meskipun begitu penghasilan yang di dapat tentu belum mencukupi kebutuhan tiga anaknya yang masih menempuh pendidikan, yaitu Nurul Asma yang masih menjalani perkuliahan, kemudian Mujadid yang masih bersekolah SMA kelas 1, dan juga yang terakhir Fatma anak ibu siti yang berkebutuhan khusus.

Rejeki manusia sudah Tuhan yang atur, mau itu lebih atau kurang, pasti akan selalu cukup bagi yang bersyukur. Ibu Siti mengaku ia bersyukur, hingga saat ini ia berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya, dan rejeki itu pasti ada saja dan tidak akan tertukar, terbukti Ibu Siti berhasil membesarkan anak-anaknya hingga sekarang.

Kini usia Ibu Siti sudah 54 tahun, di umurnya yang sudah tidak lagi muda, membuat dirinya kembali berjiwa muda untuk terus berjuang menghidupi anak-anaknya, karena rejeki tidak datang sendirinya. Melainkan harus ada sebuah upaya atau usaha dari seorang hamba, dan pasti Tuhan akan memberikan rejeki yang berlipat ganda kepada mereka yang berusaha dan sabar menjalani hidup.

Sekian kisah seorang Ibu single parent yang bisa saya paparkan, mungkin sebagian pembaca ada yang merasa bahwa kisah yang saya ceritakan diatas kurang spesifik, karena ada satu dan lain hal, yang membuat saya tidak ingin menuliskan hal-hal yang tidak ingin disampaikan ke publik, karena untuk Ibu Siti sendiri ada beberapa hal yang bersifat privasi, sehingga saya selaku penulis tidak ingin menulis hal yang tidak disampaikan narasumbernya langsung.

Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun