Mohon tunggu...
Bacho HR
Bacho HR Mohon Tunggu... Administrasi - Pembina KNPI-USA

mantan bagian penggandaan, distribusi dan penulis agitasi-propaganda Famred 98'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menengok Angsa-angsa yang Bertelur Emas di USA

1 September 2024   06:58 Diperbarui: 1 September 2024   11:55 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti hari akhir pekan lainnya, Sabtu ini macam Hari H yang di nanti-nanti, bagi komunitas Indonesia di Philadelphia. Setelah selama sebulan penuh berbagai acara-acara mengisi perayaan Kemerdekaan Indonesia, mulai dari lomba anak-anak, pertandingan olahraga, pengibaran bendera, karnaval baju adat, sepeda Hias, dan peragaan busana tradisi budaya Indonesia, pagi ini semacam perayaan puncak yg di isi dengan berbagai panggung seni dan bazaar makanan tradisional Indonesia, acara yang padat dengan atraksi budaya Indonesia ini melukiskan betapa kaya-nya Indonesia akan keragaman budaya, alat-musik, tari-menari, busana adat yang penuh dengan pernak-pernik indah yang di pesan dan di datangkan langsung dari tanah air, topeng reog, ondel-ondel, bahkan baju dari bulu-bulu burung merak yang indah juga me-mamerkan keindahan marga satwa Indonesia.

Dengan gerbang yang di hias macam gapura candi-candi peninggalan kerajaan hindu-budha, masyarakat Philadelphia baik yang keturunan Indonesia maupun masyarakat setempat yang tahun ke tahun mulai berasimilasi dengan budaya Indonesia memasuki pintu gerbang acara Indonesian festival, mereka menyerbu semua tenda-tenda makanan yang menyajikan beragam makanan-makanan khas tradisional Indonesia, macam tenda "pecel ndeso" yang menyajikan makanan Jawa-timur dan Es-tebu yang di serut di depan pengunjung warga setempat yang berdecak terkagum-kagum dengan tradisi Indonesia dalam upaya membuat segelas minuman yang manis namun organic dan sehat.

Berbagai tarian adat yang di pentaskan tidak sekedar goyang badan megikuti irama macam American disco, tetapi benar tarian-tarian adat yang melalui proses rehearsal berulang-ulang kali hingga anak-anak keturunan Indonesia tidak hanya mampu mengikuti gerak tari, namun makna dari tiap gerakan, dan kearifan tradisi lokal yang terkandung di balik tiap gerak tari yang kadang harus di lakukan selaras dengan arah mata-angin, ketelatenan creographer tari-tari tradisional dalam mewarisi tradisi leluhur ke generasi berikutnya meskipun mereka terlahir di negri asing merupakan salah satu perjuangan yang se-tinggi-tingginya, dalam memastikan semua nilai tradisi, budaya, dan kearifan lokal nusantara akan tetap terjaga.

Keramaian pengunjung mendadak sunyi, terbalak dan terkagum ketika atraksi REOG di mulai, seakan-akan mereka tidak tau harus kagum, bingung, takut, atau merasa asing dalam karya seni tradisional Indonesia yang diadakan di tengah pusat kota Philadelphia namun dengan seni topeng dan gerakan yang mistis dan penuh arti, hal-hal menggali jauh ke akar budaya Indonesia oleh teman-teman organisasi masyarakat indonesia yang di namai "Gapura" inilah, yang membuat para seniman-seniman Philadelphia, dan para board member salah satu sekolah seni tertua di Philadelphia Fleischer art, mempercayai coordinator seni Gapura untuk melakukan banyak pentas seni budaya di lokasi mereka tahun ke tahun, mendatangkan seni traditional Negara kepulauan Indonesia dan memberikan perspektif baru tentang arti Indonesia negri yang kadang hanya di kenal dengan satu-dua keunggulan seperti  tempat wisata, negara rempah-rempah negara mayoritas muslim, atau kadang tendensi negatif macam negara penuh polusi, korupsi, atau 32 tahun pemerintahan  di bawah tirani. 

Warga Indonesia selalu di kenal sebagai warga yang "bergotong-royong" bahkan pola bergotong-royong inilah yang menyelamatkan banyak warga Indonesia ketika tertimpa musibah pandemi covid di awal tahun 2020, kali ini warga indonesia dengan puluhan relawan acaranya kembali menunjukan semangat persatuan dan gotong royong. 

Sejak dini hari warga Indonesia yang menjadi relawan panitia, telah bersiap-siap, di temani seruput kopi, kepulan asap rokok kretek, dan senda gurau yang kerap mengundang gelak tawa; mereka ini lah yang menjadi tonggak berdiri nya tiang-tiang panggung satu persatu, atribut umbul-umbul, dan tenda-tenda bazaar dari 29 vendor berbagai makanan cita rasa Indonesia dan kerajinan Indonesia.

 Terkadang kita hanya melihat hasil akhir kemegahan sebuah acara, seolah-olah sangkuriang membangun panggung dengan kedipan mata dan tentunya di topang dengan kucuran dana tak terhingga dari berbagai perusahaan ternama Indonesia atau group elit gerbong-gerbong nasionalis; pada kenyataannya tiap proposal sumbangan selalu di balas dengan senyuman, dan kata-kata penyemangat macam "mantap kali", "kita bangga" atau "semoga sukses" di ikuti dengan kisah-kisah pilu dana-dana yang banyak terserap pemilu atau keaadan politik yang sedang gonjang-ganjing.

Sehingga pelajaran terpenting dari membangun sebuah acara adalah berhenti berharap pada mereka, dan mulai membangun jaringan relawan yang penuh kemandirian. Karena tingkat kepedulian berbagai departement hanya terbatas pada jabat tangan dan foto bersama, tanpa kepedulian untuk mengkaji lebih jauh bagaimana mewujudkan sebuah acara yang besar dan penuh dukungan masyarakat yang besar, di lengkapi dengan aneka ragam makanan dari berbagai penjuru nusantara dan tari-tarian adat lengkap dengan busana nya bahkan kehadiran maskot betawi Ondel-Ondel di USA.

Andai saja kesuksesan dan keberhasilan kita tidak hanya di ukur dari seberapa banyak piala, medali, pundi-pundi , berbagai lembar ijazah dan surat=surat berharga, mungkin mereka-mereka yang melewati sepanjang hidupnya dengan segala daya upaya untuk menjadi yang terbaik dan berbakti bagi bangsa-nya akhirnya juga bisa berada di lahan yang sejajar dan menapak tingkat pijakan yang sepadan dengan mereka yang dianggap juara. 

Kita kerap mengajari putra-putri kecil kita berbagai perlombaan untuk merayakan kemerdekaan sebagai cara menunjukan bahwa tiap putra-putri bangsa memiliki ragam bakat-bakat berbeda yang bisa di suguhkan kepada bangsanya; baik kecerdasan, ketangkasan, keberanian, atau sekedar kejujuran yang kian hari kian langka ditengah kancah lomba perebutan posisi di arena kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun