Mohon tunggu...
Bacho HR
Bacho HR Mohon Tunggu... Administrasi - Pembina KNPI-USA

mantan bagian penggandaan, distribusi dan penulis agitasi-propaganda Famred 98'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mencari "The Next Habibie" di Festival Indonesia USA

11 September 2023   16:18 Diperbarui: 11 September 2023   20:26 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doc: Papua Student of Rhode Island-Indonesian island country by Gapura

Apa tolak ukur yang kita berikan terhadap komunitas Indonesia di luar negri dalam upaya mereka mengusung budaya bangsanya, menjadi duta bagi budayanya, menjadi penggerak sosial-ekonomi bagi komunitasnya, menjadi perekat bagi kelompoknya, dan menjadi jembatan bilateral bagi negara kelahirannya? 

Jauh di tahun-tahun sebelumnya dalam kurun 25 tahun terakhir, berbagai diskusi tentang festival Indonesia sering menitikberatkan keragaman kulinari Indonesia, berbagai peragaan budaya, dan tari-tarian. Namun, tiap tahunnya berbagai festival Indonesia sering mencari tema-tema pembeda. Tahun ini pembeda itu adalah tema "Indonesia the Islands Country" atau dalam bahasa Indonesia disebut "Negara Kepulauan".

Tema "Negara Kepulauan" di tahun ini tidak hanya menjadi pembeda, melainkan menjadi milestones yang mana masyarakat Indonesia di USA, yang mencoba menjadi duta budaya Indonesia bagi sekitarnya, mulai mengusung "kesetaraan budaya bagi setiap pulau" sehingga kekaguman masyarakat internasional tidak lagi harus terpaku pada budaya satu Pulau Dewata, yang telah menjadi perhatian dunia internasional sejak zaman kolonial Belanda. 

Berbagai budaya kepulauan dijadikan persembahan, mulai tarian yang umum seperti adat jawa-Sunda, Sumatera-Aceh, namun yang paling menarik adalah kehadiran tari-tarian Papua dan Sulawesi Tengah, Poso.

Hal ini menarik sehingga persembahan Indonesia ke dunia internasional menjadi komplit, Papua tak hanya mempersembahkan hasil bumi tembaga dan emasnya, tetapi juga dunia internasional harus belajar mengenal siapa orang Papua dan bagaimana budaya mereka. Begitu pula untuk Sulawesi tengah, diharapkan dunia internasional tidak hanya menikmati tambang Nickel Morowali, tapi juga mulai mengenal dan mempelajari budayanya. 

Dalam keramaian pengunjung yang berdesak-desakan dan hilir-mudik di antara stand-booth tenda makanan, hiruk-pikuk sorak penari Papua dan alunan berbagai lagu tradisional Indonesia yang mewarnai suasana Downtown Philadelphia, tepatnya di muka gedung institusi dan akademi seni Fleisher art Memorial, yang telah berdiri sejak 1898. 

Timbul pertanyaan yang amat sangat sederhana, mengapa tak ada satu pun logo ataupun spanduk sponsor dari brand ternama Indonesia ,baik yang telah meraup keuntungan besar di Philadelphia maupun brand yang menjadi simbol kebanggaan bangsa, seperti Indofood, Sampoerna, Sosro, Mustika Ratu, Sido Muncul, BCA, BNI, XL, Telkomsel, Bakrie, Ultramilk, Gramedia, dan Mayora. 

Lantas layakkah kita bersuka ria di depan kemegahan panggung, yang kita khawatirkan terwujud oleh upaya mandiri para seniman budaya ini, atau mereka-mereka yang datang dari berbagai penjuru kota dan negara dengan dana pribadi, bermodalkan tekad ingin menjadi duta dunia bagi budayanya? Layakkah kita berbangga hati dan bergembira di atas jerih payah rekan-rekan seniman, mereka harus banting tulang dan peras otak untuk menjunjung budayanya?

Di sisi lain, di berbagai diskusi masa depan Indonesia 100 tahun menuju 2045, para podcaster politik sibuk melukiskan terdapat beberapa faktor yang akan menghantar Indonesia menjadi negara terbesar secara ekonomi nomor empat di dunia, dan faktor tersebut sering ditujukan pada kehebatan diaspora Indonesia, dengan istilah bagai pembalap ulung Formula 1. 

Diaspora sudah terbiasa menghadapi dan ahli tikungan tajam, belum lagi harapan Prsiden Jokowi agar penerima beasiswa LPDP lekas pulang hingga kita bisa ikut berharap akan terlahir "The Next Habibie" di antara para pelajar Indonesia atau negotiator dan diplomat ulung yang akan menghantarkan Indonesia ke "globalisasi-meja bundar" yang setara antarnegara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun