Mohon tunggu...
Bambang Gareng Nilwarto
Bambang Gareng Nilwarto Mohon Tunggu... Bidang kesehatan -

Perantau di negeri dingin dengan one way ticket. Selalu merindukan nasi pecel, rempeyek dan tempe goreng. Tidak terverifikasi! Bawel, ngèyèlan, sok tahu, sok pinter.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri "Neraka" di Paris

11 Juli 2015   20:21 Diperbarui: 11 Juli 2015   20:24 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam temaramnya, kadang terlihat seperti ada bayangan yang sedang duduk atau berdiri. Kadang memandang dengan mata kosong, atau menopang dagu sambil duduk di lantai yang basah dan dingin.

Korban epidemi? Pembunuhan? Atau mungkinkah ada di antara mereka korban hukuman pancung dengan Guillotine pada waktu revolusi Perancis? Bersamaan dengan ratu Marie Antoinette?

 

 

Terasa seolah banyak jiwa-jiwa yang tidak tenang berseliweran, bergentayangan di lorong-lorong yang gelap itu. Mencari ketenangan, yang mungkin tidak akan pernah mereka jumpai.

Setelah kira-kira 30 menit, lorong mulai agak melebar dan lampu mulai terang lagi. 

Sampai akhirnya tangga keluar tercapai. Sebelumnya kaki harus bekerja lagi dengan giat, melangkahi beberapa puluh anak-tangga yang sempit, sampai akhirnya sinar matahari menyambut pengunjung.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun