Mohon tunggu...
Naviz De Vinci
Naviz De Vinci Mohon Tunggu... Perawat - Pembelajar di Universitas Maiyah

sedang terdampar di Baden Wurttemberg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Memory of Ciplukan

14 Mei 2017   15:26 Diperbarui: 14 Mei 2017   15:41 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kala jaman SD dulu ketika banyak lahan masih ditanam Palawija, ada satu ritual wajib yang ditanyakan ke Emak sepulang dari Sawah. “Mbeto Ciplukan mboten?” (Membawa Ciplukan tidak?). Pun ketika hari libur tiba, cukup sering mencari Tebu dan buah Cip-luk-an, disamping sok-sok-an menangkap kupu-kupu yang berterbangan di Sawah.

10 tahun kemudian, waktu jalan di supermarket Jerman semacam Penny, Aldi, atau Netto cukup terheran, karena menemukan Ciplukan dipajang cantik berdampingan dengan Anggur ungu, Anggur Hijau, Apel, Markisa dan buah-buah lain. Tak tanggung-tanggung, Ciplukan ini masuk dideretan buah-buahan berlabel Bio alias bebas bahan kimia, sehat, dimana orang Jerman kebanyakan membeli buah-buah berlabel seperti ini. Disini Ciplukan disebut Physalis. Morel berry (dalam bahasa Inggris), Cecendet (Sunda), Yor-yoran (Madura), Lapinonat (Seram), Angket, Kepok-kepokan, Keceplokan (Bali), Dedes (Sasak), dan Leletokan (bahasa Minahasa).

Di Jerman, 100 gram-nya dijual 1 Euro, atau hampir 15.000 rupiah. Maka, 1 Kg Ciplukan dihargai hampir 150.000 rupiah (ngalah-ngalahin harga cabe di Indonesia). Sedang di Amsterdam bisa mencapai 2.5 Euro per 100 gram-nya. Sahabat saya yang tinggal di sekitar Bromo mengatakan suatu saat buah ini akan dihargai 500.000 dalam satu kilogramnya. Maka seberapapun harganya, selama kandungan gizi dari buah tersebut bagus bagi tubuh maka Bule-bule disini tetap membelinya.

Tumbuhan liar ini biasanya ditemukan di atas permukaan laut, di tanah tegalan, atau sawah kering. Tumbuh subur di dataran rendah sampai ketinggian 1.550 meter. Dan bisa ditemukan di semua negara dengan iklim tropis seperti Afrika, Asia, dan Amerika

Ciplukan sekilas berbentuk seperti kantong kemih, sehingga nama ilmiah-nya Physalis angulata L. Dalam bahasa Yunani physalis berarti kantong kemih. Tanaman ciplukan terbukti mampu mengatasi hipertiroid, kanker, serta penyakit diabetes militus. Ciplukan mengandung senyawa asam sitrun, fisalin, asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, dan vitamin C. Kandungan kimia ceplukan antara lain Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulantin A, protein, minyak lemak, asam palmitat dan asam stearat, alkaloid, glikosida flavonid, dan saponin.

Baedowi (1998) telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara invivo pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat memengaruhi sel β insulin pankreas. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas anti hiperglikemi dari ciplukan. Januario et al. (2000) telah menguji aktivitas antimikroba ekstrak murni herba ciplukan fraksi A1-29-12 yang terdiri dari fisalin B, D, dan F menunjukkan KHM (Kadar Hambat Minimum) dalam g.mL-1. Fisalin m menghambat mycobacterium tubercolosis H37Rv sebesar 32 B dan D murni menunjukkan nilai KHM dalam menghambat mycobacterium tubercolosis H37Rv masing-masing sebesar >g.mL-1 dan 32 m 128 g.mL-1. Diduga fisalin D berperan penting pada aktivitas antimikroba m yang ditunjukkan.

Sedang, Maya, Dita, Adam, Muthi dan Edy yang tergabung dalam Cancer Chemoprevention Reserach Center, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada melakukan riset pada buah ciplukan. Riset tersebut diadakan atas panggilannya menemukan solusi bagi penderita Kanker payudara untuk mengembangkan alternatif pengobatan dengan bahan alam yang diharapkan memberikan efek samping kecil namun tetap memiliki efek terapi yang baik. Ekstrak etanolik herba ciplukan (EEC) diuji efek sitotoksiknya pada sel MCF-7 menggunakan metode MTT untuk memperoleh IC.Selain itu dilakukan juga pengecatan DNA dengan akridin oranye-etidium bromida (double staining) untuk mengamati terjadinya apoptosis. Darihasil penelitian, diperoleh IC sebesar 187 μg/mL yang menunjukan EEC poten sebagai agen sitotoksik. Hal ini didukung oleh hasil double staining yang menunjukkan sel mengalami apoptosis. Dan ditemukanlah dari penelitan itu bahwa ekstrak etanolik herba ciplukan memiliki efek sitotoksik dan memacu apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7, alias mampu membantu penyembuhan kanker payudara. Sehingga kalau nanti dihargai 500.000 pun pasti sebanding, sebab menjadi Obat mujarab bagi penderita.

***Bersambung***

#writingchallenges14

Nafisatul Wakhidah

Zwiefalten, 14 Mei 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun