Mohon tunggu...
Bety Sulistyorini
Bety Sulistyorini Mohon Tunggu... -

Penulis buku parenting, mantan karyawan perbankan asing, pecinta DraKor dan kopi yang jatuh cinta pada kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelajaran Hari Ini

5 Juli 2011   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hidup ini sebuah perjalanan panjang. Ada waktunya untuk belajar, ada waktunya untuk mengajar. Ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk menangis. Ada waktu untuk berjalan, ada waktu untuk berlari dan ada waktu untuk berhenti sejenak.
Ada waktu untuk menatap lurus ke depan, namun ada juga saat untuk menengok ke belakang.

Masa lalu jangan pernah diperpanjang,kata salah seorang pesohor. Karena detik ini akan segera menjadi masa lalu bagi kita. Tak perlu menghidupkan masa lalu karena masa lalu tak kan pernah kembali. Namun dia ada untuk sekedar cerminan agar kita tak salah jalan meneruskan sisa perjalanan yang terhampar di depan.

Perjalanan terkadang bisa terasa sangat melelahkan. Namun seringkali sangat menyenangkan. Kita mungkin tak bisa memilih apa yang akan kita temui sepanjang perjalanan ini. Tapi kita bisa memilih untuk menentukan tindakan apa yang akan kita ambil dalam menghadapi apa yang di depan kita.

Dan jika suatu saat kita bertemu dengan orang-orang yang pernah hidup di masa lalu, tersenyumlah! Meskipun mungkin tidak semua hal yang telah kita lalui bersamanya menyenangkan. Tapi karna mereka lah kita menjadi lebih kuat sampai hari ini. Bersyukurlah karena mereka pernah berbagi hidup dengan kita.

Tuhan tidak pernah menjanjikan hari-hari yang kita lalui akan senantiasa cerah. Tapi Dia janjikan bahwa Dia akan selalu ada apapun yang terjadi! Mungkin kita menghadapi badai yang sedang mengamuk...topan yang melemparkan kita ke kanan dan ke kiri. Seolah ini adalah akhir dari perjalanan kita...dan kita mulai panik. Terkadang kita berteriak memohon agar badai ini dihentikan. Namun justru semakin besar. Saya sedang berpikir mungkinkah Tuhan membiarkan badai ini mengamuk sementara Dia ingin menenangkan kita? Seringkali kita meminta Dia menenangkan badai di sementara kita justru semakin 'mengamuk'. Mungkin Tuhan mau agar kita tetap tenang, agar kita dapat berdoa. Karena di dalam ketenangan, kita bisa berdoa. Biarkanlah badai mengamuk, dan Tuhan yang bekerja.

Terlalu banyak hal yang bisa ditulis untuk menceritakan perjalanan hidup. Karenanya, siapkanlah hatimu untuk menjadi seluas samudera agar setiap moment bisa kau simpan di dalamnya. Sebab, setiap moment itu terlalu berharga untuk dilupakan. Upgrade levelnya setiap saat kamu mampu, karena hidup yang berkualitas adalah hidup yang senantiasa bertambah baik dari kemarin.

Semoga ketika suatu saat nanti kita punya kesempatan berjumpa dengan orang-orang dari masa lalu, mereka menemukan diri kita menjadi seorang pribadi yang jauh lebih baik dari apa yang mereka ingat.

Saya masih banyak belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari. Karena bagi saya hidup adalah belajar. Dan saat saya berhenti belajar, itu adalah saat di mana saya menemukan perhentian dari perjalanan panjang ini.

So, apa yang telah kau pelajari hari ini? Semoga apapun itu, bisa membuat kita lebih bijaksana dan kuat menghadapi ujian-ujian di depan sana.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun