Rakyat Indonesia yang majemuk dan beragam pastinya memiliki kepercayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, dan memiliki kepercayaan yang tinggi pula sesuai dengan agama/kepercayaan/sistem kepercayaan yang dianutnya. Salah satu bentuk kepercayaan yang dilakukan di Indonesia adalah kegiatan ritual, kegiatan ini adalah salah satu teknik/metode yang paling sering digunakan dalam kegiatan sakral yang dianggap suci dan penting untuk dilakukan serta dijadikan sebagai budaya/adat tersendiri, seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan upacara lainnya. Â
Aspek ritual tersendiri adalah aspek kepercayaan terhadap suatu adat sosial maupun adat agama yang dapat dilakukan secara kelompok maupun perseorangan sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Secara  leksikal,  ritual  adalah  “bentuk  atau  metode  tertentu  dalam melakukan  upacara  keagamaan  atau  upacara  penting atau  tatacara  dalam bentuk  upacara.  Makna  ini  menyiratkan  bahwa,  aktivitas ritual  adalah aktifitas yang berbeda daripada biasanya,  terlepas  dari  ada  tidaknya  nuansa keagamaan atau kekhidmatan.
Aspek kegiatan ritual  adalah  sesuatu  ungkapan  kegiatan yang bersifat  lebih logis  dan rasional, karena aspek ini  memperlihatkan simbol simbol yang diobjekan yang ditata sedemikian rupa, sehingga memperlihatkan perilaku dan peranan serta  bentuk pribadi para pemuja dan yang dipuja mengikuti aturannya masing-masing. Aspek ritual seringkali digunakan pada saat berlangsungnya upacara keagamaan,  seperti  upacara  kelahiran,  kematian, pernikahan  dan  kegiatan  sehari-hari  untuk  menunjukan  diri  kepada kesakralan suatu perlakuan secara khusus.
Kepercayaan adalah suatu bentuk rasa percaya/keyakinan terhadap suatu hal yang terlihat maupun yang tidak terlihat yang diyakini keberadaan maupun kebenarannya yang dipercaya mampu menghadirkan energi yang dampak positif (suci) yang berasal dan berhubungan dengan kegiatan masa lalu yang dapat dimplementasikan kembali dalam kehidupan sehari hari. Bentuk kepercayaan dapat berupa kegiatan ritual keagamaan, ritual keagamaan adalah segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan nilai nilai keagamaan yang dijadikan sebagai rutinitas dalam kehidupan sehari hari dan dijadikan sebagai pedoman hidup dalam menjali hubungan kepada Tuhannya dan kepada manusia lainnya.Â
Menurut Gluckman kegiatan ritual adalah kegiatan upacara yang dilakukan dengan terbatas, yang memiliki makna simbolis secara kompleks, karena kegiatan ritual ini menyangka lurusan  sosial  dan  psikologis yang  lebih  dalam, dan mengacu pada sifat dan tujuan yang mistis atau religius. Sedangkan menurut Leach, kegiatan  ritual  adalah perilaku dalam mengungkapkan status pelakunya sebagai mahluk sosial dalam sistem struktural dimana tempat keberadaannya pada saat itu.Â
Hal ini sejalan dengan pendapat oleh Lessa  dan  Vogt,  dimana kegiatan ritual  adalah kegiatan yang mencakup  semua tindakan simbolik, baik yang bersifat duniawi atau sakral, baik yang menggunakan teknik/metode  sederhana atau  rumit.  Dengan  kata lain  diyakini bahwa kegiatan ritual adalah kegiatan yang memiliki  aspek  ritual  sekaligus  non-ritual. Kadar dari  aspek  ritual  dan non-ritual ini  tergantung  pada  ekspresi  yang  diperlihatkan  oleh individu  yang  bersangkutan melalui  tindakannya dan perilakuknya,  baik  nilai  status  dan  simboliknya  maupun  tujuan  atau kegunaan  praktisnya. Â
Berangkat  dari  pandangan perspektif konvensional,  menurut Dhavamory  kegiatan ritual  adalah  suatu kegiatan yang mengakibatkan  suatu  perubahan  ontologis  pada  manusia  dan mentransformasikannya  pada  situasi keberadaan  yang  baru,  misalnya; penempatan-penempatan  pada  lingkup  yang  kudus.  Sehingga kegiatan ritual digambarkan sebagai kegiatan suci yang memiliki tingkat perbedaan antara pergulatan dan tindakan, ritual juga mengingatkan peristiwa-peristiwa primordial serta memelihara  danenyalur  kepada  masyarakat mengenai pembaharuan hidup, dimana para  pelaku  kegiatan yang melanggar norma akan membuang kegiatan dan perilaku  masa  lampau  yang  kurang baik dan  melanggengkan  tradisi  suci  serta memperbaharui fungsi-fungsi kehidupannya. Kegiatan ritual dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
- Ritual magis,  yaitu tindakan yang  dikaitkan  dengan  penggunaan  bahan bahan yang bekerja karena adanya daya mistis.
- Ritual religius, yaitu tindakan yang dilakukan secara keagaamaan dan sesuai dengan kultur para leluhur.
- Ritual  konstitutif,  yaitu tindakan yang  mengungkapkan  atau  mengubah  hubungan sosial (mistis), dimana setiap individu maupun kelompok memiliki  kehidupan menjadi khas.
- Ritual  faktitif,  yaitu tindakan yang  meningkatkan  produktivitas  pemurnian dan  perlindungan  serta  meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok
Dalam  antropologi,  kegiatan  ritual  dikenal  dengan  istilah  ritus. Ritus  adalah kegiatan yang dilakukan  untuk  mendekatkan  diri dengan  Sang  Pencipta (Tuhan),  agar mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dan melimpah dari suatu daya yang telah dilakukan, seperti kegiatan ritual upacara sakral ketika akan turun kesawah, kegiatan ritual menolak bahaya/tolak baya yang  telah diperkirakan  akan  datang,  ritual  untuk  meminta perlindungan  maupun  pengampunan  dari  dosa, ritual  untuk  mengobati penyakit (rites  of  healing),  ritual  perubahan  siklus  kehidupan  manusia, seperti  pernikahan,  kehamilah,  kelahiran,  kematian  bahkan kebalikan  dari  kebiasaan  kehidupan  harian (rites  of  reversal),  seperti puasa pada bulan atau hari tertentu, kebalikan dari hari lain yang mereka makan  dan  minum  pada  hari  tersebut.  Tentunya kegiatan ini dilakukan bukan semata untuk mendapatkan berkah melimpah dari Tuhan saja, namun kegiatan ritual ini dilakukan untuk mendekatkan sesama diri dengan orang lainnya sebagai mahkluk ciptaan-Nya.
Dalam setiap kegiatan ritual yang dilakukan biasanya terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, peralihan  dan  tahap penggabungan. Pada  tahap  persiapan,  setiap individu  akan dipisahkan antara satu dengan lainnya dari  suatu  tempat,  kelompok  maupun  status.Â
Kemudian dilanjutkan dengan fase  peralihan,  yaitu setiap individu akan disucikan (mensucikan diri) dan  menjadi  invidividu baru sesuai dengan prosedur-prosedur  perubahan. Fase terakhir adalah fase  penggabungan, fase ini adalah fase dimana seseorang/individu secara  resmi ditempatkan pada  suatu  tempat,  kelompok  atau  status  yang  baru yang akan memberikan pembaharuan yang positif didalam kehidupan selanjutnya.Â
Pada fase terakhir yaitu fase penggabungan (penerimaan fase baru) setiap individu akan  cenderung dikaitkan  dengan  krisis-krisis  hidup  individu – individu tersebut. Individu ini dapat mengajukan  pendapat  untuk  menambahkan satu ataupun lebih kategori baru secara terstruktur dan fundamental, yakni seperti ritual intensifikasi dan kontrol sosial.