Lalu, dari sisi derajat kepentingannya, apakah situasi atau masalah yang menjadi penyebab kemarahan kita adalah sesuatu yang penting untuk dipermasalahkan?
Melalui assessment tersebut, paling tidak akan terbangun sistem untuk 'mengeliminasi' calon-calon penyebab amarah yang sebenarnya tidak 'qualified' dijadikan dasar amarah.
Nah, jika memang amarah tersebut layak disalurkan, tentu pilihan kita adalah bagaimana mengekspresikannya?. Seperti yang telah sedikit dibahas sebelumnya, menyalurkan amarah tersebut menjadi energi positif bisa menjadi salah satu caranya.
Kita mulai dengan salah satu contoh yang paling kontroversial, Young Lex.
Sepak terjangnya di dunia hiburan Indonesia tidak pernah lepas dari cacian dan hinaan kebanyakan masyarakat. Ya memang, muncul dengan tato dan gaya bicara yang 'kasar', tentu membuat siapapun berpikiran sosok ini dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak muda di Indonesia.
Tanpa mental yang kuat, tidak mungkin laki-laki ini bisa bertahan. Salah satu quote-nya yang cukup memorable merespon banyak cacian masyarakat adalah "gue balas pake karya".
Betul, alih-alih Ia sibuk terbawa emosi, Ia justru mengonversinya menjadi motivasi untuk membuat karya. Saat Ia membuat lagu dan diunggah di channel Youtube-nya, viewers-nya selalu menunjukkan angka yang signifikan, yang ternyata merupakan gabungan dari lovers-nya dan haters-nya.
Menarik, Ia justru dapat keuntungan dari orang yang membencinya, menyalurkan amarah orang lain menjadi keuntungan, smart bukan?. Ya walopun buat saya, karyanya sih tetap enggak jelas, tapi secara karir, Ia terus menanjak, bahkan berhasil menembus dunia pertelevisian Indonesia.
Contoh selanjutnya adalah sang maestro di dunia sepakbola, Zlatan Ibrahimovic. Dalam buku biografinya, I am Zlatan, sosok yang sering di-cap sebagai seorang yang arogan ini menjelaskan bahwa ketika Ia bermain sepakbola, Ia akan membiarkan amarah mengalir di aliran darahnya.
Namun, Ia juga jujur mengatakan bahwa pada awalnya, amarah yang mengontrolnya, namun seiring berjalannya waktu, Ia yang mampu mengontrol amarah itu, dan menyalurkannya menjadi energi yang membuatnya selalu bermain meledak di lapangan hijau.
Salah satu momen yang pantas diingat adalah ketika media Inggris selalu 'menghinanya' dengan menyebutkan bahwa Zlatan selalu tidak berdaya ketika bermain melawan kesebelasan Inggris. Ia menyalurkan amarah tersebut dan membungkam media Inggris saat pertandingan tim nasional Swedia saat melawan Inggris di Stockholm, Swedia beberapa tahun yang lalu.