Sebaliknya, jika anda lebih banyak memilih option AÂ yaitu lebih dari empat kali, maka anda adalah seorang risk averse.
Alat ukur lain yang dapat anda gunakan untuk mengetahui apakah risk attitude anda adalah menggunakan variabel personality yang sudah sangat populer di dunia yaitu Myers--Briggs Type Personality Indicator, yang bisa anda dapatkan di sini https://www.16personalities.com/free-personality-test.
Melalui hasil tes tersebut, anda dapat mengukur apakah risk attitude anda. Seseorang yang memiliki skor sensing/judging yang tinggi, cenderung merupakan orang yang risk averse.
Sebaliknya, orang yang memiliki skor yang tinggi intuition and prospecting cenderung merupakan tipe orang yang risk seeking.
Nah, kaitannya dengan informasi hoaks, seorang yang risk averse tentunya secara natural akan sangat berhati-hati dalam menggunakan media sosial, termasuk membagikan informasi.
Namun masalahnya, terlalu berhati-hati juga bisa berarti mengurangi potensi pertukaran informasi di media sosial, dan kerugian bagi orang lain jika sebenarnya informasi yang dimiliki ternyata merupakan informasi yang valid dan bermanfaat.
Sebaliknya, seorang risk taking akan cenderung secara natural mudah dalam membagi informasi, dimana mungkin saja akan lemah dalam melakukan validasi informasi dan check-and-recheck, sehingga malah menyebarkan informasi yang tidak akurat atau tidak benar.
Idealnya, pengguna media sosial merupakan seseorang yang risk neutral, dimana ketika ada informasi yang ada di hadapannya, orang tersebut akan melakukan validasi keakuratannya, menilai manfaatnya, baru membagikannya jika hasil penilaiannya menunjukkan bahwa informasi tersebut benar dan bermanfaat bagi orang lain.
Akhirnya, mari perangi penyebaran informasi hoaks dengan cerdas dalam bermedia sosial, dimulai dari diri kita sendiri.
Salam sadar risiko.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H