Seorang yang netral (risk neutral person), memiliki strategi untuk mendapatkan keuntungan. Dalam menghadapi ancaman dan peluang, orang yang berisiko netral sangat dewasa, hanya akan mengambil tindakan saat secara jelas memiliki potensi untuk memberikan manfaat.
Nah, setelah memahami konsep risk attitude dan tipe-tipenya, maka akan coba kita kaitkan dengan sikap orang dalam menggunakan media sosial. Yang utama harus dipahami, tentu tidak kemudian secara mutlak berarti bahwa seorang risk averse tidak akan menggunakan media sosial.
Kenapa? karena masih ada faktor-faktor lain yang akan memengaruhinya. Sebaliknya, seorang risk taking juga belum tentu secara otomatis akan dengan mudah memutuskan untuk menggunakan media sosial.
Yang harus dipahami adalah mengetahui sikap kita terhadap risiko akan memudahkan kita menilai kesesuaiannya dengan keseharian kita dalam bermedia sosial.
Misalnya, jika setelah dinilai kita ternyata adalah seorang risk taking, maka kita perlu menilai kembali, secara natural berarti kita berani mengambil risiko, sehingga dalam mengambil keputusan dalam interaksi media sosial harus lebih berhati-hati.
Tapi, seorang yang risk averse juga bukan berarti positif lho, karena terlalu takut mengambil risiko akan menyebabkan kita ragu menggunakan media sosial, yang padahal juga memiliki banyak sisi positifnya.
Jadi, sikap ideal dalam memandang risiko adalah sikap netral, atau risk neutral. Lalu bagaimana membentuk pribadi yang risk averse ataupun risk taking menjadi risk neutral? Caranya adalah dengan meninjau faktor Internet risk.
Faktor ini dapat diminimalisasi dengan peningkatan pengetahuan pengguna tentang internet dan media sosial.
Lalu perlu juga meningkatkan kesadaran terkait cognitive bias sehingga dalam menilai risiko menjadi lebih akurat dan tidak bias yaitu menilai risiko yang seharusnya rendah menjadi tinggi atau sebaliknya.
Lalu, bagaimana mengetahui sikap risiko anda?. Anda dapat menggunakan dua tes dibawah ini: