Artinya, semakin tinggi persepsi orang tersebut melihat adanya risiko dalam menggunakan media sosial, akan membentuk sikap risiko orang itu, menjadi seorang risk averse.
Sebaliknya, jika orang itu mempersepsikan bahwa risiko penggunaan media sosial adalah rendah, maka akan cenderung membentuk sikap risiko orang tersebut menjadi risk taking.
Sebelum jauh melangkah, tentu kita harus memiliki pemahaman yang sama atas istilah risk attitude, sehingga secara singkat akan coba penulis jelaskan, disimak ya.
Risk attitude atau sikap risiko sangat bervariasi karena berbentuk spectrum, namun terdapat tiga tipe risk attitude yang diketahui dan telah didefinisikan secara luas, yaitu risk averse, risk neutral, dan risk seeking/risk taking. Jika anda adalah seseorang yang menghindari risiko (risk averse) maka anda akan merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian, hanya memiliki sedikit toleransi terhadap ambiguitas (dalam konteks ini, ambiguitas memiliki arti adanya sudut pandang atau perspektif yang beragam dalam mengevaluasi apakah atas hal yang dilakukan akan diperoleh dampak negatif atau apakah suatu risiko dapat ditoleransi atau bahkan diterima), dan mencari keamanan dalam menghadapi risiko.
Anda akan cenderung lebih memilih opsi yang kurang menguntungkan namun tidak/kurang berisiko. Seseorang yang menghindari risiko lebih memilih mendapatkan jumlah nilai tertentu yang pasti (certain value) pada situasi yang berisiko tinggi.
Sebaliknya, seseorang yang risk averse lebih rela membayar premi atas risiko (risk premium) untuk mengurangi risiko, contohnya adalah ketika anda membeli asuransi untuk mengurangi risiko.
Berkebalikan dengan risk averse, seseorang yang risk seeking cenderung cepat beradaptasi dan tidak ragu-ragu untuk bertindak.
Orang yang bertipe seperti ini akan sangat antusias untuk menangani ketidakpastian, namun kadang antusiasme itu malah dapat menghalangi pandangannya terhadap potensi bahaya, menyebabkan keputusan dan tindakan yang tidak tepat.
Risk seeking person melihat ancaman dan peluang secara terbalik, cenderung meremehkan ancaman, baik terhadap probabilitas dan konsekuensinya, dan menilai terlalu tinggi pentingnya sebuah peluang, yang dapat memancing orang tersebut untuk mengejar peluang dengan sangat agresif dan bersedia menoleransi kemungkinan hasil yang merugikan.
Sebaliknya, bagi risk averse person, akan cenderung bereaksi berlebihan terhadap ancaman dan kurang dapat merespon terhadap adanya peluang.
Di antara risk-averse dan risk-seeking, ada risk neutral. Seperti karakteristik dari kata 'netral', risk neutral berarti tidak terpolarisasi ke salah satu kutub, yaitu risk-averse dan risk-seeking.