Mohon tunggu...
Betra Widaya
Betra Widaya Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Cabang Jakarta Selatan 2018

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Nasionalisme, Pemuda dan Digitalisasi

13 Mei 2022   14:05 Diperbarui: 20 Mei 2024   08:31 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis : Betra Widaya, S.Sos

Sebuah bangsa dapat bertahan ketika semangat dan jiwanya terpupuk subur dengan gagasan dan perasaan yang sama untuk hidup bersama. Disini saya mengkonotasikan bangsa tidak hanya sebagai Identitas dan Komunitas yang Progresif yang mempunyai cita-cita Revolusioner, melainkan sebuah bangsa yang mempunya karakter tegas dan jiwa yang kuat terhadap kemaslahatan dan kesejatrahan kehidupan manusia.

Dalam perjalanan sejarah dunia telah memberikan gambaran yang nyata pada kita, bahwa semangat bangsa atau semangat "nasionalisme" yang lahir di dunia barat telah menunjukan jiwa kebangsaan yang hanya mementingkan segelintir kelompok dan tidak hanya itu, perkembangan semangat bangsa di belahan dunia barat justru mengarahakan pada jiwa yang berlebihan dan selalu mengagung-agungkan kepeloporan dan negara. Sehingga pada akhirnya ia "nasionalisme" selalu mencari lawan tandingan sebagai upaya untuk menunjukan jati diri, sebagai bangsa yang kuat. Dan pengertian ini terbalik dengan gagasan dan ide semangat kebangsaan yang lahir di bangsa kita "Indonesia", mungkin secara faktor keadaanlah yang menentukannya.

Persoalan bangsa adalah persoalan nasib dan cita-cita, disini saya ingin mempertegaskan bahwa konotasi nasib dan cita-cita ialah mengandung pengertian yang dalam, saya pikir butuh daya imajinasi spritualitas yang tajam dalam melihat persoalan bangsa. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, bahwa muncunlnya jiwa kebangsaan "nasionalisme"  kita tidak sama dengan munculnya semangat kebangsaan "nasionalisme" di dunia barat. Semangat kebangsaan atau semangat nasionalisme kita dipersatukan dengan himpitan penindasan yang dilakukan oleh kolonial belanda.

Penjajahan kolonial belanda telah membuat kita sebagai bangsa pribumi terinjak-injak, menjadikan kita babu untuk para bangsa kulit putih, Identitas bangsa kita dibuat bagaikan tak punya harga diri lagi, dan kita di bangunkan dengan imeg "bangsa moyet ", bangsa yang bodoh dan bagaikan bangsa yang tak berguna lagi untuk hidup di dunia, layak seperti binatang mereka memperlakukan kita sebagai bangsa pribumi pada kala itu. Keadaan inilah yang saya katakan pengaruh utama yang membuat jiwa bangsa kita muncul untuk merumuskan harapan nasib dan cita-cita yang mulia di kehidupan yang akan datang.

Selaras dengan pernyataan saya sebelumnya bahwa bangsa tidak hanya sebagai Identitas dan Komunitas yang progresif yang mempunyai cita-cita revolusioner, melainkan sebuah bangsa yang mempunya karakter yang tegas dan jiwa yang kuat terhadap kemaslahatan dan kesejahteraan kehidupan manusia. Artinya bahwa karakter yang dimaksudkan saya tadi adalah karakter yang mempunyai semangat kebangsaan, ialah semangat menenentang penjajahan, semangat menentang kolonialisme, dan semangat menetang Imprialisme. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi kata kunci munculnya dua perbedaan karakter semangat kebangsaan antara dunia barat dan asia.

Kita putar balik ke sejarah Indonesia, mari kita lihat bagiamana sebuah proses munculnya semangat kebangsaan pada kala itu. Persis 114 tahun lebih yang lalu kita melihat bagaiamana sosok tokoh pejuang seperti Alimin, Semaun, H.O.S Cokoro Aminoto, Tirto Adhi Suryo, Tan Malaka, Ernest Doues Dekker, K.H Agus Salim,  KI Hajar Dewantara  dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo yang dengan jalan pikiran radikal mereka masing mampu untuk mempengaruhi semangat kaum muda di kemudian hari seperti Soekarno, Mohmammad Hatta, Sutan Syahir, Amir Syarifudin, Syafruddin Prawiranegara, Mosso dan masih banyak lagi tokoh pejuang yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Berdasaran latar belakang ideologi perjuangan masing-masing, mereka mampu untuk merajut satu cita-cita bersama yakni ingin melapaskan diri dari belengu kolonialisme pada kala itu yang sangat membosankan dengan tingkah bengisnya. Saya ingin ingatkan kembali bahwa cita-cita bangsa kita ialah cita-cita yang mulia, cita-cita yang menghilangkan penindasasan manusia diatas muka bumi.

Oh iya, saya lupa. Bahwa "Hari Kebangkitan Nasional" kita ditandai dengan terbentuknya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, hadirnya organisasi ini menjadi wadah organisasi pendidikan, pengajaran dan kebudayaan untuk masyarakat pribumi. Budi Utomo bermulah terbentuk dari pengaruhi dr Wahidin yang telah berkeliling  pulau jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan mereka pun menyambut baik gagasan mengenai organisasi tersebut.

Dan pada akhir nya dr Sutomo dan pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) lainnya seperti dr. Cipto Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusum melakukan deklarasi pendirian organisasi Budhi Utomo dengan Kongres Pertama di Yogyakarta bulan Oktober 1908. Boedi Oetomo sebagai organisasi pelajar secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk kemajuan tanah Hindia, dimana jangkauan geraknya yang semula hanya terbatas pada Pulau Jawa dan Madura, kemudian diperluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan agama. Boedi Oetomo tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya adalah pendidikan dan kebudayaan.

Dalam pandangan lain, saya sebenarnya menolak kenapa kemudian Hari Kebangkitan Nasional musti harus ditandai dengan terbentuk Organisasi Budhi Utomo yang menurut saya peristiwa ini tidak memberikan cita-cita politik yang kuat, yakni menenentang politik kolonialisme secara terang-terangan. Menurut hemat saya, bahwa semangat kebangsaan ialah semangat yang revolusioner untuk nasib dan cita-cita bangsa. Dalam semangat tersebut ada cita-cita yang musti kita tonjolkan untuk nasib bangsa ialah menentang penindasan diatas muka bumi, yaitu menolak politik yang dilancarkan oleh Kolonialisme Belanda pada waktu itu. Ya walapun pada akhir organisasi ini akan bermuara pada organisasi politik dengan pengabungan dua organisasi besar yakni Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan Budi Utomo menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra), tetapi itu tidak cukup untuk mengambarkan tentang bagaiamana munculnya semangat nasionalisme.

Entah alasan kenapa, Presiden Sukarno menjadikan "Hari Kebangkitan Nasional" berdasarkan hari terbentuknya Organisasi Budi Utomo. Hemat saya mungkin pemahaman Bung Karno tak lepas dari Pengaruhnya Nasionalisme Ernest Rennan & Otto Bouer yang pada inti kesimpulannya ialah sekelompok manusia yang mempunyai persatuan perangai yang timbul karena perasaan senasib. Artinya bahwa peletak dasari dari nasionalisme itu sendiri adalah karena adanya persamaan dijajah sehingga menghasilkan adanya persamaan nasib untuk memerdekakan wilayahnya.

Mungkin Organisasi Budi Utomo merupakan Organisasi yang mewadahi seluruh latar belakang manusia yang mempunyai kesamaan nasib yakni dijajah oleh kolonialisme dan kemudian ingin membentukan cita-cita bersama, mungkin saja! Tapi kan Budi Utomo awal mulanya kumpulan Priyai Jawa atau gimana menurut saudara?.  Tapi begini saya ingin katakan, bahwa jauh sebelum itu Tirto Adhi Suerjo sudah mendiriakan Organisasi Pribumi yang selaras dengan apa yang dimaksudkan dengan pemahaman Nasionalisme Ernest Renan dan Otto bauer, ya walaupun organisasi ini bermula dari Organisasi Sarekat Priyayi " Organisasi Pribumi"  tapi bukan priyayi yang mengeklusifkan diri, Sarekat Priyayi merupakan organisasi yang pertama kali sebelum adanya Budhi Utomo.

Mengutif Karya-Karya Lengkap Tirto Adhi Soerjo: Pers Pergerakan dan Kebangsaan (2008) yang disusun Muhidin M. Dahlan dan Iswara N. Raditya, bukti bahwa Sarekat Prijaji telah dibentuk pada 1906 muncul dalam surat edaran yang dimuat koran-koran berbahasa Melayu di Hindia Belanda. Tapi saya ingin pertegaskan lagi bahwa, organisasi Sarekat Priyayi tidak sama sekali mengeklusifkan gerakannya dengan embel-embel kedaerahan. Ya walaupun pada akhirnya umur "Sarekat Priyayi" ini tidak berumur panjang, karena ditinggal dua petingginya, yakni R.M. Prawirodiningrat dan Taidji’in Moehadjilin, yang wafat. Ditambah lagi, saat itu Tirto Adhi Soerjo tampaknya juga sedang sangat sibuk mengurus perusahaan medianya.

Hal ini menjadi sejarah, bahwa pengembangan pemahaman nasionalisme menurut Benedict Anderson ialah " bangsa sebagai komunitas yang mempunyai tujuan dan cita-cita" atau dengan kata lain Bangsa merupakan sebuah komunitas karena memiliki ikatan yang dalam dan kuat serta akan mengabdikan jiwa raganya demi negara. Sarekat Priyayi bagi saya adalah embrio pertama munculnya semangat nasionalisme yang menentang ekonomi dan politik yang dilancarakan Kolonialisme Belanda lewat tulisan-tulisan radikan tirto Adhi Suryo dan kawan Pers Seperjuangan lainya untuk mempengaruhi Rakyat dalam organisasi Sarekat Priyayi.  

Momentum Hari Kebangkitan Nasional adalah momentum yang pas bagi kita sebagai generasi muda untuk mengingatkan kembali perjalanan sejarah, semangat dan jiwa kebangsaan "nasionalisme" kita ialah menolak adanya penindasan di atas muka bumi, menentang kolonialisme, menentang Imprialisme, menentang kapitalisme. Dalam perjalanan sejarah kebangsaan ada satu kalimat yang ingin saya petik dari tokoh Sastrawan ternama Indonesia yaitu Pramoedya Ananta Toer, ia mengatakan bahwa Sejarah Indonesia adalah sejarah angkatan muda. Dalam tulisan ini saya tekankan "Pemuda", karena pemudalah yang bisa mengerahkan sejarah.

Kita lihat saja bagaimana kontribusi pemuda pada era sebelum kemerdekaan, anak muda yang bernama Wikana, darwis dan kawan-kawannya yang lain menculik Bung Karno dan Mohammad Hatta ke Rengasdenglok untuk mendesak segera memproklamirkan Negara Republik Indonesia tanpa melalu PPKI dan mereka bersegera menyusun dan menyiapkan agenda pembacaan Proklamasi pada malam 17 Agustus 1945. Anak muda mempunyai jiwa semangat yang berkobar-kobar dan semangat itu ialah tentu semangat yang menghendaki perubahan. Maka tak heran Bung Karno setelah kemerdekan selalu mengkampanyekan semboyan semangat pemuda dengan mengatakan "Beri Aku 1.000 orang Tua niscaya aku cabut semeru dari akarnya. Berikan ku 10 Pemuda niscaya akan ku guncangkan Dunia".

Lalu kemudian di era Orde Baru semangat progresif kaum Pemuda tersebut perlahan di hilangkan dengan seiring pengkampanyean sejarah pembataian seribu nyawa orang oleh komunis pada tahun 1965 lalu, dengan alasan kaum muda yang revolusioner menjadi ancaman kekuasan Presiden Soeharto kala itu. Orde baru telah mengkonsepsikan ulang pemuda dari barisan garda terdepan menjadi sekedar penjaga perubahan dan memecahkan pemahaman pemuda dan mahasiwa menjadi dua elemen yang berbeda, dengan melahirkan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan membatasi Ruang Lingkup politik Mahasiswa dengan melahirkan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koorsinator Kemahasiswaan).

Orde baru telah memundurkan peran pemuda hanya sebatas penjaga perubahan dan membungkamkan aktivitas politik mahasiswa dengan aturan Normalisasi Kehiduoan Kampus (NKK) . Sunguh ironis ya, bangsa besar! tanpa ada empati untuk membangunkan pembangunan dengan sumbangsi kaum muda. Mereka "orde baru" bilang Pemuda dan Mahasiswa tidak boleh nakal, tugasnya hanya belajar dan patuh terhdap pemerintah supaya sukses dikemudian hari, Propaganda ini sama persis seperti yang dilakukan Kolonial Belanda terhadap anak muda zaman dulu seperti Tirto Adhi Suryo, Bung Karno, Mohammad Hatta, Sutan Syahir dan lain sebagainya. Untuk patuh dan nurut terhadap pemerintahan kolonialisme belanda. Bayangkan jikalau Sukarno dulu tidak nakal "bandel " bersama kawan yang lainya apakah mungkin Indonesia ini merdeka? Kan Engak!.  Bandel konotasinya disini adalah liar, bukan tunduk dan patuh terhadap kekuasaan.

Nah di tengah perkembangan Era digitalisasi ini saya pikir perlu kita sebagai generasi muda yang mengilhami nilai-nilai lehur kita "nasionalisme" untuk membangkitkan kembali semangat kebangsaan yang pernah dilakukan pada zaman dulu. Kalau dulu musuh nya jelas dan nyata yakni Kolonialisme, Feodalisme, dan  Imprialisme. Sehingga di era digitalisasi saat ini kita mendapatkan tantangkan yang amat rumit untuk melihat dimana sebenarnya musuh kita itu bersembunyi. Kadangkala tak jarang kita sangat gampang di aduh-dombakan oleh kelompok yang mempunyai kepentingan dalam setiap agenda politik. Dalam dunia digitalisasi kita kita tidak bisa melakukan komentar yang dianggap berlebihan seperti menyingung perasaan orang atau institusi, apalalagi kita menyampaikan komentar terhdap fenomana politik yang berlebihan tanpa adanya dasar data yang kuat ! matilah kita !, Undang-Undang ITE siap menjemput.

Dunia sudah berubah, gagasan dan ide harus diperkuat, butuh teori dan kajian yang mendalam untuk melacak musuh kita yang sebenarnya. Kehadiran Neo-Liberalisme yang membuat kita terpecah belah dalam gerakan pemuda, gerakan rakyat, dan gerakan lainnya. Kita lihat saja peristiwa gerakan mahasiswa sekarang apakah ia merepresentasikan gerakan rakyat yang sesungunya atau bagaiamana ?, saya pikir banyak teori yang harus saudara kemukan untuk melihat fenomena ini. Tetapi yang jelas! saya ingin katakan ialah kita ini masih satu tujuan, satu musuh, satu cita-cita dan satu harapan yakni mewujudkan Sosialisme Indonesia "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia".

Nah itu itulah Apinya daripada semangat kebangsaan "Kebangkitan Nasional" yang perlu kita bangkitkan dan kita implementasikan kembali di era digitalisasi ini. Kita bangkitkan kembali peran kita sebagai pemuda yang tidak hanya sebagai penjaga perubahan tetapi garda terdepan untuk perubahan. Mari kita syiarkan ayat-ayat perlawanan, ayat-ayat perubahan, kita ceritakan kepada masyarakat kecil bagaimana situasi bangsa ini yang sesunguhnya terjadi, kita sampaikam kepada yang berwenang bahwa tirani tak akan ada yang abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun