Mohon tunggu...
Bethesda Ulfa Siagian
Bethesda Ulfa Siagian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 4 di Universitas Negeri Medan

Saya adalah mahasiswa semester 4 di Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara. Memiliki kepribadian yang tenang dan mudah bersosialisasi. Saya memiliki bakat dalam bermain musik (biola) dan bernyanyi. Kesenian dalam diri saya termasuk kekreatifan dalam menulis kaligrafi, mendesain, dan memakai makeup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Kelulusan

17 April 2024   21:05 Diperbarui: 17 April 2024   21:07 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari kali ini sangat indah. Sinarnya memancarkan aura kehangatan di sebuah sekolah yang akan mengadakan pentas seni (pensi). Ajang ini untuk memeriahkan pelepasan murid kelas 9 SMP, tepatnya SMP Negeri 1 Dolok Batunanggar. Tak terasa sudah tiga tahun Chika menuntut ilmu disekolah ini.

Sehari sebelum acara dilaksanakan, Chika sedang sibuk mempersiapkan variasi acara yang akan ditampilkan oleh kelasnya esok. Chika yang dapat bermain alat musik, gitar, serta parasnya yang menawan menjadi primadona pada angkatannya dan membuat banyak lelaki menaruh hati padanya. Namun, banyak hati yang ia tolak demi rasa yang ia pendam pada teman sekelasnya yang memiliki kesamaan bermain musik, cajon, namanya Louis. Sampai suatu ketika, anak laki-laki dari kelas sebelah, Chiko, menyatakan perasaannya sewaktu mereka berlatih.

"Chika, sebenarnya aku suka sama kamu. Ku harap cokelat choki-choki ini kamu terima sebagai bentuk silverqueen. Di samping itu, nama kita juga sepertinya cocok untuk dijadikan couple goals besok", ucap Chiko dengan percaya diri memberikan cokelat.

Serentak isi kelas menjadi riuh karena aksi Chiko tadi. Karena lelucon yang ia sampaikan, Chika tidak menganggap itu sebagai bentuk ketulusan. Ia tidak menerima cokelat itu. Chiko pun keluar dari kelas dengan perasaan bangga, karena berani mengungkapkan isi hatinya pada primadona sekolah ini.

Bel pulang pun berbunyi, semua murid bergegas untuk pulang. Demikian pula Chika beranjak untuk pulang dan ternyata Chiko terlihat sedang menunggu seseorang di pintu gerbang. Chika mendapatkan Chiko menyuarakan bahwa ia berpacaran dengan Chika. Sontak para murid yang melintas terheran dan tidak percaya. Sampailah Chika di gerbang dan ingin berjalan pulang, Chiko pun mengikuti dan berjalan sejajar dengannya. Desas desus para murid membuat Chika marah. Kemudian, ia mendorong Chiko ke dinding pagar sekolah dengan kasar, dan menarik kerah baju Chiko.

"Apasih maksud mu ngatain kita pacaran?! Dengar ya, kau itu ga pantas berada disekitaran ku! Mending kau nyebarin kabar yang bener-bener aja deh," ujar Chika sambil menggenggam kerah baju Chiko.

Karena kesal dengan respons wajah Chiko yang menjengkelkan, Chika bertindak kasar dengan meninju pipi kiri Chiko. Tanpa sadar, ternyata perbuatannya membuat gusi Chiko berdarah. Chika langsung pergi meninggalkan Chiko, tanpa berpaling untuk meminta maaf.

Tibalah hari kelulusan yang sangat dinantikan para murid, tapi tidak dengan Chika. Ia menyakini bahwa hari ini adalah hari terakhir baginya untuk melihat crush-nya. Dengan persiapan yang matang dari kelasnya, bersamaan dengan ia bermain gitar dan Louis bermain cajon, serta teman-teman yang bernyanyi, pensi kali ini dimeriahkan oleh kelas mereka.

Dengan performa yang begitu memuaskan, Chika memberanikan diri menyapa Louis yang sedang istirahat. Sempat tersirat dalam benaknya untuk mengutarakan perasannya, namun ia membungkam mulutnya dibagian itu.

"Oi, Louis. Nih, minuman buat kamu, kelihatannya telapak tanganmu sakit ya, ini terlihat sangat merah", ucap Chika sambil memegang tangan Louis.

"Eh, gapapa loh, udah biasa kok main cajon begini, terima kasih untuk minumannya ya, Chik. Tapi, sebenarnya ada yang mau aku bicarakan sama kamu", kata Louis dengan ragu-ragu.

Chika yang peka terhadap keraguan Louis, membungkam mulut Louis dengan botol minuman yang ia pegang. Ia punya dua kemungkinan yang ditakuti, yaitu ketika Louis menyatakan perasaan disaat mereka hendak berpisah dalam waktu yang lama atau Louis ingin menolak Chika yang belum menyatakan perasaan karena Chika bertingkah seolah ia mencari perhatian pada Louis saat di kelas. Memang benar, dikelas mereka sangat akrab, tetapi selalu Chika duluan yang memulai obrolan.

Sementara itu, Louis yang keras kepala ingin tetap berbicara pada Chika. Ia mengutarakan perasannya, bahwa ia lebih dulu menyukai Chika, yaitu saat awal memasuki sekolah. Chika yang tak percaya dengan kenyataan bahwa perasaannya ternyata terbalaskan. Pemikiran yang mengira bertepuk sebelah tangan akhirnya runtuh, mengurai air mata. Louis

panik karena tidak tahu apa yang menyebabkan Chika menangis. Untuk mencairkan suasana, Louis mengajak berswafoto sebagai kenang-kenangan.

"Foto yuk, hapus dulu dong air matanya, Chik, jangan lupa senyum ya", ujar Louis sambil menyeka air mata di pipi Chika.

Dengan malu-malu, mata sembap, dan air mata yang membasahi pipi, Chika enggan untuk berfoto. Ia pergi meninggalkan Louis, namun ditahan.

"Mau kemana, Chik? Sini duduk dulu, temani aku istirahat. Jemarimu pasti juga sakit sehabis mengiringi tadi, kan?" ujar Louis sambil menahan tangan Chika dan menariknya untuk duduk dikursi, tepat di sampingnya.

"Iya deh, iya", ucap Chika pasrah.

Keduanya saling berbagi cerita hingga Chika sadar momen ini adalah kali terakhir bersama Louis. Sejak hari itu, keduanya tak lagi bertemu, karena Chika pindah rumah, dan tidak memungkinkan untuk berada pada satu SMA yang sama dengan Louis lagi. Namun, keduanya tetap berkomunikasi lewat gawai. Mungkin masih ada kesempatan dipertemukan dikemudian hari, itulah harapan keduanya. Menantikan pertemuan dengan versi terbaiknya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun