Mohon tunggu...
Bethari Berlianti
Bethari Berlianti Mohon Tunggu... Penulis - Mari menjadi lebih baik

♏ • entj-t Let's be kind, be humble, be genuine. I love writing. I paint my stories. I sing along them. 🎨🎷🎶

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bakti Muhammadiyah pada Masyarakat Suku Kokoda

10 Juli 2020   08:22 Diperbarui: 18 Juli 2020   22:56 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Informasi umum Kampung Warmon yang didiami oleh masyarakat Suku Kokoda (dok. Bethari Berlianti)

WARMON, SORONG  - Banyak dari kita yang selama ini tinggal dan menetap dengan nyaman di Pulau Jawa tidak mengetahui bahwa hingga kini di Papua, masih banyak saudara sebangsa setanah air kita yang terpaksa harus tinggal secara nomaden atau berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain.

Alasan yang mendasari kepindahan mereka dapat disebabkan beberapa hal, di antaranya adanya kematian salah satu masyarakat suku tersebut, adanya ancaman dari pihak luar, tidak memiliki wilayah legal untuk dihuni, kebijakan yang kurang berpihak kepada kelompok-kelompok miskin, maupun karena sumber daya alam di lokasi tempat asalnya habis.

Hal tersebutlah yang mendasari Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, melakukan pembinaan terhadap desa-desa terluar, terpencil dan tertinggal (3T) di Indonesia.

Selain Kabupaten Berau di Kalimantan Timur, Pulau Sebatik di Kalimantan Utara, Kabupaten Manggarai di NTT, dan Kecamatan Sembalung, Lombok Timur di NTB, terdapat Kampung Warmon, Aimas, Sorong, Papua Barat, yang dihuni oleh suku Kokoda yang telah menjadi binaan 3T MPM PP Muhammadiyah sejak 2013.

Masyarakat suku Kokoda yang awalnya hidup nomaden dibantu agar memiliki akses mendirikan kampung dan menetap. Pendirian kampung tersebut sebagai cara agar para warga suku Kokoda mendapatkan haknya sebagai Bangsa Indonesia.

Sebelum jauh membahas, mari kita bahas dulu informasi umum terkait kampung Warmon yang didiami oleh Suku Kokoda tersebut. Kampung Warmon terletak di Kecamatan Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kampung Warmon didiami oleh Suku Kokoda yang sebelumnya tinggal secara nomaden sejak tahun 1996. Kehidupan dan ekonomi Suku Kokoda di kampung Warmon mulai mengalami kemajuan pesat sejak MPM Muhammadiyah masuk dan memulai pembangunan pada tahun 2013.

Luas Kampung Warmon sekitar 150 kilometer persegi. Kampung Warmon berjarak 20 kilometer arah selatan dari Bandar Udara Domine Eduar Osok, Sorong, Provinsi Papua Barat. Kampung Warmon dibatasi oleh kampung Arar, kampung Makbusum, kampung Mariat Pantai, kampung Malawele, dan kampung Klabim di sebelah utara, timur, selatan. Kampung Warmon dibatasi samudra Pasifik di sebelah barat, dan memiliki sekitar 10 pulau kecil di samping daratan utama. Karena berbatasan langsung dengan laut tersebut itulah, selain berkebun, mata pencaharian suku Kokoda adalah menangkap ikan di laut.

Kembali terkait Muhammadiyah, banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa dakwah Muhammadiyah bukan hanya tentang hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan juga dakwah dalam bentuk amal nyata, seperti salah satunya membantu daerah 3T seperti yang sudah diterapkan pada suku Kokoda, mengubah kehidupan masyarakatnya baik di bidang infrastruktur, pertanian, perikanan, pendidikan, administrasi, maupun teknologi.

Namun, perubahan tersebut dilakukan tanpa sama sekali menghilangkan kearifan lokal, karena program-program yang dirumuskan dan dijalankan tidak mutlak hasil dari Muhammadiyah, melainkan hasil dari diskusi dengan masyarakat sekitar.

Hal menunjukan bahwa masyarakat suku Kokoda tidak hanya diposisikan sebagai obyek, tetapi juga sebagai subyek yang dengan sadar turut merumuskan program yang akan mereka laksanakan.

Di samping itu, gerakan yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah ini tidak bersifat ekslusif kepada muslim saja, melainkan inklusif kepada semua masyarakat, termasuk masyarakat non-muslim.

Seperti dilansir dari situs resmi Muhammadiyah, Ari Syamsudin Namugur, anggota MPM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Papua Barat sekaligus ketua PRM Kampung Warmon Kokoda mengatakan, dimulai sejak tahun 2013 oleh almarhum Said Tuhuleley, ketua MPM PP Muhammadiyah periode 2010-2015 datang menyentuh masyarakat Kokoda secara langsung dengan mottonya 'Selama rakyat masih menderita, tidak ada kata istirahat'.

"Motto tersebut menjadi sebuah suplemen penambah semangat masyarakat sana untuk terus bergeliyat memajukan Papua, khususnya Kokoda," pungkasnya.

"Selama rakyat masih menderita, tidak ada kata istirahat."

Di bidang infrastruktur, setelah MPM PP Muhammadiyah datang, kini masyarakat suku Kokoda telah memiliki satu kampung sendiri yang legal ditinggali, dengan rumah layak tinggal beserta akses jalan, akses air, dan akses administrasi.

Tercatat pada tahun 2016 sejumlah 55 unit rumah permanen dibangun. Selanjutnya pada tahun 2017 menyusul dibangun 80 unit rumah permanen. Sementara saat ini sudah terdapat sekitar 185 kepala keluarg hidup di Kampung Kokoda. Jumlah total mereka mencapai 1.000 jiwa.

Di bidang pertanian, setelah MPM PP Muhammadiyah datang, masyarakat suku Kokoda kini mengetahui cara pembibitan, penanaman, perawatan sampai panen. Mereka juga belajar pembuatan pupuk kompos dari limbah dapur dan sampah dedauan, hingga memiliki hasil kebun yang baik.

Pembangunan yang dilakukan MPM PP Muhammadiyah (dok. Bethari Berlianti)
Pembangunan yang dilakukan MPM PP Muhammadiyah (dok. Bethari Berlianti)
 

Di bidang perikanan, MPM PP Muhammadiyah menggandeng pemerintah setempat membangun area budidaya ikan air tawar yang dikelola oleh masyarakat suku Kokoda. Selain itu masyarakat sekitar diperdayakan untuk menjadi nelayan dengan disediakannya fasilitas perahu-perahu kecil maupun kapal motor kapasitas besar untuk melaut. Ikan-ikan tersebut selanjutnya diperjualbelikan di pasar ikan.

Di bidang agama, MPM PP Muhammadiyah membangun tempat ibadah yang mana menjadi prioritas selanjutnya. Tempat ibadah penting sebagai pusat dakwah, pembinaan agama, mengaji, dan menjalankan berbagai kegiatan sosial. Dosen dan mahasiswa STKIP Sorong yang beragama Islam dilatih membina mereka. Tercatat telah berdiri lima masjid dan dua mushola di kampung Warmon.

Di bidang pendidikan, MPM PP Muhammadiyah juga melakukan pembangunan gedung Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Beberapa permasalahan timbul dengan didirkannya sekolah, yaitu para masyarakat suku Kokoda masih belum paham betapa pentingnya sekolah, pencurian infrastuktur sekolah, dan pola pikir para orang tua yang mengharuskan anak-anak mereka membantu mencari makanan. 

Perlunya pendampingan yang intensif agar masyarakat suku Kokoda yang awalnya terbelakang untuk paham pentingnya pendidikan. Tak hanya bangunan sekolah, MPM juga membangun Rumah Baca, mengirim mahasiswa KKN dari Univeristas Muhammadiyah ke berbagi ilmu di sana, agar dapat mengembangkan sumber daya manusia masyarakat suku Kokoda.

Di bidang administrasi, tata tertib administrasi sudah dijalankan masyarakat suku Kokoda. Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan dokumen lainnya sudah berjalan. Organisasi keagamaan, pemerintahan setingkat RT dan RW pun terbentuk dan berjalan, hingga beberapa masyarakat suku Kokoda kini turut bekerja di sektor formal.

Di bidang teknologi, Suara Muhammadiyah memberitakan bahwa masyarakat suku Kokoda juga mulai memperkuat kegiatan berbasis teknologi mereka, seperti penggunaan komputer dan surat menyurat.

Yang perlu kita garis bawahi di sini, gerakan yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah tersebut di atas adalah semata-mata upaya untuk memberikan pencerahan di bumi Papua dengan membebaskan, memberdayakan dan memajukan masyarakat. Tujuannya demi memuliakan martabat manusia, dan bukan sama sekali dalam rangka mengislamkan atau memuhammadiyahkan mereka.

Dakwah Muhammadiyah yang dilakukan pada masyarakat suku Kokoda di Kampung Warmon, Sorong, Papua Barat ini dilakukan atas dasar prinsip-prinsip kemanusiaan. (Beth)

Dokumentasi peresmian rumah baca dan penyerahan bantuan (dok. Bethari Berlianti)
Dokumentasi peresmian rumah baca dan penyerahan bantuan (dok. Bethari Berlianti)

Link poster dalam ukuran besar :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun