Sebagian dari kita pasti berkisah tentang keindahan panorama laut, keindahan pantai, keindahan gunung-gemunung  di negeri orang karena didukung dengan fasilitas lengkap misalnya di pantai dilengkapi dengan hotel-hotel mewah sekedar memperindah  mata, disana-sini dipajang beragam lukisan panorama dasar laut dengan terumbu karang dan beranekaragam ikan yang memantik gairah wisatawan local maupun mancanegara untuk lebih akrab bercumbu dengan panorama laut yang teduh, makanan dan minuman ringan berciri khas bukan pribumi mengental di ingatan, lampu-lampu sepanjang pantai berjejer menambah suasana pantai ataukah, dibangun fila sebagai tempat untuk refreshing di gunung-yang masih dianggap "perawan" dari tangan-tangan jahil orang-orang tak bermoral.Â
Semua cerita tentang pantai yang sudah di make up dengan beragam asesoris kecantikan, membuat kita amnesia tentang pesona wisata yang menjadi "subjek" tumpah darah. Ibarat kacang, ia lupa kepada kulitnya-menganggap kulit yang semula tak  berarti apa-apa. Demikian halnya, perlakuan kita terhadap pesona alam kita sendiri.       Â
Sungguh, di luar perkiraan kita bahwa di bawah lereng gunung "bercabang dua", terbentang panorama alam yang masih perawan termasyuk panorama laut, panorama pantai yang terkadang- lalai dari pandangan mata kita sendiri.Â
Betapa kita tidak  menyadari, bahwa pesona alam dan pantai yang nian indah-membangun perspektif kita  akan eksistensi Tuhan lewat sapaan  Ama lera wulan dan Ina tanah ekan. Lebih jauh tanpa kita sadari, kita sedang mengalihkan subjek Tuhan ke subjek kecantikan duniawi dengan make up.Â
Hal nyata yang kita temukan yakni, banyak wisatawan yang berkunjung ke pantai rako, menghabiskan malam di puncak gunung lewotobi hanya untuk menikmati  matahari terbit Bukankah itu bagian dari memanjakan mata?. Unik memang. Kemesraan demi kemesraan mengekal dalam bingkai persaudaraan yang telah ditanamkan sejak awal.      Â
Yang lebih memikat hati, pesona pantai Oa akan dijadikan icon untuk wisatawan local maupun mancanegara. Berlomba-lomba, pengunjung datang dan pergi hanya ingin menghabiskan masa liburan bersama teman-teman, keluarga bahkan pasangan bicara.
Pesona pantai di bawah lereng gunung lewotobi-bukan hanya dijadikan objek memperindah mata, tetapi lebih dari itu menyediakan potensi lautnya untuk mendukung ekonomi masyarakat. Kail dan jala menjanjikan masa depan untuk masyarakat yang  mengabdikan diri  menjadi pelaut. Benar-benar menakjubkan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H