Mohon tunggu...
betaria aaa
betaria aaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku hobi menulis atau mengetik sesuatu, kepribadianku suka menghayal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Keterampilan Guru

6 Januari 2025   23:40 Diperbarui: 6 Januari 2025   23:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Betaria1, Anelvi Izatul Hanifa2, Merissa Putri3, Yessi Rifmasari4

1,2,3,4 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Adzkia Email: betariaaaa08@gmail.com

Abstrak

Pendekatan klinis atau supervisi klinis berasumsi bahwa proses belajar guru untuk berkembang selalu terkait dengan proses belajar guru sendiri yang bersifat invidual. Pendekatan klinis merupakan proses tatap muka antara supervisor dengan guru. Pertemuan ini membicarakan masalah mengajar dan yang berhubungan dengannya. Oleh karena itu dalam supervisi klinis supervisor dan guru berperan sebagai teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Untuk tipe guru yang berbeda-beda, maka pengawas harus membedakan juga jenis strategi supervisi klinis yang akan digunakan. Tipe guru yang profesional cocok digunakan strategi non-direktif, tipe guru tukang kritik dan guru yang sibuk bisa digunakan strategi kolaboratif. Sedangkan untuk guru yang tidak bermutu, pengawas diharapkan lebih bisa aktif dalam membimbing dan mengajari guru ini, sehingga strategi yang tepat adalah supervisi klinis langsung.

Kata kunci: analisis, teori, implementasi, pengembangan supervisi pendidikan.

PENDAHULUAN

Supervisi mempunyai makna yang sangat penting dalam meningkatkan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran. Meskipun demikian, seringkali guru kurang menyukai kegiatan supervisi, guru merasa takut, resah, cemas dan ingin menghindar dari kegiatan supervisi. Keengganan terhadap supervisi umumnya bersumber dari perilaku supervisi yang dilakukan kepala sekolah. Kepala sekolah selaku supervisor hendaknya dapat memilih dan menggunakan model supervisi yang sesuai dengan kebutuhan guru, bagi guru yang keterampilan dasar mengajarnya sangat lemah dapat dibantu dengan teknik supervisi klinis. Tanner and Tanner (1987) berpendapat bahwa supervisi klinis ditujukan pada peningkatan kualitas pendidikan dan diyakini sebagai sebuah pilihan terbaik dari metode supervisi.

Supervisi di sekolah merupakan amanat undang-undang, yang mana pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing. Seluruh stake holder pendidikan  berhak untuk melakukan  supervisi pada level masing-masing. Lebih khusus dalam proses pendidikan, pemerintah telah menetapkan jenis supervisi yang harus diterapkan sebagaimana  tercantum dalam PP.No.19 tahun 2005 pasal 57 yang berbunyi; supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan. Supervisi manajerial meliputi aspek pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan, sedangkan supervisi akademik meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran (penjelasan pasal 57).

Pengawasan manajerial  sasarannya adalah kepala  sekolah dan staf sekolah lainnya, sedangkan sasaran supervisi akademik sasarannya adalah guru. Kendatipun supervisi ini  mengemban misi yang  mulia, tidak sedikit kalangan yang masih meragukan khususnya dari level bawah. Dalam supervisi akademik/umum  banyak terjadi resistensidari bawahan,  seperti fenomena berikut ini; Pemberian supervisi umum didasarkan pada kebutuhan/keinginan para supervisor, oleh karena itu guru/calon guru kurang merasakan keuntungannya.

 

METODE PELAKSANAAN

Penelitian ini menggunakan metode Studi literatur, dimana penulis mengumpulkan data dan materi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Administrasi Kurikulum. Richard Waller  memberikan definisi  supervisi  klinik sebagaimana dikutip Ngalim  mengatakan  bahwa supervisi  klinik  adalah  supervisi  yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari  tahap  perencanaan, pengamatan, dan analisis  intelektual  yang  intensif terhadap  penampilan  mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. Sedangkan Platt-Koch membatasi tujuan supervisi  klinis  sebagai memperluas  basis pengetahuan  terapis, membantu dalam mengembangkan kemampuan  klinis, dan mengembangkan otonomi profesional  praktisi. Butterworth dan Faugier menggambarkan  supervisi klinis sebagai proses memberikan  kesempatan  untuk  pertumbuhan  pribadi  dan profesional. Mereka menekankan bahwa tidak melibatkan hukuman tetapi peluang untuk pengembangan.

Dari beberapa pendapat di atas kiranya dapat penulis analisis bahwa supervisi klinis adalah salah satu jenis pendekatan supervise akademik yang di dalamnya terdapat pertemuan  langsung antara supervisor dan guru. Supervisi  ini  menjahui   tindak inspeksi. Pendekatan   inidifokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan    mengajar  yang nyata. Seluruh  aktivitas  ini bertujuan mengadakan  perubahan  dengan  cara yang rasional atau suatu proses memahami, mencegah dan memulihkan keadaan guru ke ambang normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dari artikel yang telah penulis baca yang berjudul "Supervisi Klinis" yang mana membahas Supervisi itu pada intinya ada dua; manajerial dan akademik. Dalam supervisi terdapat beberapa pandangan khususnya dalam pendetakan yang dipakai. Pendekatan supervisi itu adalah; pendekatan humanistik, pendekatan kompetensi, pendekatan klinis, dan pendekatan profesional. Pendekatan klinisatau supervisi klinis berasumsi bahwa proses belajar guru untuk berkembang selalu terkait dengan proses belajar guru sendiri yang bersifat invidual. Pendekatan  klinis  merupakan proses tatap muka antara supervisor dengan guru. Pertemuan ini membicarakan masalah mengajar dan yang berhubungan dengannya. Oleh karena itu dalam supervisi klinis    supervisor dan guru berperan    sebagai teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Istilah klinis bisa   diartikan sebagai klinik, sehingga   pasti ada pertemuan antara supervisor dan guru. Supervisor dalam  klinik tersebut mendiagnosa guru khususnya dalam kinerjanya (mengajar di kelas). Tugas pengawas secara umum adalah meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Dalam supervisi klinis tugas pengawas  adalah menilai, membina,  memantau, meneliti, melaporkan  dan tindak lanjut yang selalu direncanakan dan dievaluasi.

Sedangkan dari Artikel"Pengembangan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru" membahas  secara mendalam  tentang Sebelum dilakukan pengembangan, pemahaman kepala sekolah terhadap teknik supervisi klinis kurang baik. Setelah dilakukan pengembangan, pada siklus pertama kepala sekolah sudah memahami konsep supervisi klinis namun belum mampu melaksanakan secara baik. Pada siklus kedua kepala sekolah sudah berhasil menghilangkan kelemahan yang terjadi pada siklus pertama, dan pada siklus terakhir kepala sekolah dapat melaksanakan supervisi klinis dengan sangat baik. Sebelum dilakukan pengembangan, kepala sekolah tidak mengerti mengenai langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinis. Setelah dilakukan pengembangan kepala sekolah dapat melaksanakan supervisi klinis yang meliputi tahap pertemuan awal atau perencanaan, pelaksanaan supervisi dan pertemuan akhir atau balikan dengan sangat baik.

Selanjutnya pada artikel "Pelaksanaan Supervisi Klinis Di Sekolah Dasar Islam" Membahas tentang Supervisi klinis merupakan suatu bimbingan dan bantuan yang diberikan kepala sekolah sebagai seorang supervisor terhadap guru-guru di sekolahnya. Supervisi klinis di SD Islam Baburrohmah dilaksanakan dengan empat tahapan, yaitu (1) tahap pertemuan awal (pre-converence), pada pertemuan ini kepala sekolah memanfaatkan untuk berkomunikasi langsung dengan para guru, membangun hubungan yang lebih akrab untuk memperoleh informasi yang sebenarnya terjadi pada guru, (2) tahap revisi kontrak, pada tahap ini guru menemui kepala sekolah untuk mengingatkannya agar datang ke kelas untuk melakukan supervisi berdasarkan kesepakatan pada pertemuan awal, (3) tahap observasi kelas (clasroom observation), pada tahap ini kepala sekolah mengobservasi guru yang sedang mengajar di kelas untuk mencari dan memperoleh data objektif mengenai penampilan gurun ketika mengajar, dan (4) tahap pertemuan balikan (post-conference), kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu supervisor dan guru mengadakan pertemuan untuk membahas dan mencari solusi dalam memecahkan permasalahan yang terjadi. Dalam mengatasi permasalahan yang dialami guru khususnya dalam proses pembelajaran kepala sekolah mengatasinya melalui pendekatan dengan berkomunikasi yang baik, terbuka dan memotivasi guru dengan menggunakan pendekatan yang persuasif. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis di SD Islam Baburrohmah bukan dari segi ketidakmampuan supervisor dan prosesnya, melainkan karena faktor kesibukan kepala sekolah, persepsi guru, dan faktor dari siswa.

Kemudian pada Artikel "Implementasi Superisi Klinis Di SD Negeri 2 Limbangan Kec. Watumalang Kab. Wonosobo"pelaksanaan supervisi klinis di SD Negeri 2 Limbangan belum dilaksanakan secara efektif. Hal ini ditunjukkan dengan masih (1) adanya guru yang memiliki motivasi dan kinerja yang kurang dalam mengajar walaupun telah dilakukan supervisi klinis (2) Peran kepala sekolah dalam supervisi klinis belum maksimal. Perasaan sungkan kepada kepada guru saat akan melakukan supervisi klinis ataupun saat akan memberikan balikan pada guru menjadikan kepala sekolah kurang maksimal dalam melakukan supervisi klinis (3) Guru belum memahami sepenuhnya tentang supervisi klinis. Kurangnya pemahaman guru terhadap supervisi klinis yang menjadikan guru tidak pernah berinisiatif mengajukan diri kepada kepala sekolah untuk dilakukan supervisi klinis dalam proses mengajarnya. Berdasarkan kesimpulan di atas maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: Bagi kepala sekolah (1) Hendaknya lebih memaksimalkan pelaksanaan supervisi klinis di sekolahnya dengan melakukan supervisi klinis sesuai dengan langkah-langkah yang ideal agar dapat lebih efektif sehingga apa yang menjadi tujuan dari supervisi klinis yaitu membantu guru dalam memperbaiki pengajarannya dapat tercapai. menyusun program pelaksanaan supervisi klinis secara terstruktur (2) sebagai pelaksana dari supervisi klinis harus profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai supervisor, sehingga hasil dari supervisi klinis tersebut dapat digunakan guru sebagai bahan untuk memperbaiki pengajarannya dan meningkatkan profesionalitasnya (3) mengedukasi atau memberikan penjelasan kepada guru tentang konsep dari supervisi klinis agar guru dapat memiliki pemahaman yang benar tentang supervisi klinis dan secara sadar memiliki inisiatif mengajukan dirinya untuk dilakukan supervisi klinis oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalitasnya. Sedangkan untuk guru hendaknya memiliki kesadaran yang tinggi untuk meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dengan secara sadar mengajukan diri untuk disupervisi klinis. Dengan adanya kesadaran dari guru untuk memanfaatkan supervisi klinis maka membantu dirinya dalam perbaikan atau meningkatkan kompetensi mengajarnya.

Artikel "Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Supervisi Klinis" membahas tentang Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik yang memiliki kualitas yang memadai, tidak hanya pada tataran normatif saja namun juga menyangkut pengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, professional maupun sosial. Salah satu upaya meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui progran kegiatan supervisi pendidikan. Pendekatan yang salah dalam melakukan supervisi akan berdampak pada stigma bahwa supervisor sebagai sosok yang mengadili, menghakimi. Supervisi klinis merupakan sebuah model pendekatan untuk bersama-sama dengan guru menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam pengajaran yang bersifat lebih kolegial, kolaboratif dan memiliki ketrampilan layanan dan perilaku etis dalam membantu guru Implementasi Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Supervisi Klinis melalui tahapan-tahapan yakni persiapan, pertemuan awal, proses supervisi, dan pertemuan balikan. Indikator keberhasilan pelaksanaan supervisi klinis adalah meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran, kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi lebih baik sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar yang dicapai siswa, dan terjalinnya hubungan kolegial antara pengawas sekolah dengan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran serta tugas-tugas profesinya.

Artikel "Implementasi Supervisi Klinis Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Di Sekolah Dasar" Berdasarkan penelitian mengenai implementasi supervise klinis dalam  penerapan  kurikulum  merdeka belajar di SDN 2 Jagong Kunduran Blora Jawa Tengah dapat disimpulkan bahwa implementasi supervisi klinis dalam penerpan kurikulum merdeka   belajar melalui pembinaan, supervisi klinis, bimtek, pelatihan, pembelajaran, dengan mengintegrasikan materi toleransi ke dalam mata pelajaran. Supervisior juga membangun kebiasaan  dan  keteladanan  kepada  para  guru  dengan  hidup rukun,  saling  komunikasi  dan  tegur sapa  seluruh warga sekolah. Adapun faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi supervisi klinis dalam penerpan  kurikulum  merdeka  belajar  di  SDN  2  Jagong  yaitu: faktor pendukung diantaranya peran guru  dan motivasi  peserta  didik,  sedangkan  faktor  penghambat  diantaranya  faktor  eksternal  (lingkungan  keluarga  dan lingkungan  masyarakat yang  kurang  mendukung). Untuk itu, agar pelaksanaan implementasi supervisi klinis dalam  penerapan  kurikulum  merdeka  belajar  di  SDN  2  Jagong  dapat  terselenggarakan  secara  optimal  maka semua guru di SDN 2 Jagong diharapkan mampu menerapkan strategi atau metode pembelajaran yang kreatif dan sesuai kebutuhan siswa pada kurikulum.

Dari enam artikel yang telah penulis analisi terdapat persamaan dan perbedaannya:

Persamaan

Perbedaan

Pengertian : Suatu bantuan oleh kepala sekolah dan sama sama berfokus pada perbaikan pengajaran dengan memperbaiki aspek aspek yang menyebabkan guru kurang dapat mengajar dengan baik.

Pengembangan : Ada yang lebih menekankan pada keterampilan praktis guru melalui observasi dan juga hanya ada yang berfokus pada aspek teoritis dan administratif.

Tahapan : Semua tahapan yang ada di semua artikel itu sama dan sama sama dilakukan atau dibantu oleh Supervior atau Kepala Sekolah.

Strategi : sebagian artikel memiliki strategi yang berbeda beda dan juga ada yang membuat langkah langkah dari pengamatan supervisi klinis tersebut.

Permasalahan : Supervior dan Guru sama sama membicarakan masalah pengajaran yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah membantu guru untuk menyelesaikannya.

Siklus : ada yang menggunakan siklus inetaktif yang terdiri dari pengumpulan data, kondensai, penyajian, kesimpulan dan verifikasi. Dan ada juga siklus pengembangan terdiri dari perencanaan, aksi dan observasi serta refleksi.

Tujuan : sama sama mengembangkan keterampilan guru dalam strategi pengajaran.

Model pendekatan : ada yang menggunakan model dengan berkomunikasi yang baik, terbuka dan memotivasi guru dengan menggunakan pendekatan yang persuasif dan juga ada yang menggunakan model pendekatan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam pengajaran yang bersifat lebih kolegial, kolaboratif dan memiliki ketrampilan layanan dan perilaku etis.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis beberapa artikel yang telah dibahas sebelumnya bahwa Supervisi klinis berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan bimbingan profesional kepada guru. Penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi klinis yang baik dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru dan prestasi belajar siswa melalui tahapan persiapan, observasi, dan umpan balik. Namun, tantangan masih ada, seperti kurangnya pemahaman guru tentang supervisi klinis dan pendekatan yang otoriter. Oleh karena itu, kolaborasi yang baik antara supervisor dan guru sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami  mengucapkan rasa Syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan  hidayah-Nya sehingga  artikel  ini dapat  diselesaikan  dengan baik. Ucapan  terima  kasih kami  sampaikan kepada semua pihak yang telah  mendukung proses penulisan ini, termasuk  institusi  akademik.  Terkhususnya  dosen Matkul kami Ibu Yessi Rifmasari, M.Pd yang telah memberi kami ilmu dan membimbing kami. Dukungan keluarga dan teman-teman yang terus mendoakan dan menyemangati juga menjadi sumber motivasi besar bagi kami. Semoga artikel ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan Pendidikan dan peran administrasi kurikulum untuk peningkatan kualitas Pendidikan.

DAFTAR PUSTKA

Kau, S. D., & Atute, I. (2023). Supervisi Klinis Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Memahami Bahan Ajar di Sekolah. Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar, 7(1), 143-154.

Anugraheni, D. W. (2022). Implementasi Supervisi Klinis Di SD Negeri 2 Limbangan Kec. Watumalang Kab. Wonosobo. Satya Widya, 38(1), 38-47.

Anridzo, A. K., Arifin, I., & Wiyono, D. F. (2022). Implementasi Supervisi Klinis dalam Penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(5), 8812--8818.

Nurcholiq, M. (2017). Supervisi klinis. Evaluasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 1-25.

Iriyani, D. (2008). Pengembangan Supervisi Klinis untuk meningkatkan keterampilan dasar mengajar guru. Jurnal Didaktika, 2(02), 285-285.

Fathul Fauzi. (2020). PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS. EDUSIANA Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam, 7(2), 109--128.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun