Mohon tunggu...
Betaria Simanullang
Betaria Simanullang Mohon Tunggu... -

gadis kecil yang menyukai 'cinta' dengan seribu pemahaman berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Mau Membuat Pengakuan

28 Agustus 2014   14:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:18 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya kemarin saat kita memutuskan untuk berhenti berkomunikasian dulu untuk beberapa saat selama kita masih dipisahkan ruang dan waktu seperti ini, aku merasa sedikit ringan dan seperti hilang bebanku.

Aku yakin aku merasa ringan seperti itu karena aku sadar aku nggak bolak-balik lagi liatin hape dan nungguin kabar dari kamu. Aku nggak harus pusing lagi mikirin kamu dimana, lagi apa, sama siapa. Aku nggak ribet lagi mau tau kamu mikirin aku atau enggak. Dan kemarin itu aku sudah sampai pada kesimpulan bahwa kamu sama sekali nggak merindukanku.
Aku juga berkesimpulan bahwa kamu enggak pernah memikirkanku lagi sejak jarak raga kita sudah jauh seperti ini.

Aku tahu kamu sibuk, aku mahfum dan mencoba bersabar. Sayang, aku bersabar dan aku memang mahfum tapi nyatanya aku nggak bisa bohongin perasaan kangen ku yang menggebu-gebu dan berlebihan ini.
Kamu sibuk. Iya, kamu sibuk. Sangat sangat sibuk sampai lupa kalau ada aku yang selalu nantiin kamu.

Kamu lupa. Lupa sama ku saat kamu ditengah keramaian. Kamu lupa. Lupa sama ku saat kamu ditengah teman-teman dan hobby mu.

Aku jadi menarik kesimpulan lagi bahwa aku enggak ada diduniamu. Kamu seolah seperti menyisihkan dan menyekaku kedunia lain yang enggak kumengerti.

Aku minta berakhir karena rasa sakit dan sesak yang kurasakan. Dan aku enggak ngerti mengapa rasanya bisa sesakit dan sesedih ini. Hampir selalu aku menangis karena terasa ada sakit dan sesak didadaku. Entah dari mana asalnya.

Dan kamu menolak untuk mengakhiri penderitaanku itu.

Aku tahu kamu sibuk, maka ku ambil keputusan itu dan  terasa tinganlah perasaanku selama beberapa saat.

Lantas, aku mulai dirundung rasa bersalah dan rutukan atas dirisendiri. Mengapa aku begitu egois? Mengapa mengambil keputusan sepihak?

Ah, maaf.

Maka dengan hati yakin aku minta maaf padamu dan berjanji pada diri sendiri bahwa aku enggak bakal maksa kabar dari kamu lagi. Kamu bebas ingin seperti apa dan bagaimana karena nyatanya aku yakin aku enggak pernah bisa ngegoyahin kamu. Kamu masih tetap di duniamu tanpa aku. Iya, aku mengerti.
Kamu mau ngabarin atau enggak, sesukamu saja.

Karena nyatanya adalah aku nggak bisa jauh dan nggak bisa enggak kangen sama kamu.

Hanya satu yang ingin ku tahu : bagaimana perasaanmu saat sama sekali nggak ada kabar dari ku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun