"Ketika manusia mati, di manakah ruhnya berada? Apakah mereka mengetahui ketika kita kunjungi? Benarkah ruh bisa saling bertemu? Di mana sebenarnya ruh ditempatkan sejak kematiannya untuk menunggu waktu kiamat nanti?"
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu mungkin sering muncul dalam benak kita. Sebab perihal ruh dan kematian ini memang rahasia yang sangat pelik. Kita tidak bisa dengan mudah menanyakan hal-hal ini kepada manusia yang sudah dibawah tanah. Orang-orang terdekat kita yang sudah meninggal pun tidak lagi bisa menceritakan pengalaman di alam kuburnya langsung kepada kita. Maka, yang bisa kita lakukan hanyalah mempelajari ilmu tentang ruh dan kematian yang kompleks ini berdasarkan sumber syar'i.
Tak jarang tayangan di media menyuguhkan kita adegan dimana paranormal bertingkah seolah mereka bisa mendatangkan ruh-ruh orang mati untuk kemudian berbicara dan bertanya kepada ruh tersebut. Hal ini benar-benar tidak ada dasar yang menguatkannya secara naql (riwayat dan dalil) dan tidak pula secara akal. Bagaimana mungkin, ruh yang sudah tidak ada kepentingan dengan dunia, masih mampu memenuhi panggilan cenayang untuk 'mewawancarainya'. Pertemuan antara ruh orang yang masih hidup dengan ruh yang sudah mati hanyalah memungkinkan didalam tidurnya.
Ibnu Qoyyim, dalam buku ‘Rahasia Ruh & Kematian’ ini menerangkan bahwa kita memang mungkin saja berinteraksi dengan orang yang sudah meninggal melalui alam mimpi. Sebab saat kita tertidur, sesungguhnya Allah sedang mewafatkan kita dan ruh tersebut Allah lepaskan kembali ke tubuh kita, hingga kita terbangun. Berbeda dengan orang yang sudah meninggal, Allah telah mewafatkan ia selamanya, mengenggam ruhnya dan tidak dikembalikan ke tubuhnya lagi hingga hari kiamat.
Nah, pada saat tidur itulah, mungkin terjadi pertemuan dengan ruh lain yang akan menjadi suatu petunjuk. Namun beliau juga menyampaikan bahwa pertemuan ruh di alam mimpi perwujudannya bisa benar dan juga tidak. Kita mesti lebih berhati-hati sebab bisa jadi pertemuan itu adalah perwujudan dari jin. Banyak juga orang-orang mengalami mimpi yang sebenarnya tidak berarti apa-apa selain bayangan dan kepercayaan mereka sendiri.
Rasa penasaran kita terkait hal-hal seperti ini akan terjawab lewat Kitab Ruh yang ditulis ratusan tahun lalu oleh seorang teladan yang dikenal dengan sebutan Ibnu Qayyim. Beliau lahir di Damaskus 1292 dan mendapatkan gelar Wali Quthub, Imamul Muhaqqiqin wa Zudwatul Arifin yang artinya pemuka ahli kebenaran dan teladan orang-orang makrifat. Disiplin ilmu yang dikuasai Ibnu Qayyim hampir meliputi semua ilmu syariat. Kitab Ruh ini ditahkik oleh Syekh M. Ayyub al-ishlahi dan diterjemahkan oleh Fuad Syaifudin Nur, disesuaikan dengan Judul 'Rahasia Ruh dan Kematian'.
Pada bagian pertama buku ini, kita disuguhkan wawasan terkait arwah dan mayat orang meninggal. Dijelaskan disini bahwa para mayat ternyata bisa mengetahui kedatangan kita dan betapa bahagianya orang-orang yang sudah mati atas kunjungan kita kepadanya, bahkan mayat sekitarnya yang juga ikut merasa senang atas salam dan doa kita kepada mereka.
Dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah saw. beliau bersabda "Tidak ada seorang pun yang lewat di dekat kuburan saudara mukmin yang dikenalnya, lalu dia mengucapkan salam kepada saudaranya itu, kecuali dia (si orang mati) akan menjawab salam kepadanya". Rasulullah saw. pun mengajari para sahabat untuk mengucapkan doa setiap kali mereka memasuki pekuburan; "assalamualaikum ahla addiyar" (salam atas kalian wahai penghuni hunian).
Selanjutnya, Ibnu Qayyim memberikan pengetahuan tentang kemana dan bagaimana para ruh akan berkumpul. Allah swt. berfirman dalam QS. An-Nisa: 69. "Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." Kebersamaan ini tetap berlaku di dunia, alam kubur dan di hari pembalasan. Seseorang akan bersama orang yang dicintainya di ketiga alam tersebut.
Lalu di manakah ruh-ruh ditempatkan sejak kematiannya untuk menunggu dibangkitkan kembali pada hari kiamat nanti? Ada pendapat yang mengatakan bahwa ruh-ruh ada disurga. Ada juga pendapat yang menyampaikan bahwa ruh orang mukmin berada di Iliyyin, di langit ke tujuh dan ruh orang kafir berada di Sijin, di bumi ke tujuh. Ada juga riwayat yang menceritakan bahwa ruh para Syuhada ditempatkan di dalam perut burung hijau, melewati sungai-sungai di surga dan menikmati buah-buahan surga. Sebaliknya, yang terjadi kepada ruh para pengikut Firaun adalah mereka semua akan dibawa ke neraka setiap pagi dan petang sebelum datangnya hari Kiamat.
Tidak hanya sampai situ, buku ini bahkan membahas pertanyaan tentang urutan penciptaan! “Mana yang lebih dulu diciptakan? Ruh dulu kemudian jasad, atau sebaliknya?” Pertanyaan lucu seperti ini seolah mengingatkan saya dengan teka teki jaman sd dulu. Duluan mana telur atau ayam?
Pada dasarnya, manusia memang tidak terlibat dan andil sedikitpun dalam proses penciptaan dirinya. Hal ini sepenuhnya berada dalam hukum alam. Menurut Ibnu Qayyim, ruh manusia diciptakan lebih dahulu daripada badannya mengacu kepada dua ayat al-Qur'an yaitu surat al-A'raf ayat 172 dan ayat 11, bahwa ruh manusia telah diciptakan hingga kemudian ditiupkan kedalam diri manusia ketika masih berupa janin dalam rahim ibunya.
Bahasan lanjutan dalam kitab ini kemudian menjabarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kompleks yang sering kali terlintas dalam benak kita. Seperti; Apakah ruh dapat mati? atau yang mati hanya jiwanya saja? Bagaimana kita menjawab orang atheis yang mengikari tentang siksa kubur? Apa saja hal yang menyebabkan siksa kubur dan hal yang dapat menyelamatkan kita dari siksa kubur? selama apa siksa kubur itu berlangsung? sampai kiamat kah? Apa maksud sempit dan lapangnya sebuah kubur? bukankah semua ukuran kubur itu sama? Lalu apakah 'wawancara di alam kubur' oleh malaikat Munkar-Nakir hanya untuk kita umat muslim atau untuk umat yang lain juga? Apakah anak-anak juga diuji dalam kubur mereka?
Hingga diakhir buku, dibahas tentang hakikat dari jiwa. Apakah jiwa dan ruh merupakan satu kesatuan atau berbeda? Menurut Ibnu Qayyim, jiwa dan ruh adalah dzat yang sama. Bedanya, ruh disifatkan dengan kehidupan badan, sementara jiwa disifatkan dengan kemulian sikap. Jiwa ibarat 'sosok' yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiannya. Jiwalah yang memilih dan memutuskan kebaikan atau keburukan dalam hidupnya yang akan dipertanggung-jawabkanan pada hari kebangkitan kelak. Berbeda dengan jiwa, ruh merupakan anugerah sebagian sifat-sifat Allah kepada makhluk-Nya. Dengan ditiupkannya ruh, saat itulah kita mampu bernafas, hidup. Mungkin mudahnya, Ruh adalah 'sesuatu' yang menjadikan manusia itu hidup dan Jiwa adalah 'sosok' penentu setiap pilihan dalam kehidupannya.
Betapa pertanyaan dan bahasan tersebut adalah perkara yang sangat 'berat'. Namun buku ini mampu mengulas tuntas perihal seperti ini hingga terjawab sudah 'penasaran' kita, dilengkap dengan dalil yang menjadi pemandunya.
Hal-hal yang sekilas terasa 'konyol' dan sensitif untuk ditanyakan, namun faktanya memang sering dipertanyakan. Tanpa ilmu, kita hanya bisa menjawabnya dengan guyonan. Namun dengan ilmu dan syariat yang benar, kita bisa menambah pengetahuan dan meningkatkan keimanan.
Karena dengan memahami ini, kita akan menyadari, betapa hebat dan agungnya kuasa Rabbi dalam mengatur semua tentang diri kita, hidup kita, ruh kita, hingga kematian dan rangkaian kehidupan setelahnya nanti. Mudah-mudahan buku ini bisa menjadi perantara bagi kita dalam mendapatkan jawaban atas lintasan pertanyaan-penasaran kita selama ini.
Spesifikasi Buku:
Judul : Rahasia Ruh dan Kematian
Penulis : Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
ISBN : 978-623-7327-41-7
Ukuran : 15.5 x 24
Isi : 604 halaman
Penerbit : Turos Khazanah Pustaka Islam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H