Mohon tunggu...
Betari Tyas Maharani
Betari Tyas Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - Kata Imam Syafi'i, ilmu itu seperti hewan buruan, sedangkan tulisan adalah tali ikatannya. Maka ikatlah hewan gembalamu dengan tali yang kuat.

http://irumaharani.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tetap Tenang di Masa Pandemi dengan Untaian Nasihat 3 Guru Besar

11 Mei 2021   07:04 Diperbarui: 11 Mei 2021   08:30 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
irumaharani.blogspot.com

"Tidaklah seorang hamba mencicipi tegukan yang lebih agung daripada seteguk kebijaksanaan saat marah dan seteguk kesabaran saat mendapat musibah"
Sejuknya kutipan dari Hasan Basri RA diatas, merupakan salah satu dari ribuan petuah bijak yang terdapat dalam buku ini. Disusun oleh Shalih Ahmad Asy-Syamsi, yang bersumber dari pemikiran 3 ulama besar islam; Pertama, Hasan Bashri yang merupakan ulama ahli dalam bidang fikih, hadis, dan ahli tafsir. Kedua, Imam Ghazali, ulama tasawuf yang sudah sangat familiar kita dengar namanya karana untaian-untaian indah nasihatnya dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani, guru besar ilmu fikih.

Sebagaimana kita rasakan pada fase awal pandemi Covid-19 lalu, banyak orang mengalami stres karena perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kita sempat melihat-merasakan fenomena panic buying akibat frustrasi dan stres karena mengkhawatirkan keberlangsungan hidup di masa pandemi. Seiring berjalannya waktu, dengan segala penyesuaian yang ada, stres tersebut mungkin sudah tidak dirasakan lagi. Namun, beberapa orang justru mengalami stres baru karena kondisi pandemi yang tak kunjung usai ini.

Padahal, satu-satunya cara menghadapi kondisi seperti ini adalah dengan tetap tenang secara pikiran dan hati.

Hasan Bashri RA, sejak ribuan tahun lalu berkata, "....Dunia membawanya kepada sesuatu yang ia tak mampu bersabar terhadapnya dan tak mampu menanggungnya. Urusan dunia itu kecil. Kesenangannya sedikit. Sedang kehancurannya sudah pasti. Mungkin berupa nikmat yang hilang, ujian yang turun, musibah yang mengagetkan dan bencana yang mematikan."

Dan dengan sejuknya, Hasan Bashri melanjutkan nasihat jawaban untuk menghadapinya, "Kemarin adalah hari yang penuh hikmah dan mendidik. Hari ini adalah kawan yang hendak pergi. Namun hari kemarin, meski telah menyakitimu, telah meninggalkan hikmah yang abadi padamu. Hari esok juga memberi harapan di tanganmu, maka yakinlah dengan berbuat dan janganlah tertipu oleh harapan sebelum waktunya datang. Jangan kau masukkan beban esok hari atau sesudahnya kedalam hari ini. Engkau hanya menambah kesedihan dan keletihan jika hendak kumpulkan hal-hal yang cukup untuk hari-harimu dalam sehari."

Maa syaa Allah, begitu banyak nilai yang disampaikan yang bisa dikaitkan dengan kondisi sekarang. Tentang tenang dan tidak mengkhawatirkan sesuatu dimasa datang yang bahkan belum pasti kita akan menjumpainya atau tidak. Tentang merenungkan hikmah atas apa yang telah kita lakukan di waktu lalu, memaksimalkan usaha pada hari yang kita jalani tanpa terbebani dengan sesuatu yang akan datang. Jika kita bisa menyikapi semua ini dengan tenang, tentu tidak akan terjadi fenomena panic buying dan penimbunan barang (ihtikar). Sebab rasa takut dan cemas akan hari esok hanyalah bisikan setan. Ia senantiasa mengganggu kita dengan bisikan "Apa yang kau makan besok?" "Apa yang kau kenakan esok hari?" sehingga muncul lah rasa khawatir di hati manusia.

Buku ini, seperti judulnya, untaian kata dalam setiap halamannya benar-benar mampu menenangkan pikiran dan hati. Bagaikan air nan jernih penyejuk dahaga yang memberikan ketenangan kepada setiap pembacanya. Kata mutiara dan petuah bijak dari Ulama yang hidup ribuan tahun lalu ini, masih sangat berkaitan dengan kondisi sekarang. 

Hampir semua persoalan harian ada jawabannya disini. Pada bagian pertama, Hasan bashri RA banyak memberikan nasihat indah tentang Harapan, tentang anjuran untuk sibuk pada keterbatasan diri sendiri agar tidak sempat melihat/ membahas keterbatasan orang lain, menjaga lisan dan hati, mengendalikan nafsu, cinta dan benci sekadarnya, makanan yang baik, hingga perihal takdir.

Buku yang terdiri dari 3 bagian berdasarkan nasihat masing-masing Ulama ini, setiap halamannya terdapat petuah yang benar-benar everlasting. Untaian petuah-petuah bijak  dalam buku ini mungkin tidak sepopuler mahfudzot "man jadda wa jadda", namun demikian, petuah dalam buku ini begitu mengena dihati. Salah satu petuah sederhana yang sangat saya suka dari bagian Imam Ghazali adalah "Jangan mengemis kepada makhluk. Mereka juga lemah dan Fakir. Diri mereka tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat".

Hal ini mengingatkan saya pada suatu ayat dari Ummul Kitab "iyya kana' budu wa iyya' kanastain"
Hanya kepada Engkau kami menyembah dan Hanya kepada engkau kami memohon pertolongan.
Sangat sederhana. Tapi sangat mengena.

Dari sini kita bisa resapi, kenapa pada ayat tersebut ditekankan kata "Hanya"? Karena memang hanya, cuma kepadaNya saja kita bisa memohon pertolongan bahkan mengemis kasih. Tiada apapun didunia ini yang akan mampu memberikan manfaat dan mudharat dalam hidup kita. Semua hanya perantara dari Allah. Maka alih-alih berharap pada manusia, pada Allah sajalah kita menghimba. Biar Allah yang atur selebihnya, dengan caraNya.

Buku ini mengajarkan kita ilmu-ilmu yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits, menjadi kitab perantara hidayah dan petunjuk konkrit dalam memahami diri, bermuhasabah, dan berperilaku sehari-hari yang sangat ringan dan nyaman dibaca dalam segala suasana.

Salah satu sub-bab pada bagian kedua yang berjudul "Wahai Anakku" / Terjemahan kitab Ayyuhal Walad karya Imam Ghazali ini, merupakan kitab yang ditulis Imam Ghazali untuk muridnya yang meminta nasihat kepadanya sebelum pamit berguru. Betapa indahnya, Imam Al-Ghazali memberikan contoh adab dalam menyampaikan nasihat. Al-Ghazali memanggil muridnya dengan sebutan "Wahai ananda/anakku". Kata ini menjadikan nasihat yang ditulisnya terasa sangat menenangkan, seolah membuka sekat antara guru (Imam Ghazali) dan murid-muridnya (kita yang sedang belajar).

Setelah petuah dari Hasan Bashri RA dan Imam Ghazali, pada bagian ketiga, dilanjutkan petuah bijak dari Syekh Abdul Qodir Jailani yang bersumber dari Kitab Fath al Rabbani wal Faidhu al Rahmani dan Kitab Futuh al Ghaib yang berisi nasehat-nasehat yang condong pada pemikiran spiritual, seperti; Tidak boleh menentang takdir Allah swt, Tidak terlena oleh duniawi, Taubat, Sabar, Ikhlas hingga Jihad melawan nafsu.

Syekh Al-Jailani memberikan nasehat agar kita mampu menjaga kemurnian hati, jika hati baik maka seluruh tindakan akan baik pula seperti yang disabdakan Rasulullah "Ada segumpal darah di tubuh anak Adam yang apabila dia baik, maka seluruh jasadnya akan baik pula. Dan jika hatinya rusak, maka rusaklah semua jasadnya. Dan itu adalah hati." Agar hati selalu terjaga, maka tawakal dan ikhlas beramal untuk Allah semata penting ditekankan.

Dengan merenungkan tulisan-tulisan dalam buku ini saja, kita bisa menganalisis, menemukan sebab-sebab penyakit hati dan kesusahan sehari-hari hingga menemukan insight solusi apa yang bisa digunakan, dilakukan dalam penyembuhannya. Tulisannya pun tidak sekedar teoristis, namun praktis, baik itu tentang ibadah, sosial, akidah, hingga  perihal jiwa.

Buku ini Dikemas dalam bentuk yang eksklusif (hardcover), tebal, isinya padat, namun susunan tulisannya rapi, sehingga mata pun tidak jenuh membacanya. Ukuran dan kualitas bookpaper-nya yang ringan membuat buku tebal ini tetap nyaman dalam genggaman, tidak berat.

Terakhir, saat melihat gambar air pada cover buku ini, saya seolah diingatkan, diarahkan untuk terus bergerak, seperti air yang selalu mampu mengalir membuat jalannya sendiri, di sela-sela sesempit apapun, ia akan tetap menemukan jalannya. Menuju ke jalan yang benar, aliran hidup terbaik.

Spesifikasi Buku
Judul: Tenangkan Pikiran & Hatimu Setiap Saat: dengan petuah-petuah bijak
Penulis: Hasan Bashri RA, Imam Al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir Jailani
Penyusun: Shalih Ahmad Asy-Syami
ISBN: 978-623-7325-24-6
Ukuran: 15 x 23
Isi: 363 halaman
Penerbit: Wali Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun