DOA HARI KE-1
"Ya Allah, jadikan puasaku di bulan ini puasa mereka yang shiyam. Dan ibadah malamku termasuk ibadah mereka yang qiyam. Bangunkan aku dari tidurnya orang-orang yang lalai. Ampuni dosa-dosaku, wahai Tuhan Semesta Alam. Maafkan segala kesalahanku, Wahai Yang Mengampuni setiap hamba-Nya yang memohon ampunan."
"Nun Gusti, jantenkeun saum abdi saumna jalma-jalma anu bener-bener saum. Sareng ibadah peuting abdi kaasup ibadah aranjeunna anu bener-bener qiyam. Jaga abdi dina ieu sasih tina sarena jalma-jalma anu lalawora. Mugi dihapunten dosa-dosa abdi nun Gusti anu murbeng alam. Lubarkeun sadaya kelepatan abdi, Nun Gusti Anu Ngahapunten ka satiap abdi-Na anu nyuhunkeun pangapunten"
Catatan Kecil Penulis
Pernahkah kita merenung, mempertanyakan, sejauh mana kualitas ramadhan kita? Pernahkah kita mempertanyakan apakah shalat terawih, sunnah bahkan wajib diterima oleh Allah?
Doa di atas menjadi pertanyaan psikologis yang menampar dengan sangat keras, orang-orang yang tidak pernah sadar akan sejauh mana ramadhan atau puasa kita.Â
Puasa Sejati
Pertanyaan pertama yang menampar kita adalah "Apakah puasa kita selaras atau sudah sesuai dengan puasa yang diinginkan oleh Allah?"Â
Kita terkadang terlalu percaya diri bahwa puasa kita akan diterima oleh Allah, sehingga kita berleha-leha. Atau justru kita menyepelekan puasa kita. Bukankah puasa yang hakiki adalah menahan diri (baik fisik maupun batin) dari setiap hal yang dilarang ataukah diperbolehkan?
Bukankah puasa yang hakiki adalah bukan hanya menahan makan dan minum, tapi menahan ucapan supaya tidak menyakiti orang lain? Bukankah puasa yang hakiki adalah menahan dari keinginan, selain dari yang Allah inginkan?
Bukankah puasa yang hakiki adalah dengan menahan penglihatan dari setiap hal yang diharamkan oleh Allah swt? Bukankah puasa yang hakiki yaitu dengan tidak mendengar yang diharamkan oleh Allah. Bukankah puasa yang hakiki adalah puasa yang menahan kekuatan (tangan) kita untuk tidak menyakiti orang lain.
Sudahkah kita mencapai derajat puasa seperti ini? Saya kira kita sangat jauh dari derajar ini. Waktu ramadhan kita banyak dihabiskan untuk tidur, scroll tiktok, lihat konten-konten buka puasa dan masih banyak lagi. Sangat jarang sekali kita mampu melaksanakan hak-hak ramadhan.
Dalam kondisi seperti ini maka doa ini penting. Kita memohon kepada Allah agar selalu membimbing kita agar puasa yang dijalani sesuai yang diinginkan oleh Allah swt. Tanpa bimbingannya, ramadhan kita akan dilewati dengan begitu saja seperti bulan-bulan biasanya.
Shalat Sejati
Pertanyaan kedua yang menampar kita yaitu "Sudahkan berdiri kita dalam menjalankan Shalat di bulan ramadhan ini sesuai dengan yang diinginkan Allah?"
Saya kira dipaksa untuk shalat paling minimal 11 rakaat dalam rangka menghidupkan malam-malam bulan ramadhan memang terasa berat. Walupun kita juga tidak bisa menutup mata banyak orang yang justru menikmati komunikasi dengan Tuhan secara langsung. Di satu sisi, banyak orang yang sangat terpaksa melakukannya, sehingga jangankan menikmati, dengan perut yang kenyang dia melaksanakan salat dengan terus menguap, sampai-sampai lupa berapa rakaat yang sedang dijalaninya.
Kita seharusnya malu dengan sikap seperti ini. Tapi untuk membiasakan hal ini butuh waktu yang tidak sebentar. Kita harus menundukan ego kita. Sehingga kita mampu secara totalitas mengabdi kepada-Nya.
Maka berdoa  agar Tuhan selalu menegakan kaki kita untuk selalu kuat berdiri dan bersujud kepadanya menjadi penting. Oleh karena ini, membaca doa ini sangatlah penting untuk menambal setiap lubang-lubang ramadhan kita.
Beta Firmansyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H