Pembebasan kaum tertindas (Baca : kesewenang – wenangan, kedzoliman, kekejian, keserakahan, ketidak adilan, pengekangan, pembungkaman dan perampasan hak – hak kemanusian) sering menjadi sebuah wacana yang terus bergulir, wacana pembebasan menjadi sebuah ukuran nilai hidup yang menghargai martabat manusia dan kemanusian, lewat wacana pembebasan ini pula diletakkan sebuah nilai kemanusian atau minimal sebuah usaha manusia dalam memanusiakan manusia lainnya. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Max Havellaar " Tugas manusia adalah menjadi manusia ". Dengan demikian perjuangan untuk pembebasan kaum tertindas merupakan sebuah wujud dari keberpihakan kita terhadap kemanusiaan itu sendiri, mereka yang memilih untuk memperjuangkan pembebasan kaum termajinalkan merupakan wujud pembelaan terhadap kemanusian individual terhadap dirinya sendiri, karena jika apabila didalam masyarakat telah bercipta sebuah sistim yang membuat sebahagian manusia tidak lagi memanusiakan dirinya sendiri itu artinya dalam sistim kemasyarakatan tersebut telah terjadi de humanisme total yang begitu parah dan teramat sulit untuk di perbaiki, dalam kultur masyarakat seperti itu antara penindas maupun yang tertindas kemudian menjadi sama-sama tidak manusiawi atau tidak termanusiakan lagi, manusia yang melakukan penindasan menjalankan laku selayaknya binatang dan manusia yang tertindas diperlakukan ibarat binatang. Untuk mencegah terjadinya de humanisasi dalam masyarakat perlu dilakukan sebuah usaha dalam membebaskan kaum tertindas sebagai sebuah usaha memanusiakan manusia, tindakan penyadaran akan pentingnya nilai-nilai dengan berupaya memberikan pemahaman tentang pentingnya melakukan pembelaan terhadap nilai atau tatanan yang bersifat mengekang dan berpotensi menindas hak-hak dasar kemanusiaan, bentuk-bentu penindasan terhadap manusia sebenarnya sudah ada sejak jaman dulu dan terus berkembang seiring kemajuan zaman, bentuk penindasan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam masyarakat yang oleh Karl Marx dalam manifestonya menyatakan bahwa " Sejarah manusia yang tercipta adalah sejarah perjuangan kelas ". Karena itu tidak heran kemudian ketika kita melihat dalam perjuangan Nabi-nabi Semistisme cenderung dalam perjalanan keNabiannya terkisahkan melakukan pembebasan terhadap umat dalam masanya (Baca : kaum tertindas), misalnya Nabi Musa yang membebaskan kaumnya dari perbudakan Firaun, lalu Nabi Isa yang oleh umat Kristiani di sebut Yesus melakukan pembebasan terhadap kaumnya dari imperium penindas Romawi atau Nabi Muhammad yang telah melakukan pembebasan terhadap kota Mekkah demi membebaskan manusia dari kejahiliyahan masyarakat kota Mekkah jaman itu.Teramat jelas bahwa perjuangan pembebasan kaum tertindas telah ada sejak berabad-abad yang lalu mengalami bebagai bentuk perubahan dalam gerakan perwujudannya, merekondisi model perjuangan dan akan terus ter update sepanjang tindak penindasan masih terjadi, bentuk gerakan pembebasan mereka yang tertindas terus berubah sesuai dengan perubahan jaman mengajarkan umat manusia untuk tidak stagnan dalam menghadapi bentuk baru penindasan yang terjadi. Di antara sekian banyak gerakan yang melakukan pembebasan terhadap para kaum yang ditindas Islam dikategorikan dalam salah satu teologi pembebasan dan variannya adalah teologi pembebasan yang dipahami oleh agama lain diluar Islam, contoh teologi tersebut teologi pembebasan Katholik atau teologi pembebasan Budha, namun teologi pembebasan Katholik ataupun Budha belum pernah secara spesifik terbukti dalam sejarah melakukan sebuah revolusi atau perubahan yang mendasar dan fundamental, sedangkan Islam telah berhasil melakukan sebuah bentuk perubahan yang begitu fundamental yang pertama sejarah mencatat keberhasilan Nabi Muhammad Saw pada awal perjuangan menyebarkan agama Islam dijasirah Arab dengan berhasil merubah sebuah tatanan masyarakat jahiliyah yang kurang beradap dan kurang menghargai nilai-nilai kemanusiaan menjadi sebuah tatatan masyarakat yang begitu menghargai nilai-nilai kemanusian dan begitu toleran menerima perbedaan. Yang kedua yang menjadi tonggak sejarah Islam mutakhir adalah revolisi Islam Iran di bawah Ayatullah Khomaeni. Dengan fakta tersebut Islam telah diuji dalam sejarah dan mengalami sebuah kemenangan. Gerakan pembebasan Islam tersebut kemudian menjadi contoh metode pembebasan kaum tertindas yang masih diadopsi sampai sekarang oleh banyak organisasi atau gerakan pembebasan dalam melawan berbagai bentuk penindasan yang terjadi saat ini. Pertanyaannya kemudian adalah apakah daya tarik Islam sehingga dipakai sebagai sebuah metodologi pembebasan kaum tertindas, sebab secara sadar Islam sebagai sebuah ideologi telah dijadikan pedoman manusia dalam mencari jalan keselamatan dan kesejahteraan. Islam sendiri sebagai sebuahi deologi telah memberi penguatan dalam gerakan pembebasan manusia, Islam kemudian menjadi sebuah gerakan religiuisitas dalam menghadapi tantangan kehidupan diabad modern ini. Secara subtansial Islam sejak awal di promosikannya sebagai sebuah agama yang hanya mengakui Ke-Esaan ketuhanan juga sekaligus sebuah agama yang begitu menghargai kemanusiaan dan kemasyarakatan ( Q.S. Al- Imran Ayat 112 ). Salah satu parameter keagamaan seseorang ditentukan oleh prestasi sosialnya, kualitas kesalehan tidak hanya di peroleh melalui upaya pengsucian diri (Riyadah Nafsiyyah) berupa kegiatan ritual keagamaan semata melaikan juga kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Dalam Qur'an SuratAl-Ma'uun (107) ayat 1–7,
menyebutkan, yang artinya :
Tahukah kamu orang yang mendustakan agama
Itulah orang yang menghardik anak yatim
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
Maka celakalah orang – orang yang shalat (Yaitu) orang – orang yang lalai dalam shalatnya
Orang – orang yang berbuat riya
Dan enggan (Menolong dengan) barang berguna
(Terjemahan Al-Qur'an Surat Al-Ma'uun oleh yayasan penyelenggara penerjemah/penafsir Al-Qur'an, 1971)
Islam sebagai sebuah ideologi dalam totalitasnya telah mengcakup semua aspek duniawi maupun ukhrawi. Dalam Islam sejak awal sudah mendotrinkan untuk concern dan peduli kepada orang – orang yang hidup dalam kekurangan, ketidak mampuan, ketidak berdayaan, ketidak pahaman dan mengalami penindasan semisal orang yang teraniaya, orang– orang miskin, yatim piatu, janda perempuan dan seorang muslim wajib memberi perlakuan yang manusiawi walau terhadap seorang budak sekalipun. Agama Islam sebagai petunjuk yang diberikan Tuhan kepada manusia, sehingga agama hendaknya benar –benar mampu mengarahkan manusia kejalan kebenaran dengan kembali memanusiakan manusia serta mampu menjaga kelestarian alam semesta, walau agama yang diyakini para penganutnya pada hakekatnya sama yaitu petunjuk yang diberikan Tuhan kepada manusia, namun Islam sebagai sebuah agama sekaligus ideologi merupakan sebuah agama yang mengarahkan manusia pada keselamatan dan salah satu peryaratan dalam mencapai keselamatan tersebut dengan memiliki fikiran yang jujur dan bersih sehingga mampu menganalisa persoalan yang sedang dihadapi baik yang besifat individual atau bersifat kolektif yang di hadapi dan dirasakan oleh rakyat kebanyakan, tugas seorang muslim salah satunya bagaimana dia senantiasa berusaha untuk menyelamatkan dunia ini dari bentuk terkecil yang bisa dilakukannya, ketika menyaksikan kesewenang – wenangan, kedzoliman, kekejian, keserakahan, ketidak adilan, pengekangan, pembungkaman dan perampasan hak – hak kemanusian. Seperti ungkapan Nabi Muhammad "Jihad yang paling utama adalah mengucapkan kata – kata yang benar kepada penguasa yang dzolim". Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memberi pencerahan dengan menginjeksikan jiwa dan kehidupan sosial baru kepada peradapan, Islam bukan hanya sekedar aqidah dan ritual tetapi juga sebuah cara hidup dan interaksi sosial, dalam agama Islam jelas tidak terdapat pemisahan antara aqidah dan politik juga tidak ada pemisahan antara moral dan ekonomi, antara ilmu dan hikmah, seorang muslim idealnya tidak terbelah antara aqidah, hati nurani dan imannya dalam satu segi baik dalam segi kehidupan spiritual maupun dalam segi praktik kehidupan sosial kemasyarakatannya ataupun segi kehidupan yang lain. Sebagai upaya mengingatkan kepada seluruh kaum muslimin dalam menghadapi perkembangan globalisasi yang demikian pesat, dengan berbagai isu yang terdapat didalamnya, tentang isu zionis yang terus menggerogoti umat islam, tentang isu kapitalisme yang semakin kuat mencengram sistim ekonomi dunia yang berefek terhadap aspek sosial lainnya, isu tentang varian neoliberalisme yang mengarahkan manusia untuk berkiblat pada mashab kepentingan dunia barat. Terlalu banyak isu– isu internasiaonal maupun nasional yang di hadapi umat Islam saat ini, diperlukan kecerdasan dan daya nalar yang baik dalam upaya menjawab dan menhadapi isu yang berkembang sekarang ini, keterbelakangan umat Islam dibanding umat lainnya hendaknya di jadikan campuk untuk lebih mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh umat Islam, persoalan kemiskinan dan penindasan yang dihadapi umat Islam masih perlu dipertanyakan sejauh mana efek teologis bepengaruh didalamnya, karena pada umumnya ketertindasan individu atau komunitas diakibatkan oleh sistim sosial yang berlaku di dalam tatanan itu sendiri walau tidak tertutup kemungkinan terdapat faktor eksternal yang mempengaruhinya, sehingga perlu diupayakan sebuah metode dan sebuah solusi untuk memecahkannya, salah satu metode alternatif yang dapat dilakukan saat ini adalah melakukan pengkajian terhadap Islam dan menjadikannya sebagai sebuah agama pembebasan yang membebaskan, walau saat ini telah banyak upaya untuk melakukan hal tersebut, tapi akan lebih baik ketika semakin banyak orang yang berupaya untuk memikirkan hal tersebut sehingga metode dan solusi umat untuk keluar dan memecahkan persoalan yang di hadapi umat Islam saat ini bisa lebih cepat teratasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H