Masih tak terbayangkan oleh saya, hari jum’at malam 13 November silam yang diawali dengan keceriaan dan semangat untuk berakhir pekan berujung pada tragedi berdarah yang meninggalkan luka yang mendalam. Sebuah tindak terorisme yang setidaknya menewaskan 130 lebih orang tidak bersalah, dan 300 orang yang saat ini masih dalam pertarungan antara hidup dan mati di rumah sakit. Sebagai warga negara Indonesia, saya memang tidak akan tinggal seumur hidup di Perancis, namun Perancis sudah saya anggap sebagai rumah kedua, saya sangat sedih dan terpukul atas kejadian ini
Siaga satu serta 3 hari berkabung telah di kumandangkan oleh sang pemimpin tertinggi Perancis, President François Hollande, kemudian disertai janji untuk melakukan penyerangan ke markas ISIS. "Kita sedang Berperang," sebut presiden Perancis Francois Hollande dihadap seluruh rakyat Perancis.
Hari senin pun saya jalani seperti biasa, pagi hari bergegas menuju kantor kemudian kembali pada sore hari dan lembur seperti hari-hari sebelumnya. Kereta bawah tanah tetap penuh sesak, orang jalan masih tergesa-gesa hingga pengemis dan orang jalanan masih banyak di jalan-jalan dan gang-gang. Seakan tidak terjadi apa-apa beberapa hari silam, warga Paris seakan ingin menunjukkan jika mereka tidak semudah itu di patahkan semangatnya untuk hidup. Mereka tidak takut.Â
Namun, jujur rasa was-was masih menghantui. Ketakutan berada didalam keramaian dan berkumpul ditempat publik masih sedikit menjadi momok tersendiri. Syok akibat tragedi terorisme masih akan membekas, namun saya yakin dengan seiring berjalannya waktu luka tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Â
Hingga saat pembuatan tulisan ini selesai, telah kembali terjadi peledakan bom bunuh diri di utara Paris yang setidkanya menewaskan 3 orang. Prihatin
BES
*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi