Kelebihan dari Kesultanan Gowa-Tallo adalah kekuatan maritimnya sebagai pintu masuk ke perdagangan rempah di timur Nusantara. Kegigihan pemimpin mereka dalam menentang monopoli Belanda mendukungnya. Gowa-Tallo memiliki hukum perdagangan, yaitu Ade Allopiloping Bacanna Pabalue dalam Lontana Amanna Goppa. Pada kejayaannya, Gowa-Tallo turut menguasai Flores dan Pulau Solor di Nusa Tenggara serta Kesultanan Bajo, Bone, Luwu, dan Sopeng.
Sayangnya, Gowa-Tallo berakhir di tangan Belanda, yang mengerahkan pasukan besar-besaran setelah Mappasomba menolak tunduk kepada Belanda walau mempertahankan keberadaan Kesultanan Gowa-Tallo. Kelemahan dari Gowa-Tallo adalah ketidakmampuan mreka untuk menjaga daerah kekuasaan mereka agar tidak lepas, karena Sultan Bone Aru Palaka berhasil memberontak dan mempersulit Gowa-Tallo.
Kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia meninggalkan pengaruhnya, yaitu dalam hal sosial-budaya serta dalam politik. Secara sosial-budaya, pengaruhnya terbagi menjadi lima hal, yaitu arsitektur, sastra, kaligrafi, sistem kalender, dan aksara. Secara arsitektur, terjadi akulturasi antara pengaruh Islam dengan bangunan masa Hindu-Buddha dalam hal makam, masjid, dan keratonnya. Pengaruh tersebut terlihat dari atap bertumpang yang berjumlah ganjil, posisi masjid yang berundak dan lebih tinggi dari tanah, serta denah yang berbentuk bujur sangkar.
Secara sastra, dapat dilihat pengaruh Arab dan Persia yang becampur dengan tradisi setempat. Pengaruh Arab yaitu syair, sementra Persia hikayat. Terjadi akulturasi dengan budaya Hindu-Buddha, yang berasal dari epos Mahabharata dan Ramayana terasa misalnya dalam Hikayat Pandawa Lima. Pengaruh Islam dalam seni rupa adalah stilisasi atau disebut juga deformasi, yaitu penyamaran makhluk hidup karena larangan melukis makhluk bernyawa dalam ajaran Islam. Hal tersebut terkait larangan penyembahan berhala.
Akulturasi lainnya antara budaya Islam dan Hindu-Buddha adalah sistem kalender, yaitu kalender Jawa yang diciptakan Sultan Agung dari Mataram. Dalam bidang aksara, berkembang pula tulisan Arab Melayu atau Arab gundul, serta percampuran atas huruf Pallawa dan Arab menjadi huruf Jawi.
Pengaruh Kesultanan Demak dalam warisan masa kini contohnya Suluk Wujil, yaitu kumpulan nasihat Sunan Bonang kepada bekas punggawa Majapahit. Selain itu, terdapat kontribusi Raden Patah terhadap bentuk wayang, yaitu menggunakan stilisasi untuk mengubah bentuk wayang sehingga tidak sesuai dengan relief candi. Ini menjadi salah satu bentuk akulturasi antara budaya Islam dengan Hindu-Buddha yang tergambar dalam peninggalan Kesultanan Demak.
Wayang, sejak dahulu hingga kini, digunakan sebagai penghibur. Kini, wayang pun menjadi warisan yang penting secara sosial-budaya. Bentuk serta ceritanya yang unik pun bermanfaat terutama karena dapat menarik perhatian negara luar. Wayang memang bermacam-macam seusai daerah asalnya, namun keberagaman itu menjadi salah satu aspek keunikan Indonesia, yaitu persatuan dalam perbedaan.
Demak memiliki pelabuhan di Bonang, yang dulu dipakai dan dibangun sebagai pelabuhan naiga. Pelabuhan Bonang masih dipakai kini, yang menjadi salah satu warisan dari Kesultanan Demak.
Pelabuhan dan benteng dari Gowa-Tallo, yaitu yang terletak di Somba Opu dihancurkan Belanda setelah menduduki Gowa-Tallo seluruhnya, sementara pelabuhan Tallo telah ditinggalkan. Peninggalan dari Kesultanan Gowa-Tallo yang masih tersisa adalah benteng "Pannyua," yang terlihat seperti penyu dari atas. Benteng tersebut dibangun pada tahun 1545 oleh Tunipallangga Ulaweng, raja Gowa kesepuluh. Benteng tersebut dikuasai VOC pada 1667 dan diubah namanya menjadi Fort Rotterdam setelah Perjanjian Bongaya. Fort Rotterdam yang menghadap laut kini terletak diantara properti berbau komersial.
Fort Rotterdam, setelah dikuasai Belanda, digunakan untuk aktivitas ekonomi dan pemerintahan. Kini, benteng yang masih terawat dengan baik menjadi museum dan lokasi wisata di kota Makassar, serta menjadi warisan secara sosial-budaya. Fort Rotterdam juga menjadi pengingat aktivitas ekonomi dan kegiatan kemaritiman serta kolonialisme di Indonesia. Ini menjadi salah satu dari begitu banyak warisan budaya dalam sejarah Indonesia.
Mengenal warisan budaya secara mendalam membantu untuk mengenali segala yang telah dilalui oleh bangsa ini, yaitu kejayaan dan kemakmuran yang telah ada, dan ketidakinginan untuk tunduk kepada bangsa lain.Â