Upaya untuk mempublikasikan gerakan kepanduan memang harus sering dilakukan oleh para Pramuka itu sendiri, termasuk melalui ISJ. Mengapa? Karena sampai sekarang, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri, berita-berita gerakan kepanduan dapat dikatakan kurang dianggap bernilai berita.
Kecenderungan yang sebenarnya agak aneh di kalangan masyarakat, kurang menyukai berita atau informasi yang positif. Seperti diketahui, pemberitaan tentang gerakan kepanduan umumnya adalah berita positif, yang menggambarkan semangat kaum muda untuk menjadi lebih baik melalui berbagai aksi pendidikan karakter.
Sebaliknya, bila berita atau informasi yang sifatnya negatif, justru lebih banyak mendapat perhatian masyarakat. Sampai-sampai pernah ada ungkapan, "orang digigit anjing bukan berita menarik, tetapi anjing digigit orang adalah berita yang menarik." Selain negatif, berita yang aneh juga justru menjadi perhatian.
Sama seperti pemberitaan tentang misalnya kegiatan jambore kepramukaan di satu tempat. Dianggap sudah biasa, karena memang salah satu kegiatan pandu atau Pramuka yang tentunya berkemah dalam bentuk jambore. Tidak ada yang aneh.
Baru menjadi perhatian luas manakala ada hal negatif atau keanehan dalam kegiatan tersebut. Contohnya, pelaksanaan Jambore Kepanduan Sedunia ke-25 di Korea Selatan pada 1 sampai 12 Agustus 2023. Ketika persiapan dan bahkan saat keberangkatan kontingen Gerakan Pramuka, beritanya tak terlalu banyak. Media konvensional yang memberitakan juga terbilang terbatas jumlahnya.
Namun, ketika ada masalah dalam jambore di Korea Selatan itu, barulah berbondong-bondong pihak pengelola berbagai media berusaha menghubungi kontingen Gerakan Pramuka. Ketika terjadi cuaca ekstrim panas yang menyebabkan sebagian peserta jambore -- untungnya hanya sedikit dari Indonesia -- yang terpaksa harus dilarikan ke klinik atau rumah sakit, serta buruknya sanitasi pada hari-hari awal jambore tersebut, media dari seluruh dunia langsung bereaksi dan meliput peristiwa itu. Apalagi ketika adanya ancaman Topan Khanun yang akan menyerang arena jambore di Sae Man Geum. Ancaman yang akhirnya menyebabkan panitia mengevakuasi puluhan ribu peserta dan panitia jambore ke tempat yang lebih aman.
Saat itu, selain sebagai Wakil Ketua II Kontingen Gerakan Pramuka, saya juga dipercaya menjabat sebagai Kepala Seksi Humas dan Pameran kontingen. Jadilah selama beberapa hari, sejumlah media Indonesia, mulai dari suratkabar, radio, dan televisi, menghubungi saya. Pihak redaksi dari berbagai radio dan televisi bahkan meminta untuk melakukan wawancara langsung. Mereka di Indonesia dan saya di Korea Selatan, yang terhubung melalui jaringan aplikasi Zoom meeting.
Untung saya dapat memberikan informasi yang memuaskan dan menentramkan hati. Untung pula sampai kembali ke Indonesia, kontingen Gerakan Pramuka tetap utuh tanpa kendala berarti. Semua senang bisa mengikuti pertemuan akbar kepanduan sedunia yang diikuti lebih dari 40.000 peserta dari sekitar 154 negara dan teritori di seluruh dunia.
Mengajak Semua