Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

ATAS, yang Diharapkan Selalu di Atas

9 Januari 2025   18:43 Diperbarui: 9 Januari 2025   18:43 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Majalah Pandu Rakyat Indonesia terbitan 28 Desember 1957. Di paling atas ada lambang Pandu Garuda. (Foto: Koleksi Kak Sudjono AM)

Kenapa hal ini disebut menarik? Berbeda dengan pemilihan jabatan di banyak tempat yang peminatnya banyak -- sampai ada yang mengeluarkan biaya besar untuk memenangkan suatu jabatan tertentu -- pada pemilihan pengurus ATAS World peminatnya sangat terbatas. Hanya ada wakil dari Malaysia, Korea Selatan, India, dan Amerika Serikat. Padahal ini kepengurusan tingkat dunia.

Bagi yang belum tahu, menjadi pengurus ATAS World memang sukarela. Tidak digaji dan diberi honor apa pun. Jadi untuk mengikuti berbagai kegiatan wadah tersebut di berbagai negara, harus mengeluarkan uang dari kantung pribadi. Bukan itu saja. Simon Rhee misalnya mencontohkan, bahkan untuk biaya pembuatan setangan leher dan badge ATAS yang dibagikan secara gratis kepada anggota, dia menggunakan dana pribadi. Demikian pula pengurus lainnya, ikut urunan, membantu membiayai pembuatan setangan leher, badge, dan pelaksanaan kegiatan ATAS World.

Justru inilah yang membuat saya tertarik mengusulkan kepada Simon Rhee untuk menerbitkan buku 20 tahun ATAS. Banyak hal yang bisa diungkapkan. Sayangnya, sampai sekarang buku itu belum kunjung selesai. Masih banyak yang harus dilengkapi dalam draft yang sudah sekitar 80 persen selesai itu.

Persoalannya, praktis saya hanya menyiapkan sendiri. Bantuan yang terbatas hanya datang dari beberapa teman sesama anggota ATAS. Mereka adalah Sonny KIM Seung-Su (Korea Selatan), Chooi Yew Tzen (Malaysia), dan Goh Ye Heng (Singapura). Itu pun, seperti saya sebutkan, bantuannya terbatas.

Sementara itu, untuk melengkapi naskah buku, saya juga memohon bantuan naskah dari para Country Coordinator ATAS World. Dari sekian banyak, yang merespons hanya Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia. Ternyata memang tidak mudah menerbitkan buku yang datanya harus mengandalkan bantuan orang lain. Ya, betul. Saya memang harus mengandalkan bantuan orang. Data-data terkait tingkatan tertinggi dalam kepanduan di tiap negara dan sejarahnya, serta keberadaan para pandu negara bersangkutan dalam ATAS World, memang tidak mudah dijumpai. Meskipun menggunakan mesin pencari internet, data yang didapat sangat terbatas. Bantuan orang lain, khususnya para Country Coordinator ATAS World sangat dibutuhkan. Namun, karena respons dari mereka tidak banyak, menyebabkan penulisan buku tersebut terhenti.

Saya sudah menghubungi Presiden ATAS World, Param Palany. Semoga mendapat tanggapan baik, dan proyek penulisan buku itu dapat dilanjutkan. Paling tidak kalau buku itu terbit, dapat mendokumentasikan data sejarah perjalanan dan perkembangan ATAS World. Ya, semoga.

Bintaro Sektor IX, 9 Januari 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun