Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

ATAS, yang Diharapkan Selalu di Atas

9 Januari 2025   18:43 Diperbarui: 9 Januari 2025   18:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lambang Pramuka Garuda, mulai dari golongan Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak, sampai Pandega. (Foto: Kwarnas)

Sejak semalam hujan mengguyur dengan derasnya di lingkungan rumah saya, yang terletak di komplek perumahan Bintaro Jaya Sektor 9, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Informasi dari beberapa teman, hujan juga turun dengan derasnya di sejumlah kawasan di Jakarta. Di lingkungan rumah saya, hujan baru reda siang ini, sekitar pukul 12.30 WIB.

Hari ini, bahkan sebenarnya sejak dua hari lalu, saya hendak menyelesaikan draft awal buku yang saya susun untuk memperingati 20 tahun Association of Top Achiever' Scouts yang disingkat ATAS. Ini adalah komunitas yang anggotanya adalah mereka yang sudah pernah mencapai tingkatan tertinggi sewaktu menjadi peserta didik di organisasi nasional kepanduan di negara masing-masing.

Di Indonesia, tingkatan tertinggi itu saat ini disebut Pramuka Garuda. Sejak Gerakan Pramuka menjadi satu-satunya organisasi nasional kepanduan di Indonesia yang dimulai pada 1961, keberadaan Pramuka Garuda resmi ada melalui Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 045 tahun 1980, yang ditandatangani Ketua Kwartir Nasional Letjen. TNI (Purn.) Mashudi pada 28 Februari 1980.

Sebagaimana dikutip dari buku Berbakti Tanpa Henti - Catatan Perjalanan 60 Tahun Gerakan Pramuka 1961-2021 (ISBN 978-979-8318-51-1) dan buku Mengabdi Tanpa Batas - 110 Tahun Gerakan Kepanduan di Indonesia (ISBN 978-979-8318-67-3), yang diterbitkan oleh Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, keberadaan Pramuka Garuda di Indonesia tidak lepas dari ikhtiar Sekretaris Jenderal Kwarnas pada masa bakti 1978 -- 1983, Kak Mayjen TNI (Purn.) Soedarsono Mertoprawiro. Selepas kunjungan muhibah ke Amerika Serikat, Kak Soedarsono mengajukan pembentukan skema Pramuka Garuda. Ide ini muncul setelah dia mempelajari skema Eagle Scout dan perkembangannya di Boy Scouts of America yang dinilai memiliki nilai positif dan menjadi program unggulan hingga hari ini di Amerika Serikat.

Kendati demikian, nama dan filosofi Pramuka Garuda tidak serta merta terinspirasi dari sumber-sumber luar negeri semata, melainkan juga diilhami dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Salah satunya ialah dengan lambang Pramuka Garuda yang diilhami oleh kehormatan lambang Negara Kesatuan  Republik Indonesia, Garuda Pancasila. Lambang tersebut kemudian diubah berdasarkan masukan dari Sekretariat Negara RI pada 1984, agar tidak persis sama dengan lambang negara.

Dalam data yang terdapat pada buku tersebut, dijelaskan pula bahwa awal pembentukannya, Pramuka Garuda belum melalui seleksi Syarat Kecakapan  Pramuka Garuda seperti saat ini. Namun, dipilih oleh pimpinan Kwartir Nasional berdasar penilaian dan pertimbangan perwakilan. Tercatat empat nama Pramuka Garuda pertama di Indonesia, di antaranya Kak Alfian Amura dan Kak Otten mewakili unsur Dewan Kerja Nasional, Kak Singgih Setyo Sayogo mewakili unsur Dewan Kerja Daerah dari Jawa Timur, dan Kak Berthold Sinaulan mewakili unsur Dewan Kerja Cabang dari Jakarta Timur.

Pandu Garuda

Ilustrasi Majalah Pandu Rakyat Indonesia terbitan 28 Desember 1957. Di paling atas ada lambang Pandu Garuda. (Foto: Koleksi Kak Sudjono AM)
Ilustrasi Majalah Pandu Rakyat Indonesia terbitan 28 Desember 1957. Di paling atas ada lambang Pandu Garuda. (Foto: Koleksi Kak Sudjono AM)

Sebenarnya, sebelum ada Pramuka Garuda, tingkatan tertinggi itu juga telah ada sejak zaman Hindia-Belanda. Gerakan kepanduan yang masuk ke Indonesia pada 1912, kemudian juga mempunyai tingkatan tertinggi semacam King's Scout. Setelah Indonesia merdeka, pernah ada pula Pandu Garuda. Paling tidak itu tercatat dalam ilustrasi pada Majalah Pandu Rakjat Indonesia terbitan 28 Desember 1957. Majalah milik Kak Sudjono Adimuljo, yang kemarin sempat saya amati isinya.

Ilustrasi satu halaman penuh pada majalah itu menggambarkan perjalanan seorang Pandu Rakyat. Dimulai dari seorang anak setelah dilantik menjadi Pemula Bungsu. Pemula saat ini sama dengan golongan Pramuka Siaga. Setelah itu, sang Pemula Bungsu bisa meningkat menjadi Pemula Bintang Satu dan Pemula Bintang Dua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun