Ticket to Life
Namun, bila dirunut ke belakang, gagasan MoP sebenarnya berasal dari Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell. Inisiatifnya untuk mendirikan gerakan pendidikan kepanduan, salah satunya adalah untuk mendidik anak-anak dan remaja menjadi manusia-manusia berkarakter yang siap menjalankan kewajiban terhadap Tuhan, terhadap negara, dan selalu bersedia menolong sesama hidup.
Baden-Powell juga mengembangkan persaudaraan seluas dunia, yang antara lain diwujudkan dalam bentuk Jambore Dunia sejak 1920, suatu perkemahan selama beberapa hari yang diikuti oleh para pandu dari berbagai negara, berkegiatan bersama, menjalin persahabatan, dan mengembangkan sikap saling tolong menolong, tanpa melihat perbedaan latar belakang yang ada.
Selanjutnya, aktivitas membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan menjadi bagian tak terpisahkan dari semua kegiatan kepanduan. Bahkan pada 2006, menjelang peringatan 100 tahun gerakan kepanduan sedunia pada 2007, di lingkungan kepanduan Asia-Pasifik dibentuk program yang disebut Ticket to Life (TTL).
Melalui program TTL, anak-anak jalanan diajak untuk ikut berlatih di dalam gerakan kepanduan. Hal ini mengingatkan kita dengan sejarah dibentuknya gerakan kepanduan, ketika Baden-Powell merasa terenyuh melihat situasi di kota London, Inggris, pada awal 1990-an. Banyak anak-anak yang berkeliaran di jalan-jalan, akibat orangtuanya semua sibuk bekerja ketika "Revolusi Industri" membuka pasar tenaga kerja seluas-luasnya.
Anak-anak menjadi kurang diawasi dan akibatnya mulai timbul kenakalan yang sebagian meningkat menjadi aksi kriminalitas. Melalui gerakan kepanduan, Baden-Powell kemudian memberikan alternatif kegiatan pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak. Tidak belajar di dalam kelas, tetapi belajar di alam terbuka, sekaligus belajar mengenali ciptaan Tuhan. Anak-anak juga diajar saling menghargai satu sama lain, dan mengutamakan persahabatan dan persaudaraan daripada permusuhan. Tentu saja tujuannya juga termasuk membantu tercapainya perdamaian dunia.
Intisari itulah yang kemudian dilaksanakan melalui program TTL di Asia-Pasifik, Gerakan Pramuka sebagai organisasi nasional kepanduan di Indonesia, juga turut serta. Saat mengikuti lokakarya TTL di Manila, Filipina, pada Desember 2006, saya (Berthold Sinaulan) dan Kak Nurrochmah Yuliatiningsih ditugaskan mewakili Gerakan Pramuka. Selain dari Indonesia, peserta lainnya datang dari Bangladesh, India, Nepal, Thailand, Srilanka, dan tuan rumah Filipina.
Raja Arab Saudi dan Swedia
Selain di kawasan Asia-Pasifik, aktivitas membantu terciptanya perdamaian dunia juga dilaksanakan oleh pemimpin Arab Saudi saat itu, Raja Abdullah bin Abdul Aziz. Sang Raja memulai sebuah proyek untuk mengembangkan perdamaian dunia pada 2001. Setelah mencoba melakukan proyek perdamaian antara lain di Palestina, Bosnia Herzegovina, dan beberapa negara lainnya, maka pada 2006 organisasi kepanduan nasional di Arab Saudi mengundang para Pramuka dari 85 negara untuk mengikuti perkemahan yang dinamakan "Together for Peace" (Bersama untuk Perdamaian).