Digagas pertama kali pada 2005 oleh Paulo Magalhes, seorang pemuda Portugal yang membuat situs web postcrossing.com, mereka yang mendaftar sebagai postcrosser di web tersebut, bisa mendapatkan data nama dan alamat untuk dikirim kartupos. Sebaliknya, mereka juga bisa mendapatkan kartupos dari orang lain, sesama postcrosser.
Sejak didirikan pada 2005, saat ini tercatat telah ada hampir 805.000 orang yang mendaftar sebagai postcrosser dan tersebar di 208 negara dan teritori di seluruh dunia. Dari para postcrosser itu tercatat hampir 80 juta kartupos dikirim dan diterima.
Sekarang mari kita bandingkan dengan kondisi di Inggris dan Wales pada 1908. Dulu dalam setahun saja terkirim 732.300.000 kartupos. Sementara di kalangan postcrosser, dari 2005 sampai 2024 -- yang berarti 19 tahun, baru terkirim 80 juta kartupos. Memang, masih ada pihak lain di luar postcrosser yang juga saling mengirim kartupos. Namun, diperkirakan jumlahnya tidak banyak lagi.
Itulah sebabnya, para postcrosser dan juga sebagian filatelis (kolektor prangko dan benda pos lainnya), terus mengkampanyekan penggunaan kartupos. Ada banyak manfaat dari aktivitas saling mengirim kartupos. Pertama, melatih tangan untuk menulis yang sekaligus membantu otak terus aktif. Kedua, membina dan mengembangkan persaudaraan seluas dunia. Ketiga, dari kartupos -- terutama kartupos bergambar -- kita bisa belajar banyak hal dari gambar dan foto yang ada pada kartupos tersebut. Sehingga menambah wawasan dan pengetahuan.
Masih banyak lagi manfaat lain dari aktivitas saling berkirim kartupos. Jadi, ayo saling mengirim kartupos.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI