Di antara sekian banyak bulan dalam setahun, Desember yang selalu terkenang. Paling tidak bagi saya. Itulah sebabnya, sudah dua kali saya menerbitkan buku dengan judul "Desember". Pertama, buku Memoar Desember yang dicetak oleh CV Kanaka Media di Surabaya. Buku dengan nomor ISBN 978-623-258-878-3 itu, berisi catatan harian selama Desember 2021 dan diterbitkan pada 22 Februari 2022.
Kedua, dan ini yang terbaru, buku berjudul Detak Detik Desember dengan nomor ISBN 978-623-8403=38-7. Buku tersebut berisi catatan harian yang saya tulis selama Desember 2023. Dicetak oleh penerbit Ruang Aksara Media, buku tersebut diedarkan kepada umum mulai 22 Februari 2024.
Seperti saya sebutkan, Desember memang bulan yang selalu mengandung kenangan manis. Seperti tertulis dalam Prolog buku Detak Detik Desember, ada banyak hal yang membuat saya senang menulis catatan harian saat Desember tiba. Termasuk, "Desember juga merupakan bulan kelahiran saya. Hari Raya Natal juga diperingati pada Desember, dan tentu saja Desember merupakan bulan terakhir dalam setahun dalam penanggalan Masehi, yang biasanya merupakan bulan permenungan dan evaluasi apa-apa yang telah dicapai, apa yang harus ditinggalkan, apa yang harus diubah dan diperbaiki, dan sebagainya."
Di dalam buku terbaru ini, catatan harian saya banyak berisikan aktivitas saya di Gerakan Pramuka, termasuk mengikuti Musyawarah Nasional (Munas) XI Gerakan Pramuka di Banda Aceh pada 1 sampai 4 Desember 2023. Dalam Munas itu, Komjen Pol (Purn) Drs. Budi Waseso terpilih kembali sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) untuk masa bakti 2023-2028. Saya sendiri hadir dalam Munas tersebut sebagai Wakil Ketua Kwarnas/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika masa bakti 2018-2023.
Di samping itu, saya juga menulis berbagai catatan dari pengalaman selama bulan tersebut. Misalnya, yang terkait dengan hobi filateli (mengoleksi prangko dan benda pos lainnya), postcrossing (aktivitas saling berkirim kartupos yang alamatnya didapatkan dari situs web postcrossing.com), dan lainnya.
Tentu saja yang tak dapat diabaikan adalah catatan saya tentang keikutsertaan saya dalam Lingwa, sebuah perkumpulan yang menaruh perhatian pada tinggalan sejarah dan cagar budaya pada umumnya. Lingwa yang merupakan singkatan dari Lingkar Warisan Indonesia (sebelumnya bernama Lingkar Warisan Kotatua Jakarta, yang juga disingkat Lingwa), pertama kali didirikan oleh Prof. Dr. Toeti Heraty, penyair, budayawan, dan gurubesar di bidang filsafat dan psikologi.
Bu Toeti, begitu saya memanggilnya, bersama sahabatnya Bapak Han Awal, seorang arsitek pelestari, mengajak beberapa orang lain termasuk saya, untuk mendirikan suatu perkumpulan yang dapat membantu melestarikan tinggalan sejarah dan cagar budaya yang ada di Jakarta, khususnya di kawasan Kotatua. Itulah awal saya bergabung dalam Lingwa yang kini dipimpin oleh anak Bu Toeti, yaitu Dr. Inda Citraninda.
Banyak lagi catatan lain yang saya tuliskan. Sebuah dokumentasi sejarah dari sudut pandang saya, yang mudah-mudahan bermanfaat juga bagi para pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H