Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi-puisi tentang "Sinar Harapan"

28 April 2021   09:51 Diperbarui: 28 April 2021   10:14 3351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinar Harapan adalah salah satu surat kabar harian nasional terkemuka pada zamannya. Bila Kompas pada masanya bisa dikatakan mendominasi penerbitan surat kabar harian pagi, maka Sinar Harapan bisa disebutkan menguasai pasar surat kabar harian sore hari.

Sinar Harapan diterbitkan pertama kali pada 27 April 1962. Pernah mengalami beberapa kali ditutup sementara oleh Pemerintah karena berbagai alasan. Namun, biasanya selalu terbit kembali. Bahkan pada 1986, Sinar Harapan mengadakan perayaan 25 tahun yang meriah. Salah satunya dengan pertemuan antar seluruh pegawai dan keluarga di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta Timur.

Sayangnya, baru saja bergembira merayakan usia seperempat abad, Sinar Harapan kena "breidel" Pemerintah lagi pada Oktober 1986. Kali ini, benar-benar tidak boleh terbit kembali. Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan surat kabar harian sore itu, akhirnya disepakati boleh terbit kembali tetapi dengan nama baru dan pimpinan redaksi yang baru juga.

Maka pada 4 Februari 1987, pengganti Sinar Harapan yang diberi nama Suara Pembaruan terbit. Setelah pada tahun 2000-an berganti kepemilikan, Suara Pembaruan akhirnya tutup juga di masa pandemi Covid-19 ini. Surat kabar itu merupakan bagian dari banyaknya media massa cetak yang tergerus oleh kemajuan zaman, dengan semakin menipisnya pembaca dan pemasang iklan.

Sebenarnya, SInar Harapan pernah sempat pula diterbitkan oleh manajemen lain. Diterbitkan setelah Reformasi, tepatnya pada 2001, Sinar Harapan ini pun akhirnya tutup pada Desember 2015. Lagi-lagi kalah bersaing dengan kemajuan zaman, yang sudah didominasi oleh banyaknya siaran berita melalui televisi, media online, maupun tumbuh dan menjamurnya berbagai media sosial.

Sebagai orang yang pernah merasakan menjadi wartawan di Sinar Harapan (1984-1986) dan Suara Pembaruan (1987-2010), tentu banyak suka duka yang saya alami. Namun, saat ini saya ingin membagikan dua puisi yang saya tulis tentang Sinar Harapan. Pertama, puisi menyambut 25 tahun surat kabar harian itu. Kedua, saat merana ketika Sinar Harapan ditutup Pemerintah pada akhir 1986.

Inilah kenang-kenangan berisi puisi-puisi tentang SInar Harapan. Puisi-puisi yang saya temukan kembali dari dokumen-dokumen lama saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun