Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serigala dan Elang, Cerita Fabel untuk Pramuka

7 Januari 2021   20:42 Diperbarui: 7 Januari 2021   20:59 2318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan yang menggambarkan serigala dan elang. (Foto: BDHS)

Berbagai macam cerita, termasuk cerita fabel, sudah lama menjadi bagian dari media pendidikan kepramukaan. Organisasi pendidikan kepanduan atau kepramukaan yang di Indonesia disebut Gerakan Pramuka dan merupakan pendidikan nonformal yang melengkapi pendidikan formal serta pendidikan informal, memang memanfaatkan cerita sebagai media pembelajaran bagi para peserta didiknya.

Bapak Pramuka Sedunia, Lord Baden-Powell, yang bersahabat dengan Rudyard Kipling, menggunakan kisah karya Kipling yang terkenal yaitu The Jungle Book. Kisah yang terbit pertama kali pada 1894 itu oleh banyak kritikus sastra digolongkan sebagai cerita fabel, karena tokoh-tokohnya sebagian besar adalah binatang. Kecuali satu tokoh, Mowgli, seorang "manusia anak serigala" (man cub), yang diasuh sejak kecil oleh kawanan serigala.

Baden-Powell yang menggagas dan mendirikan gerakan kepramukaan (the Scouting movement) pada 1907, pada awalnya memang hanya mengkhususkan diri pada pendidikan anak-anak lelaki yang berusia antara 12 sampai 17 tahun. Namun dia melihat, banyak anak-anak yang lebih muda usianya, tertarik juga ikut dalam gerakan yang didirikannya. 

Maka seizin Kipling, Baden-Powell menggunakan kisah dalam The Jungle Book sebagai media pembelajaran untuk anak-anak yang masuk dalam golongan Cub (di Indonesia disebut Pramuka Siaga yang berusia antara 7 sampai 10 tahun).

Sampul buku (Foto: BDHS)
Sampul buku (Foto: BDHS)
Baden-Powell pada 1916 dan 1917 bahkan kemudian menyusun buku berjudul The Wolf Cub's Handbook, buku panduan untuk mendidik anak-anak dalam golongan Cub tersebut. Itulah sebabnya, para tokoh binatang dalam The Jungle Book, menjadi akrab bagi para Pramuka. Seperti Sere Khan di harimau, Akela dan Raksha serigala, Baloo beruang, Bagheera macan hitam (black panther), Sere Khan si harimau, serta Chil si burung elang.

Persahabatan dan Kerja Sama

Belakangan, dua binatang yaitu serigala dan elang, sering pula digunakan dalam berbagai lambang kepramukaan. Kali ini pun akan diceritakan cerita fabel tentang persahabatan serigala dan elang, yang juga bisa digunakan sebagai media pendidikan kepramukaan.

Kisahnya dimulai di rimba raya pada kaki Gunung Menjulang. Serigala baru saja menempuh perjalanan menyusuri rimba itu, saat tiba di tepi sebuah sungai. Sambil menjulurkan kepalanya, Serigala minum air sungai itu. "Ah, bertapa menyegarkan," ujar sang Serigala.

Tiba-tiba dari angkasa terbang dengan kecepatan tinggi menukik ke bawah sang Elang. Masuk ke dalam sungai, kedua cakarnya mencengkeram seekor ikan, yang segera dibawanya pergi.

"Hei, Elang". Serigala berteriak mencoba memanggil, tetapi sang Elang sudah pergi menjauh. Taka da tanggapan, Serigala melangkahkan kaki kembali. Belum terlalu jauh melangkah, Elang sudah kembali. Sambil bertengger di batang pohon, Elang mengepak-ngepakkan sayapnya. "Ada apa Serigala?" tanya Elang.

Serigala senang Elang kembali menemuinya. Dia butuh bantuan Elang untuk mencari sahabatnya, Anjing Hutan, yang tak bisa ditemui di sarangnya. Anak Anjing Hutan bercerita, ayahnya dijerat dengan jaring oleh pemburu liar dan sekarang entah dibawa ke mana. "Aku sudah berkeliling rimba raya mencari ke tempat-tempat yang biasa didatangi Anjing Hutan sahabatku itu, tapi tak bertemu juga,".

Elang tahu, inilah saatnya untuk membantu. Terbang tinggi di angkasa, akan memudahkan Elang untuk melihat ke bawah, ke sekitar rimba raya. Apalagi mata elang sangat tajam, sehingga bisa melihat hal-hal yang kecil sekali pun dari atas. Tak perlu menunggu lama, Elang segera terbang mengitari rimba raya. Hanya butuh beberapa saat, Elang telah kembali menemui Serigala.

"Ayo ikut, aku lihat Anjing Hutan di dalam kandang di tepi rimba. Dekat tenda-tenda para pemburu liar itu," ajak Elang yang segera diikuti Serigala.

Di tepi rimba raya, langkah Serigala terhenti. Dia sudah melihat Anjing Hutan sahabatnya berada dalam kandang. Tapi bagaimana cara membebaskan sahabatnya itu? Kalau dia maju mendekati kandang itu, bisa saja dirinya pun akan ditangkap para pemburu liar. Elang dan Serigala kemudian berunding.

"Hei, hei, lihat, lihat, ada ikan jatuh dari langit," teriak seorang pemburu, membangunkan teman-temannya yang berada di dalam tenda.

Mereka tidak tahu bahwa Elang yang melempar ikan-ikan tangkapannya dair angkasa. "Ayo ambil, ayo ambil, lumayan dapat ikan gratis". Para pemburu itu berebutan mengambil ikan-ikan yang dijatuhkan berulangkali oleh Elang. 

Berbekal taktik yang disusun bersama Serigala, maka Elang menjatuhkan ikan-ikan itu makin lama makin menjauh dari tenda-tenda para pemburu liar itu. Mereka tanpa sadar ikut saja mengambil ikan-ikan tersebut, sampai jaraknya cukup jauh dan situasi di sekitar tenda sudah tak ada orang lagi.

Secepat kilat Serigala berlari mendekati kandang tempat Anjing Hutan ditahan. Dengan moncong dan cakar di kakinya, Serigala berhasil membuka kandang itu. Anjing Hutan yang telah bebas kemudian mengikuti Serigala berlari masuk ke dalam rimba raya. Kembali ke sarangnya, Anjing Hutan kemudian mengajak anak dan istrinya menjauh. Mereka akan membuat sarang baru di dekat sarang Serigala.

Para pemburu liar kembali ke tenda mereka, dan melihat kandang sudah terbuka. Tangkapan mereka si Anjing Hutan sudah tidak ada. Sementara ketika mereka akan memasukkan ikan-ikan yang mereka tangkap, tiba-tiba dari langit Elang membawa kawanannya, sekian banyak burung Elang menyerbu para pemburu liar. 

Tak ada persiapan membela diri karena tangan mereka masih sibuk memegang ikan, para pemburu liar itu kocar-kacir. Tenda mereka tinggalkan begitu saja, demikian pula ikan-ikan yang tadi sudah diambil, dibuang para pemburu liar yang berlari menyelamatkan diri. Elang dan kawanannya segera mengambil kembali ikan-ikan itu.

Begitulah kisah Elang dan Serigala, yang di dalamnya banyak pelajaran yang dapat dipetik para Pramuka, terutama para Pramuka Siaga. Semangat persahabatan, aling membantu dan bekerja sama, dengan menyusun taktik yang tepat, akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun