Seperti juga yang dilakukan seorang Pramuka Pandega Garuda, Hamas al-Rafsanjani. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu saat ini menyiapkan proyek yang diberinya nama "Coffee for Peace" (Kopi untuk Perdamaian). Proyek ini akan dijadikan aktivitasnya dalam kaitan dengan program besar gerakan kepramukaan sedunia, Messengers of Peace (Duta-duta Perdamaian).
Lebih dikenal dengan singkatan MoP, program tersebut digagas oleh dua raja, Raja Arab Saudi dan Raja Swedia, sebagai aktivitas bakti masyarakat yang dilakukan para Pramuka di seluruh dunia. Sejalan dengan kode kehormatan dan slogan kepramukaan sedunia untuk berusaha membantu menciptakan dunia yang lebih baik.
Awalnya, Hamas dihubungi oleh Nazla Eka, teman satu jurusan dengannya di Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta. Temannya yang memiliki sejumlah usaha bersama keluarganya, di antaranya toko sepatu, busana muslim, dan madu di daerah Pamulang, Tangsel, belakangan merambah pula dengan membuka kedai kopi.
Baru dibuka setahun lalu, usaha kedai kopi itu tampaknya menjanjikan. Sayang, adanya pandemi Covid-19 membuat usahanya itu menjadi tersendat. Memang, masih ada layanan penjualan minuman kopi untuk diantar ke tempat konsumen, tetapi jumlahnya tak terlalu banyak. Akibatnya, stok biji kopi yang telah disiapkan Nazla Eka menjadi berlebih. Padahal, biji kopi juga ada masa kadaluarsanya.
Saat biji kopi itu yang masih dalam jumlah cukup banyak itu hendak dibuang, kebetulan Hamas bertemu dengan Nazla Eka. Hamas menyampaikan idenya, daripada dibuang, lebih baik dimanfaatkan lagi saja, tidak untuk minuman tetapi untuk hal lain yang masih berguna.
"Dengan latar belakang saya sebagai Pramuka yang juga memiliki pengalaman cukup banyak dalam dunia kreatif, saya menyarankan biji kopinya jangan dibuang, tetapi dibuat gelang saja," jelas Hamas ketika dihubungi melalui telepon selulernya pada Kamis, 11 Juni 2020.
Hamas juga menjanjikan akan mengajarkan cara memproduksi gelang biji kopi, dan sekaligus membantu menjual bila produk itu sudah jadi.
"Tapi, hasil keuntungan dari penjualan gelang biji kopi ini harus didonasikan untuk melawan Covid-19," pinta Hamas yang disetujui temannya.
Jadilah kini keduanya sedang sibuk memproduksi gelang biji kopi itu. Nantinya, produk itu akan dijual bersama tas kecil penyimpannya. Menurut Hamas, bila tidak digunakan dan disimpan dalam tas kecil itu, gelang biji kopi itu dapat tahan cukup lama.
"Kelebihannya, gelang ini masih mempunyai aroma kopi, sehingga sekaligus dapat mengharumkan ruangan," ujar Hamas lagi, sambil menambahkan bahwa perkembangan dengan proyek yang dikerjakan dapat dilihat di akun Instagram @phalantakopi.
Perkembangan proyek yang menurut Hamas akan dilakukan secara transparan, agar masyarakat dapat melihat juga bahwa keuntungan produk yang dijual memang didonasikan untuk mengatasi Covid-19. Tekad dari seorang Pramuka dari Tangsel untuk terus menggemakan perdamaian dan membantu menciptakan dunia yang lebih baik. Tentu juga dunia yang lebih baik karena sampah berkurang. Biji kopi yang sudah kadaluarsa -- seperti juga kain bekas untuk masker -- kini didaurulang untuk hal yang lebih bermanfaat.