Bila pembaca Kompasiana memperhatikan informasi tentang diri saya yang biasanya dapat dibaca di bagian atas suatu tulisan sebelum judul tulisan tersebut, maka di situ antara lain tertulis, "...Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner)... ". Ya, dua kisah fiksi tersebut merupakan bagian dari kegemaran saya, di samping masih banyak lagi kegemaran atau hobi pengisi waktu senggang yang saya minati.
Star Trek adalah kisah fiksi ilmiah yang berkisah tentang petualangan di luar angkasa. Kisah ciptaan mantan penerbang pesawat tempur Amerika Serikat, Gene Roddenberry, pertama kali ditayangkan di stasiun televisi NBC di Amerika Serikat pada 8 September 1966. Di Indonesia, Star Trek pertama kali ditayangkan di TVRI pada sekitar 1974. Setelah sukses dengan film serial, Star Trek dibuat juga film layar lebarnya. Belakangan, muncul pula novel tulisan dan novel bergambar (graphic novel) Star Trek.
Sedangkan kisah Petualangan Tintin adalah karya komikus asal Belgia, Georges Remi yang dikenal dengan nama pena Herg, merupakan cerita bergambar (komik) yang pertama kali dimuat di salah satu suratkabar di Belgia secara bersambung. Kisah pertamanya dimuat pada 10 Januari 1929, yang kemudian dianggap sebagaI tanggal kelahiran Tintin, seorang reporter muda yang bertualang keliling dunia bersama anjingnya Milo (dalam edisi Bahasa Inggris dinamakan Snowy), dan teman-temannya, seperti Kapten Haddock, Profesor Lakmus (Calculus), dan duet detektif Dupond dan Dupont (Thompson dan Thomson).
Siang tadi, 21 Mei 2020, Komunitas Tintin Indonesia -- kelompok para penggemar kisah Petualangan Tintin di Indonesia, kembali menyelenggarakan virtual webinar. Diskusi santai yang sudah beberapa kali diadakan untuk mengisi waktu saat harus berdiam di rumah pada masa pandemi Covid-19, kali ini mengambil tema "Berkreasi dengan Tintin". Tampil sebagai pembicara adalah Andy Santoso, seorang desainer grafis dan illustrator yang juga penggemar kisah Petualangan Tintin.
Mengingat saya baru saja mengikuti zoom meeting sebelumnya untuk urusan Jambore Nasional Gerakan Pramuka, maka saya masih berseragam Pramuka ketika mengikuti zoom meeting Komunitas Tintin Indonesia. Sungguh menarik menyaksikan karya-karya fan art dari Andy Santoso. Detail dan pewarnaan gambarnya benar-benar patut diacungi jempol.
Indo Star Trek
Usai mengikuti zoom meeting tersebut, sebuah pesan singkat masuk. Saya diajak mengikuti diskusi santai yang diadakan komunitas Star Trek Indonesia atau lebih dkenal dengan nama Indo Star Trek. Juga melalui zoom meeting, acara tersebut akan dimulai pada pukul 17.01 WIB. Angka 1701 mengingatkan pada kode nomor pesawat utama dalam film Star Trek, yaitu USS Enterprise yang di belakangnya ada kode pesawat NCC-1701. Diawali dengan pesawat USS Enterprise NCC-1701, belakangan muncul juga pesawat yang lebih baru USS Enterprise NCC-1701b, 1701c, 1701d, dan seterusnya.
Bila zoom meeting dengan Komunitas Tintin Indonesia membicarakan tentang desain-desain fan art, maka dengan Indo Star Trek cukup banyak yang dibahas, walau pun disela dengan istirahat untuk berbuka puasa dan menjalankan ibadah sholat Maghrib. Ada Dr. Boyke Soebhali, seorang Trekker/Trekkie (sebutan untuk penggemar Star Trek) yang memberikan tips dan trik untuk "tetap Sehat di Rumah Aja". Lalu Lexie de Haan yang menyampaikan kisah "Cerita @america Saat Pandemi". Seperti diketahui, @america adalah pusat kebudayaan Amerika Serikat di Jakarta, dan Star Trek juga merupakan salah satu budaya popular Amerika Serikat yang kini telah mendunia. Lexie adalah Trekker yang juga bekerja di @america. Berikutnya, Eka Budhiman, Trekker yang pencinta kuliner bercerita tentang "Strange Dishes from Around the World".
Sungguh menyenangkan, walaupun #dirumahaja, tetap bisa bertemu dengan teman-teman yang memiliki kegemaran yang sama. Zoom meeting dari Tintin ke Star Trek yang memuaskan.