Di saat-saat seperti harus tetap di rumah saja, membuat banyak di antara kita mencoba mencari kegiatan-kegiatan yang mungkin sebelumnya kurang terpikirkan atau kurang dapat dilakukan karena kesibukan masing-masing. Termasuk mungkin, mencorat-coret sesuatu. Bukan melukis, karena sesungguhnya saya bisa dibilang tak bisa melukis, tetapi tetap senang mencorat-coret, kertas, karton, sampai kanvas.
Begitu juga saat ini. Keinginan mencorat-coret timbul, khususnya pada lembaran kanvas. Sayangnya, belum sempat membeli kanvas kosong. Kebetulan, masih ada sejumlah kanvas lama. Kanvas yang sebenarnya sudah dicorat-coret di tahun-tahun sebelumnya, tetapi belum sempat diberi pigura. Itu sajalah yang saya gunakan.
Judul tulisan ini "Lukisan Terbaru" di dalam tanda petik ("). Pertama, karena ini sebenarnya belum pantas disebut, cukup sekadar seperti lukisan. Kedua, karena sebenarnya bukan benar-benar baru. Apa yang tergambar di sini hanyalah "menimpa" corat-coret atau gambar yang sebelumnya telah ada.
Organisasi pendidikan karakter bagi kaum muda yang diawali dengan suatu perkemahan kecil di Pulau Brownsea pada 1907 oleh seorang purnawirawan tentara Inggris, Baden-Powell (kelak bergelar Lord) dan sekitar 20 anak dan remaja dari kota London, Inggris. Perkemahan pada 1907 itu yang menjadi cikal bakal berdirinya gerakan kepanduan sedunia, yang masuk ke Indonesia pada 1912 saat Indonesia masih dijajah Belanda dan masih bernama Hindia-Belanda (Nederland Indies).
Sedangkan bintang adalah perlambang dari seorang bintang. Seorang Pramuka/Pandu harus dapat bersinar bagai bintang, mengupayakan prestasi yang terbaik, tetapi sekaligus tetap rendah hati dan siap menolong siapa pun yang membutuhkan pertolongan.
Lalu gambar siluet serigala melambangkan julukan bagi Baden-Powell, Bapak Pandu Sedunia. Dia sempat dijuluki Impeesa atau serigala yang tak pernah tidur, karena kewaspadaan dan kesigapannya hampir setiap saat baik pagi, siang, maupun malam, sewaktu Baden-Powell memimpin pasukannya di Benua Afrika.
Kanvas itu kemudian teronggok lagi. Sampai akhirnya pada pertengahan Mei 2020, untuk ketiga kalinya kanvas tersebut saya tambah lagi dengan corat-coret lainnya. Gambar siluet sejumlah Pramuka/Pandu. Ditambah dengan kata "Setia Siap Sedia", motto para Pandu di Indonesia pada masa lalu, yang diteruskan sampai kini. Dalam Bahasa Inggris disebut "Be Prepared".
Dalam kanvas itu juga ada angka-angka tahun, masing-masing 1907, 1912, 1928, 1945, dan 1961. Ini adalah tahun-tahun penting dalam sejarah kepramukaan di dunia dan di Indonesia. Sudah disebutkan bahwa 1907 merupakan cikal bakal berdirinya gerakan kepanduan sedunia, dan 1912 untuk pertama kalinya gerakan itu masuk ke Indonesia, dengan didirikan suatu kelompok kepanduan di Batavia (nama kota Jakarta di masa penjajahan Belanda).
Sementara angka tahun 1945 tentu sudah amat dikenal, merupakan tahun Kemerdekaan RI, di mana para Pandu dalam berbagai kapasitas ikut pula memperjuangkan dan mempertahankan Kemerdekaan RI tersebut. Bahkan ketika Bung Karno ditemani Bung Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 di rumah kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, seorang tokoh Pandu, Dr. Moewardi sebagai kepala Pasukan Banteng, pasukan yang mengawal Presiden Soekarno, hadir dan berdiri hanya sekitar satu meter dari Bung Karno.
Lalu angka tahun 1961 juga merupakan bagian penting dari sejarah kepramukaan Indonesia. Pada tahun itulah, gerakan-gerakan kepanduan yang ada di Indonesia dan saat itu berjumlah sekitar 60 organisasi disatukan oleh Bung Karno menjadi satu wadah dengan nama Gerakan Pramuka. Kata "Pandu" pun diganti menjadi "Pramuka".
Begitulah "lukisan terbaru" yang berkisah tentang sejarah Pramuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H