Pentingnya kemampuan berkomunikasi dan mewartakan kegiatan kepramukaan dengan tepat, menjadi sangat penting untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kepramukaan.Â
Pada gilirannya, dengan berkembangnya apresiasi masyarakat yang semakin positif terhadap gerakan pendidikan kepramukaan, akan tumbuh pula sikap dan pengertian masyarakat mengenai pentingnya kegiatan kepramukaan yang membantu mendidik pengembangan karakter anak dan remaja menjadi manusia yang lebih baik di kemudian hari.
Hal inilah yang antara lain dibahas dalam seminar daring World Organization of the Scout Movement (WOSM) atau gerakan kepramukaan/kepanduan sedunia.Â
Seminar yang diadakan untuk para anggota WOSM Global Communications Network itu dipandu dari Sekretariat WOSM di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa, 5 Mei 2020 malam hari.
Dalam seminar itu diakui bahwa yang utama dalam organisasi kepramukaan/kepanduan di mana pun adalah bidang yang menangani kaum muda (youth program) dan orang dewasa (adult in Scouting).Â
Kaum muda adalah peserta didik dalam organisasi kepramukaan, yang dalam Gerakan Pramuka di Indonesia terdiri dari Pramuka Siaga (7-10 tahun), Penggalang (11-15 tahun), Penegak (16-20 tahun), dan Pandega (21-25 tahun).Â
Sedangkan orang dewasa adalah para Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka, Majelis Pembimbing, serta pengurus dan staf kwartir, mulai dari Kwartir Ranting di tingkat kecamatan, Kwartir Cabang (daerah tingkat II), Kwartir Daerah (provinsi), sampai Kwartir Nasional.
Kedua bidang ini memang merupakan bidang utama dalam organisasi kepramukaan. Sesungguhnya, penanganan peserta didik yang membutuhkan orang dewasa untuk menangani menjadi amat penting agar tujuan dan sasaran gerakan kepramukaan dapat tercapai.Â
Namun agar pelaksanaan bidang peserta didik dan orang dewasa dapat berjalan baik, harus didukung oleh banyak hal. Mulai dari administrasi yang benar, perencanaan dan pengembangan, finansial dan hal lainnya. Semua itu akan lebih mudah tercapai bila masyarakat, instansi swasta dan pemerintah ikut membantu organisasi kepramukaan yang ada.
Lalu bagaimana caranya agar masyarakat, instansi swasta dan pemerintah mau ikut membantu? Tentu saja hal-hal positif dari kepramukaan harus diketahui dan dikenal secara luas.
Tiap kali ada kegiatan, harus ada yang menginformasikan dan mewartakannya, agar seluruh elemen masyarakat tahu bahwa gerakan kepramukaan masih ada dan tetap berusaha membantu menciptakan anak dan remaja menjadi manusia-manusia yang berguna di masa depannya.
Di sinilah pentingnya peran bidang komunikasi dan publikasi. Tanpa publikasi yang tepat, maka segala usaha yang dilakukan gerakan kepramukaan menjadi kurang diketahui masyarakat, yang bisa mengakibatkan kurang mendapat informasi atau bahkan memperoleh informasi yang kurang benar mengenai gerakan kepramukaan.Â
Tak heran bila pernah ada yang menganggap bahwa kegiatan kepramukaan hanya bernyanyi-nyanyi, bertepuk tangan, dan latihan baris-berbaris saja.
Pihak WOSM sendiri menganggap pentingnya kemampuan komunikasi tersebut. Itulah sebabnya, dibentuklah Global Communications Network, atau jaringan komunikasi dunia.Â
Tujuannya, agar melalui jaringan itu  dapat saling melakukan kordinasi, membagi informasi dan kiat-kiat dalam menangani publikasi, serta saling membantu mewartakan hal-hal positif dalam kepramukaan.Â
Ditekankan juga pentingnya untuk tidak menyebarluaskan spam (pengiriman pesan berkali-kali tanpa dikehendaki penerimanya), ujaran kebencian, dan perundungan, serta perlunya untuk menghargai orang lain, apa pun latar belakangnya.
Tak kalah pentingnya, selalu diingatkan untuk hati-hati tidak perlu menyebarkan informasi berisi data pribadi bila tak perlu benar. Terkait dengan hal terakhir itu, Gerakan Pramuka juga selalu menekankan agar berhati-hati membagi nomor telepon seluler masing-masing anggotanya di media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H