Tulisan saya berjudul "Hari Kebebasan Pers, Para Pewarta Pramuka Berkumpul" yang dimuat di Kompasiana edisi 3 Mei 2020 (baca tautannya di sini)  mendapat banyak sambutan. Di antaranya ada yang mempertanyakan mengenai sejarah The Indonesia Scout Journalist Community (ISJ) atau Komunitas Pewarta Pramuka Indonesia yang merupakan komunitas kemasyarakatan non-politis bersifat independen dengan tujuan utama membangkitkan minat jurnalistik di kalangan anggota Gerakan Pramuka, maupun minat pewarta untuk lebih banyak mempublikasikan berita-berita kepramukaan. Ada yang bertanya dari mana asalnya ISJ itu?
Sebenarnya sejarah ISJ sudah beberapa kali diungkapkan. Termasuk di Kompasiana yang dimuat pada 8 Februari 2016 berjudul "ISJ, Komunitas Pewarta Pramuka" (baca tautannya di sini\). Sebelumnya, telah pula dimuat dalam sebuah blog Pandu-Pramuka, berjudul "Indonesia Scout Journalist" (baca tautannya di sini).
Namun untuk melengkapi, berikut adalah sejarah ISJ atau dari mana asalnya ISJ itu. Semuanya bermula dari pertemuan saya dengan seorang fotografer professional yang juga peminat barang-barang "jadul" (koleksi barang jaman dulu) bernama R. Andi Widjanarko. Kami pertama kali bertemu di acara Singapore International Friendship Fiesta (SIFF) yang diselenggarakan di gedung Singapore Scout Asssociation (organisasi nasional kepanduan Singapura) pada minggu pertama Juni 2015. Ini adalah SIFF kedua, setelah setahun sebelumnya diadakan SIFF untuk pertama kali.
Di sanalah untuk pertama kalinya saya bertemu dengan Kak Andi Widjanarko. Saya datang ke acara itu sebagai undangan pribadi dari Ketua Singapore Scout Collectors Club, Kak Michael Poh. Ternyata Kak Andi yang sedang berada di Singapura, juga tahu ada acara itu. Sebagai kolektor "jadul" dan cukup banyak mempunyai koleksi seragam Pramuka/Pandu dari berbagai negara, maka Kak Andi datang juga ke acara yang sama. Bertemulah kami di sana.
Dari pertemuan itu, berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Setidaknya ada beberapa tempat kami bertemu. Mulai dari tempat kos Kak Andi yang diberi nams "Base Camp 61" karena beralamat di suatu jalan di Jakarta Selatan dengan nomor rumah 61 sampai di gerai kopi Starbucks di gedung WTC Sudirman, Jakarta Pusat, di mana istri saya berkantor dan saya sering menjemputnya untuk pulang ke rumah pada sore hari.
Awalnya, Kak Andi menggagas untuk membuat komunitas fotografer Pramuka yang terbuka bagi semua fotografer yang senang memotret kegiatan kepramukaan. Sebagai fotografer profesional, Kak Andi memang beberapa kali menyempatkan diri memotret kegiatan-kegiatan penting kepramukaan. Itulah sebabnya, lambang awal ISJ hanyalah wajah seorang sedang memotret dengan kameranya.
Namun saya memberi masukan mengapa tidak komunitas jurnalis atau pewarta saja? Jadi tidak terbatas pada fotografer, tetapi bisa juga pewarta tulisdari media cetak, pewarta radio, Â dan bahkan kameraman atau videografer yang merupakan pewarta media televisi dan online.
Akhirnya Kak Andi setuju dan mulailah dirancang pembentukan komunitas itu. Kak Andi memberitahu bahwa dari Surabaya, Jawa Timur, ada Kak Djoko Adi Walujo, pembina pramuka dan seorang dosen di perguruan tinggi yang juga menaruh perhatian pada dunia jurnalistik dan dari Kepulauan Riau, tepatnya dari Natuna ada Kak Harmidi, pembina pramuka yang kerap tampil sebagai penyiar radio, serta dari daerah Ciawi, Bogor, Jawa Barat, ada Kak Taufik Umar Prayoga yang seorang pembina pramuka dan juga desainer grafis.
Sebelum mengajak Kak Harmidi dan Kak Taufik bergabung, maka dengan Kak Djoko kami telah cukup intens merancang komunitas ISJ. Belakangan bahkan Kak Djoko yang kemudian menjadi Rektor sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya, membantu donasi untuk pengurusan akta notaris dan mendaftar perkumpulan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Begiitulah, akhirnya dalam pertemuan di Hotel Pan Sari Pacific di Jakarta Pusat tempat Kak Djoko menginap karena urusan dinasnya sebagai pengurus PGRI, ISJ secara  resmi dibentuk di Jakarta pada 10 November 2016 dengan ditandatanganinya di depan notaris yang kemudian dikukuhkan berdasarkan Akta Notaris Benediktus  Andy Widyanto SH Nomor 05 Tanggal 09 Desember 2016. Selain saya, Kak Andi, dan Kak Djoko, seingat saya dalam akta notaris itu juga tercantum nama seorang lagi, Kak Mutiara Adriane sebagai bendahara. Namun karena kesibukannya, belakangan kakak satu itu tidak aktif lagi. Oleh notaris, akta itu kemudian didaftarkan  serta disahkan oleh  Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU-0000472.AH.01.07 Tahun  2017 tertanggal 11 Januari 2017. Inilah awal resmi berdirinya ISJ.
(Tulisan singkat tentang ISJ dalam Bahasa Inggris dapat dibaca di sini).