Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2020. Di hari peringatan ini, tentunya kita semua sepakat untuk menoleh kembali dan menghargai jasa-jasa para pahlawan pendidikan di Tanah Air. Di antaranya yang tak boleh dilupakan adalah Ki Hajar Dewantara, yang juga disebut sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
Penghormatan kepada beliau sudah banyak dilakukan. Misalnya saja logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memuat slogan "Tut Wuri Handayani", bagian dari perkataan Ki Hajar Dewantara mengenai metode pendidikan yang digagasnya.
Sebanyak 20 prangko dalam seri tersebut yang bergambar pahlawan nasional kita, dan salah satunya wajah Ki Hajar Dewantara dengan harga satuan (nominal) Rp 3.
Selanjutnya, bertepatan dengan 2 Mei 1989 terbit pula prangko seri Hari Pendidikan Nasional. Dalam seri tersebut terdapat dua prangko yang berharga satuan masing-masing Rp 140 dan Rp 350. Keduanya memuat pula wajah Ki Hajar Dewantara. Bukan hanya pada prangko, pada Sampul Hari Pertama (SHP) juga memuat wajah Ki Hajar Dewantara.
Uang bergambar Ki Hajar Dewantara adalah bagian dari uang kertas Indonesia emisi Pahlawan 1998. Terdapat dua desain uang kertas, masing-masing dengan harga satuan Rp 10.000 yang bagian depannya bergambar Tjut Nja' Dhien dan belakangnya bergambar Danau Segara Anakan, serta uang kertas berharga satuan Rp 20.000 yang depannya bergambar Ki Hajar Dewantara dan bagian belakang bergambar seorang guru berkopiah sedang mengajar siswa di dalam kelas.
Tidak jelas apakah guru itu adalah Ki Hajar Dewantara, namun yang pasti Ki Hajar Dewantara memang sering difoto berkopiah dan juga merupakan guru di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta.
Menariknya, uang kertas bergambar Ki Hajar Dewantara mempunyai beberapa kelebihan yang menjadikannya unik dan sekaligus "pernyataan" betapa Pemerintah RI sebagai penerbit uang di Indonesia benar-benar menghargai jasa Ki Hajar Dewantara.Â
Pertama, seperti telah disebutkan, bagian depan maupun belakang uang kertas itu merupakan satu tema yang terkait secara langsung. Depannya bergambar Ki Hajar Dewantara, belakangnya bergambar guru (mungkin Ki Hajar Dewantara sendiri?) mengajar di dalam kelas.
Bandingkan dengan uang kertas lainnya yang walau pun ada hubungan antara gambar depan dan belakang, namun tidak secara langsung dan nyata. Uang kertas Rp 10.000 bergambar Tjut Nja' Dhien depannya, bagian belakang bergambar Danau Segara Anak. Bukan misalnya, situasi pertempuran yang dipimpin Tjut Nja' Dhien. Demikian pula uang kertas Rp 50.000 terbitan 1999, bagian depannya bergambar WR Supratman, bagian belakang Paskibraka sedang mengibarkan bendera Merah Putih.Â
Memang bisa juga dihubungkan, bahwa Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" yang selalu mengiringi pengibaran bendera Merah Putih. Namun ada saja yang mempertanyakan, mengapa gambar belakang uang kertasnya bukan gambar biola milik Supratman atau gambar suasana Kongres Pemuda 1928 ketika Supratman memainkan biolanya untuk memperdengarkan lagu "Indonesia Raya" untuk pertama kalinya.
Apa pun itu, yang alasan kedua mungkin yang lebih penting menunjukkan betapa Ki Hajar Dewantara benar-benar amat dihormati. Seperti kita ketahui dalam era modern, setiap uang kertas mempunyai pengaman untuk agar sulit dipalsukan.Â
Pengaman pertama adalah adanya benang pengaman yang melintang vertikal dalam lembaran uang kertas. Sedangkan pengaman kedua adalah yang disebut tanda air (watermark). Tanda air adalah gambar yang akan terlihat bila kita mengarahkan uang kertas kita ke sinar ultraviolet atau bisa juga diterawangkan di bawah sinar matahari yang mempunyai kandungan sinar ultraviolet.
Gambar tanda air ini macam-macam. Pada awal-awal Indonesia merdeka, gambar banteng dan Garuda Pancasila banyak menjadi desain tanda air uang kertas. Belakangan, wajah para pahlawan juga dijadikan tanda air uang kertas Indonesia. Namun biasanya kalau bagian depan sudah bergambar wajah seorang pahlawan, maka tanda airnya adalah wajah pahlawan lainnya.Â
Misalnya uang kertas Rp 10.000 bergambar Tjut Nja' Dhien, tanda airnya bergambar wajah WR Supratman. Wajah Supratman juga menjadi tanda air uang kertas Rp 10.000 terbitan 1992 bergambar depan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan uang kertas Rp 50.000 terbitan 1993 bergambar Presiden Soeharto.
Namun di uang kertas Rp 20.000 terbitan 1998 yang bergambar depan Ki Hajar Dewantara, tanda airnya juga Ki Hajar Dewantara itu sendiri. Inilah keunikannya, gambar depan uang kertas dan gambar tanda airnya adalah dari orang atau pahlawan yang sama.
Akhirnya, sekali lagi selamat Hari Pendidikan Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H