Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sri Sultan, Supratman, dan Pramuka

12 April 2020   12:37 Diperbarui: 12 April 2020   12:41 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, sejak 1912 ketika Indonesia masih dalam penjajahan Belanda dan disebut Hindia-Belanda, telah ada organisasi kepanduan. Berawal dari satu organisasi, lama-kelamaan menjadi begitu banyaknya.

Sampai akhir 1950-an tercatat ada sekitar 60 organisasi kepanduan di Indonesia. Itulah yang menyebabkan Presiden Soekarno dibantu Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatukan semuanya dalam satu wadah yang disebut Gerakan Pramuka. 

Sri Sultan Hamengku Buwono IX jugalah yang menjadi ketua pertama Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka. Jabatan yang  disandangnya beberapa kali, mulai masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970, sampai 1970-1974. Dalam masa baktinya itu, Gerakan Pramuka dikembangkan dengan baik.

Keputusan Munas Gerakan Pramuka 1988 yang menetapkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. (Foto: koleksi Kwarnas)
Keputusan Munas Gerakan Pramuka 1988 yang menetapkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. (Foto: koleksi Kwarnas)
Atas jasa-jasanya, pada Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka Tahun 1988 yang diadakan di Dili (saat itu masih merupakan ibu kota Provinsi Timor Timur), Sri Sultan Hamengku Buwono IX ditetapkan dengan suara bulat sebagai Bapak Pramuka Indonesia. 

Keputusan ditandatangani pada 8 November 1988 oleh Letjen TNI (Purn) Mashudi, Ketua Kwarnas saat itu yang juga menjadi Ketua Sidang dalam Munas Gerakan Pramuka 1988.

Wage Rudolf Supratman

Jelas sudah bahwa Perum Percetakan Uang RI (Peruri) sebagai pihak yang mendesain dan mencetak uang bergambar Sri Sultan Hamengku Buwono IX sudah tepat menampilkan wajah Bapak Pramuka Indonesia itu dengan latar belakang kegiatan kepramukaan di perkemahan. Walau dikenal sebagai Sultan Yogyakarta, beliau memang sangat lekat dengan kepramukaan.

Namun menariknya, uang kertas itu juga menampilkan tanda air yang gambarnya bisa disebut berhubungan pula dengan kepramukaan. Tanda air atau watermark adalah salah satu metode pengamanan uang kertas agar bisa dikenali sebagai uang asli dan bukan palsu. 

Tanda air itu biasanya dalam bentuk bayangan yang tidak terlihat langsung, dan baru bisa dilihat bila lembaran uang kertas tadi diterangi dengan sinar ultra violet atau ditengadahkan lembaran uangnya ke arah sinar matahari.

Untuk uang kertas dengan harga pecahan nominal Rp 10.000 bergambar Sri Sultan Hamengku Buwono IX ini, tanda airnya adalah wajah Wage Rudolf Supratman. Bisa dipastikan mendengar atau membaca nama itu, banyak yang sudah tahu siapa Supratman tersebut. 

Betul, beliau adalah pencipta lagu Indonesia Raya, yang pertama kali diperdengarkan dengan gesekan biolanya pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Lagu itu di kemudian hari dijadikan lagu kebangsaan Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun