Bukan ikut-ikutan Marie Kondo, penulis buku the life-changing magic of tidying up, sebuah buku tentang beres-beres rumah yang bisa membuat hidup seseorang lebih bahagia dan konon telah terjual 5 juta eksemplar, tetapi Senin, 13 Mei 2019, saya memang melakukan sedikit aksi beres-beres gudang di rumah keluarga di kawasan Jakarta Timur.
Ada sejumlah benda menarik terkait dengan tema kepramukaan -- paling tidak menurut saya -- yang ingin saya bagikan di sini. Pertama, Â foto resmi saya pertama kali sebagai bagian dari pengurus Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka. Aktif di organisasi pendidikan kepanduan itu sejak 1968, sejak 1995 saya direkrut sebagai Pembantu Andalan Nasional ataiu lazim disebut Pb. Annas oleh Ketua Kwarnas saat itu, Letjen TNI (Purn) Himawan Soetanto.
Inilah awal saya bergabung dalam kepengurusan Kwarnas, baik sebagai Pb. Annas, kemudian Annas, dan saat ini dalam periode Ketua Kwarnas dijabat oleh Komjen Pol (Purn) Budi Waseo, saya dipercaya sebagai salah satu Wakil Ketua Kwarnas.
Ketiga, beberapa lukisan. Ada yang karya saya, ada juga karya orang lain yang melukis potraiture diri saya. Yang unik, biasanya foto wajah dilukis dengan posisi tampak depan atau kalau pun sedikit miring masih lebih banyak terlihat tampak depannya, namun ini dilukis tampak samping. Foto wajah tersebut buatan seorang peluksi di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, pada 1996.
Ada juga gambar beberapa moda angkutan umum, saya lupa mengapa ada di situ, mungkin menggambarkan kesibukan angkutan mudik Natal dan Tahun Baru. Lukisan yang dikerjakan dalam suasana Natal itu, membuat saya juga menggambarkan The Grinch, salah satu tokoh antagonis dalam dongeng Natal. Di pojok kanan bawah ada tulisan "New Millenium Wisdom Please".
Keempat, Â saya juga menemukan paspor lama yang saya gunakan sewaktu mengikuti Jambore Kepanduan Sedunia di Thailand, akhir Desember 2002 sampai awal Januari 2003.
Ada yang unik di lembar paspor itu, karena petugas imigrasi Thailand juga membubuhkan stempel cap berlogo Jambore Dunia. Saya tidak tahu sebelum Jambore Dunia 2002/2003 itu, tetapi paling tidak saat Jambore Dunia 2007 di Inggris dan Jambore Dunia 2011 di Swedia yang juga saya hadiri, saya tidak menjumpai petugas impigrasi setempat melakukan hal yang sama.
Memang, sebagian besar memorabilia yang saya tampilkan bersifat pribadi, tetapi paling tidak ada sejarahnya yang menjadikan sebagai kenang-kenangan menarik. Bagaimana dengan memorabilia koleksi Anda?