Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

TKI di Hong Kong Diajak Berpramuka

24 Februari 2019   20:03 Diperbarui: 24 Februari 2019   20:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan musik dari Scout Association of Hong Kong. (Foto: SAHK)

Saat ini tercatat ada lebih dari 150.000 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hong Kong. Dari jumlah itu cukup banyak yang masih berusia muda antara 18 sampai 25 tahun. 

Scout Association of Hong Kong (SAHK), organisasi kepanduan/kepramukaan di Hong Kong, berinisiatif mengajak mereka memanfaatkan waktu senggang pada hari-hari libur kerja, untuk ikut berkegiatan pramuka.

Sebagaimana diketahui, pendidikan kepramukaan adalah pendidikan karakter yang dilakukan secara non formal dan menyenangkan, yang membantu membentuk karakter kaum muda menjadi manusia positif, mengedepankan persaudaraan, dan siap menolong siapa pun yang membutuhkan bantuan. Pendidikannya dilakukan dalam bentuk permainan dan aktivitas yang sebagian besar dilakukan di alam terbuka.

Kegiatan SAHK ini telah diketahui dan disetujui Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Hong Kong. Selain para TKI, anak-anak Indonesia di sana juga diajak ikut serta. Selain memperoleh pendidikan karakter yang membantu membentuk sikap dan perilaku yang positif, melalui para TKI yang sebagian pramuwisma, diharapkan dapat pula mengajak anak-anak majikan mereka ikut berpramuka. Dalam kaitan tersebut, diharapkan jumlah anggota SAHK dapat meningkat pula.

Nantinya bila anak-anak majikan mereka telah bergabung dalam SAHK, diharapkan para TKI yang telah mendapat pendidikan kepramukaan, bersedia pula membantu mengarahkan agar anak-anak majikan mereka tetap aktif berkegiatan kepramukaan. 

Di samping itu, para majikan tentunya lebih yakin pula bila yang mengantar anak-anak mereka ke kegiatan SAHK adalah pramuwisma di rumah mereka yang telah mendapat pendidikan kepramukaan dari SAHK.

Foto di atas dikirimkan oleh International Commissioner SAHK, Hubert Ho. Dalam acara yang berlangsung Minggu pagi, 24 Februari 2019, SAHK mengadakan kegiatan termasuk penampilan musik, dan para TKI yang telah bergabung ikut aktivitas kepramukaan di sana, ikut membantu merekrut anggota baru untuk SAHK. 

Sebagai informasi, di Hong Kong tidak seperti di Indonesia yang setiap siswa -- terutama di pendidikan dasar -- wajib mengikuti kegiatan kepramukaan. 

Di Hong Kong, diberikan kebebasan, kalau memang berminat silakan bergabung dengan SAHK. Itulah sebabnya, SAHK secara tetap tentu mengadakan aktivitas merekrut anggota baru.

Penampilan musik dari Scout Association of Hong Kong. (Foto: SAHK)
Penampilan musik dari Scout Association of Hong Kong. (Foto: SAHK)
Bagi TKI yang telah berusia di atas 25/26 tahun, juga tidak dilarang bergabung. Mereka diberikan kursus orientasi dan pelatihan-pelatihan bagi calon pembina pramuka agar  mempunyai keterampilan untuk mendidik para peserta didik. 

Pelatihan itu diharapkan dapat pula menjadi bekal sepulang mereka ke Indonesia, bila mereka ingin meneruskan pengabdiannya sebagai pembina pramuka.

Untuk sementara, karena kegiatan ini dikelola SAHK, para TKI masih mengenakan seragam SAHK. Kenapa bukan seragam Gerakan Pramuka? Pertama, SAHK tentu tidak memiliki stok seragam Gerakan Pramuka. Kedua, tentu saja sesuai aturan SAHK tidak dapat memberikan seragam Gerakan Pramuka, karena hanya satuan Gerakan Pramuka yang dapat memberikan seragam tersebut kepada seseorang.

Selanjutnya, bila KJRI di sana berniat mendirikan gugusdepan (gudep) Gerakan Pramuka, tentu mereka dapat bergabung dan mengenakan seragam pramuka Indonesia. Hanya berbeda dengan gudep Pramuka di luar negeri yang umumnya berpangkalan di sekolah-sekolah Indonesia di KBRI atau KJRI setempat, di Hong Kong ini anggotanya bukan siswa sekolah Indonesia, melainkan para TKI. 

Untuk itu mungkin ke depan dapat dipikirkan membentuk gudep teritorial, bukan berpangkalan di sekolah, melainkan langsung di KJRI Hong Kong. Para pejabat dan staf KJRI dapat menjadi majelis pembimbing dan pembina gudep di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun