Pelaksanaan uji coba LRT (Light Rapid Transit), moda transportasi rel terbaru di Jakarta, disambut hangat oleh masyarakat. Ribuan warga mencoba menaiki kereta ringan cepat yang berjalan pada rel yang dipancang di tiang-tiang tinggi. Uji coba yang dibuka untuk umum itu dilakukan di Stasiun LRT Velodrome, persis di depan lapangan balap sepeda velodrome di kawasan Jalan Pemuda, Jakarta Timur.
Setiap hari, uji coba dimulai pada pukul 14.00 WIB. Pengunjung diperkenankan menaiki LRT tersebut dengan rute Stasiun LRT Velodrome ke Stasiun LRT Boulevard Utara Kelapa Gading, lalu kembali lagi ke tempat semula.Â
Untuk perjalanan sekitar 5 kilometer itu, ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Termasuk sekitar 5-10 menit berhenti di Stasiun LRT Kelapa Gading.Â
Di sini pengunjung dapat turun sejenak, kemudian naik kembali LRT tersebut kembali ke tempat semula di Stasiun LRT Velodrome. Waktu tempuh memang cukup lama, karena LRT belum dijalankan dengan kecepatan normal.Â
Bagi yang sudah pernah mencoba naik moda transportasi sejenis di luar negeri, segera tahu bahwa kecepatan LRT dalam uji coba kali ini masih di bawah normal.
Setelah mendapat nomor Passcode baru pengunjung datang ke sana. Walaupun demikian dari pengamatan pribadi, tampaknya ada juga warga yang datang langsung, dan selama tempat masih ada, oleh petugas diizinkan ikut juga.
Secara keseluruhan, kehadiran LRT memang sudah sepantasnya. Setelah Palembang lebih dulu mempunyai LRT, maka kini menyusul ibu kota Republik Indonesia akhirnya jadi juga mempunyai moda transportasi baru tersebut.Â
Kehadiran LRT dan nanti MRT, serta dengan memperbaiki sistem transportasi terpadu, termasuk bus TransJakarta, kereta CommuterLine, maupun angkutan-angkutan umum lainnya, diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan di Jakarta.
Setelah mengikuti uji coba LRT yang dilengkapi dengan hidangan kecil dan minuman untuk para pengunjung dan disediakan di Stasiun LRT Velodrome, ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan.Â
Misalnya, jalur dan jarak LRT memang seyogyanya lebih luas lagi cakupannya. Kedua, untuk bangunan stasiun sudah memadai. Hanya mungkin karena belum 100 persen selesai, masih sedikit terasa gangguan. Misalnya di mesin untuk membeli kartu tiket, pada siang hari langsung tertimpa sinar matahari, jadi menyulitkan untuk melihat ke layar mesin kartu tiket tersebut.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pintu untuk masuk maupun ke luar -- di mana pengguna LRT nantinya men-tap kartu tiketnya -- perlu ada yang lebih lebar dari yang biasanya. Untuk memberi kesempatan kepada pengguna kursi roda maupun yang membawa kereta bayi.
Mungkin perlu dipikirkan di beberapa bagian, kalau tidak bisa seluruhnya, di tengah tangga juga diberi pegangan untuk memudahkan orang memegang saat turun dan naik tangga.
Di luar itu semua, yang juga perlu diperhatikan adalah memberi ruang di bagian bawah stasiun, sehingga orang yang menggunakan kendaraan -- baik angkutan umum maupun pribadi -- dan berhenti sebentar untuk menurunkan penumpang yang ingin naik LRT, tidak mengganggu lalu lintas jalan raya yang ada di bawah stasiun itu.
Apalagi bila juga seperti di beberapa negara, kartu tiket LRT bukan sekadar polos atau satu gambar saja, tetapi desain gambar kartunya berubah-ubah, misalnya mempromosikan pariwisata Jakarta, peristiwa penting di Indonesia seperti Pemilu 2019, iklan layanan masyarakat untuk mengajak masyarakat menjaga kebersihan, dan sebagainya. Makin keren deh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H