Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Puisi Tentang Pancasila

1 Juni 2018   10:41 Diperbarui: 1 Juni 2018   11:02 8459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah banyak puisi yang ditulis tentang Pancasila. Secara pribadi, saya pun telah menulis beberapa puisi tentang Pancasila. Sebagian telah dimuat di kumpulan puisi Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila (ISBN 978-602-6598-18-9) yang terbit di Jakarta bertepatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2017, atau setahun lalu.

dokpri
dokpri
Namun bukan di situ saja, puisi tentang Pancasila saya bukukan. Dalam kumpulan puisi terbaru saya Aargh Reformasi (ISBN 978-602-6598-43-1) yang peluncuran resminya dilakukan di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2018 lalu, ada juga puisi berjudul "Pancasila". Puisi yang lahir dari perenungan tehradap kondisi di Indonesia saat ini.

Walaupun Reformasi telah dkumandangkan 20 tahun lalu, ketika para mahasiswa bersatu padu dengan rakyat pada 1998 meneriakkan perlunya reformasi atau perubahan besar-besaran pada kondisi birokrasi pemerintahan dan politik untuk menuju Indonesia yang lebih baik, pada kenyataannya hal itu masih jauh yang diharapkan.

Kebebasan berbicara memang sudah mulai dirasakan, namun sayangnya justru kebablasan. Semakin banyak yang bicara seenaknya tanpa sopan santun dan bahkan menyebarluaskan kabar-kabar bohong serta fitnah keji. Tidak cukup sampai di situ, kerukunan dan jiwa toleransi antarumat beragama seperti "diobok-obok".

dokpri
dokpri
Antarsuku dan antargolongan juga seolah lupa terhadap sila-sila dalam Pancasila yang mengajak seluruh anak bangsa untuk bertakwa kepada TUHAN YME, mempunyai rasa kemanusiaan, selalu menjunjung persatuan dan kesatuan, serta hidup berdemokrasi dengan menempatkan rakyat sebagai yang utama, untuk mencapai tujuan Indonesia yang adil dan makmur untuk semua.

Semuanya seolah dilupakan, padahal itu juga yang menjadi salah satu tujuan ketika Reformasi dikumandangkan duapuluh tahun lalu. Maka lahirlah puisi "Pancasila" yang dimuat di halaman 63 kumpulan puisi Aargh Reformasi tersebut. Puisi berisi pertanyaan-pertanyaan ke manakah sila-sila dalam Pancasila itu?

Semoga di Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2018, kita mau mengingat kembali tentang butir-butir penting dalam Pancasila, dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus menjaga semangat Reformasi 1998, agar tidak luntur lagi. Melainkan tetap tumbuh dan berkembang dalam diri seitap warga negara Indonesia. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun