Iskandar Zulkarnain alias Isjet berhasil bikin galau dan kepo. Chief Operating Officer Kompasiana menurunkan tulisan "Lewat K-Rewards, Kami Ingin Mengapresiasi Semua Kompasianer" (baca di sini) pada 27 Maret 2018 ini dan menjadi salah satu "Artikel Utama" di platform blogger milik kelompok Kompas Gramedia tersebut.
Tulisannya menarik, karena di situ Isjet mengungkapkan, "Selama satu bulan, tercatat 743 Kompasianer berhasil mendapatkan minimal 5.000 pageviews. Total pageviews yang mereka dapat adalah 9.853.903 atau hampir 10 juta keterbacaan". Satu bulan yang dimaksud adalah penghitungan dari tanggal 23 Februari sampai 23 Maret 2018.
Nah, ini yang bikin galau dan kepo. Ada 743 Kompasianer, apakah di antaranya terdapat pula nama saya dan nama beberapa teman saya sesama Kompasianer yang telah saya kenal jauh sebelum aktif menulis di Kompasiana?
Galau karena selama ini tulisan-tulisan saya lebih banyak dimuat di rubrik "Humaniora", yang tidak begitu banyak pembacanya. Berbeda dengan tulisan-tulisan soal politik atau ekonomi, yang satu tulisan dengan mudah langsung dibaca di atas .000 orang.Â
Ya, 5000 pembaca memang batas minimal dari Kompasiana untuk menentukan apakah seorang Kompasianer berhak mendapatkan K-Rewards atau tidak. Kenapa ada angka 5000 pembaca atau keterbacaan? Lagi menurut Isjet, agar uang yang diterima tidak terlalu sedikit.
Padahal tadinya saya termasuk yang cuek saja. Tidak terlalu peduli dengan program tersebut. Selain karena tingkat keterbacaan tulisan-tulisan saya -- seperti saya sebutkan sebagian besar di rubrik "Humaniora" -- tidak terlalu tinggi, juga karena memang tujuan saya memanfaatkan platform blog Kompasiana atau pun berbagai blog gratis lainnya, adalah untuk menyalurkan hasrat menulis saya, agar bisa mendapatkan kepuasan batin.
Sejak kecil saya memang telah senang menulis. Itulah sejak SMP -- bahkan mungkin SD -- saya sudah menulis cita-cita saya ingin menjadi sastrawan atau wartawan. Ternyata akhirnya 30 tahun saya bekerja sebagai wartawan tetap di media cetak, dan bahkan belakangan ini juga kembali berkiprah di dunia sastra, dengan menerbitkan buku-buku kumpulan puisi.Â
Terbaru adalah kumpulan puisi saya berjudul Tahun Politik dan Uangyang diterbitkan oleh CV Pasific Press dengan nomor ISBN 978-602-51310-4-2, dan diluncurkan pada Maret 2018 ini.
Tapi sekarang, dengan adanya tulisan Mas Isjet, selain bikin galau, juga bikin kepo. Ingin tahu, adakah nama saya di situ. Ternyata dalam tautan artikel yang disertakan di tulisan Isjet, yaitu tulisan dari tim Kompasiana berjudul "Deretan Kompasianer yang Berhak Meraih Pendapatan dari Program K-Rewards" (baca di sini) ada juga nama saya.
Tidak banyak memang. Saya diberi Rp 146.900, tapi itu sudah membuat kepo alias rasa penasaran saya terobati. Ternyata selama sebulan, tulisan-tulisan bila dijumlahkan pembacanya berhasil juga mencapai angka 5000 keterbacaan. Lumayan.
Tapi saya masih galau. Saya belum melakukan registrasi dan verifikasi K-Rewards. Untung di tulisan tim Kompasiana itu dicantumkan, "Bagi Kompasianer yang berhasil mendapatkan K-Rewards namun belum mengisi kolom Mandiri e-cash, kalian masih memiliki waktu sampai tanggal 1 Apriluntuk melengkapi kolom tersebut".
Ah, masih sempat. Saya pun buru-buru mengunduh aplikasi Mandiri e-cash dan mengisi kolom di akun pribadi saya di Kompasiana. Lumayan dapat uang, yang tampaknya seperti sudah-sudah, bakal digunakan untuk mencari bahan menulis lagi. Apa itu? Tentu saja buku bacaan dan juga pergi ke perpustakaan, fotokopi berbagai bahan tulisan yang ada.
Dari tulisan jadi uang jadi tulisan lagi. Begitu terus berputar. Terima kasih Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H