Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baden-Powell Tetap Hidup

8 Januari 2018   08:51 Diperbarui: 8 Januari 2018   09:35 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baden-Powell dalam seragam militer Kerajaan Inggris. (Foto: WOSM)

Berdasarkan catatan sejarah, Robert Stephenson Smyth Baden-Powell atau yang lebih dikenal dengan panggilan Baden-Powell dan sering pula disingkat B-P (baca: Bipi), meninggal dunia di Nyeri, Kenya, pada 8 Januari 1941. Dilahirkan di Inggirs pada 22 Februari 1857, B-P meninggal dunia menjelang usianya ke-84. Tetapi bagi para Pramuka atau Pandu di seluruh dunia, B-P tetap hidup.

B-P memang yang menggagas lahirnya gerakan pendidikan kepanduan. Suatu pelengkap bagi pendidikan informal di lingkungan keluarga dan masyarakat, serta pendidikan formal di sekolah-sekolah. Gerakan kepanduan memosisikan diri sebagai pendidikan nonformal, walaupun ada kecenderungan di sejumlah tempat -- termasuk di Indonesia saat ini -- menjadikannya bagian dari pendidikan formal di sekolah.

Gerakan kepanduan lahir dari keprihatinan B-P melihat kondisi anak-anak dan remaja di London dan sekitarnya. Pulang dari Mafeking, suatu wilayah yang kini menjadi bagian dari Afrika Selatan, B-P dianggap sebagai pahlawan karena berhasil mempertahankan wilayah tersebut selama 217 hari di paro pertama 1900 sebelum bala bantuan tentara kerajaan Inggris tiba. Padahal tadinya Mafeking telah dikepung musuh dari segenap penjuru, tapi B-P berhasil mengkordinir dan membangkitkan moral pasukannya untuk bertahan.

Baden-Powell dalam seragam militer Kerajaan Inggris. (Foto: WOSM)
Baden-Powell dalam seragam militer Kerajaan Inggris. (Foto: WOSM)
Sayangnya, sambutan dan ungkapan pahlawan kepada dirinya, tak membuat B-P senang seutuhnya. Ketika berjalan-jalan di sekitar London, dia melihat banyak anak dan remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja. Bahkan beberapa di antaranya sudah mengarah kepada tindak kriminalitas yang mencemaskan masyarakat di sana.

B-P menganalsis dan menemukan salah satu penyebabnya, tidak tersedianya kegiatan positif bagi anak-anak dan remaja itu. Di lain pihak, dia mengamati juga bahwa bukunya Aids to Scouting yang tadinya ditulis sebagai panduan bagi para calon prajurit di Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris, ternyata diminati secara luas, termasuk dibaca pula oleh anak-anak dan remaja.

Buku panduan bagi calon prajurit itu berisikan tata cara menjadi prajurit, bagaimana bertahan hidup di alam tebuka, bagaimana bisa mendeteksi keberadaan musuh tanpa ketahuan, mengenal tumbuhan yang bisa dimakan, dan sebagainya.

Maka timbul ide pada diri B-P untuk menulis ulang buku itu, sehingga lebih cocok bagi anak dan remaja. Agar lebih lengkap, B-P mengajak 20 anak dan remaja dari London untuk berkemah bersamanya di Pulau Brownsea, dekat London pada 1 Agustus 1907. Setelah beberapa hari berkemah dan kembali ke London, B-P mulai menulis ulang buku Aids to Scouting ditambah pengalamannya selama di Pulau Brownsea, agar lebih cocok bagi anak dan remaja.

Maka pada 1908, buku baru yang diberinya judul Scouting for Boys pertama kali terbit dibuat dalam bentuk buklet tipis dalam enam kali penerbitan. Buku itu segera menjadi best seller di mana-mana, dan dari situlah Scouting movement atau gerakan kepanduan lahir.

Buku
Buku
Bukan hanya di Inggris, gerakan kepanduan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Pada 1912, gerakan kepanduan masuk ke Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia-Belanda. Adalah seorang yang bernama Johannes P. Smits, pegawai jawatan meteorologi Hindia-Belanda, yang memulai mengumpulkan sejumlah anak-anak Belanda di Jakarta, yang dulu bernama Batavia.

B-P sendiri pernah datang ke Indonesia (Hindia-Belanda) dalam perjalanannya keliling dunia pada 1934. Bersama istri dan anak-anaknya, B-P mengunjungi Indonesia, setelah sebelumnya dari Malaysia dan Singapura. Setelah kapal laut yang ditumpanginya bersandar di dermaga Pelabuhan Tanjung Priok pada awal Desember 1934, B-P dan keluarganya selain ke Batavia, juga sempat mengunjungi Semarang dan Surabaya. Bahkan B-P singgah pula di Candi Borobudur.

Dari tanah Jawa, B-P melanjutkan perjalanan dengan kapal S.S. Marela menuju Australia. Dia menghadiri Jambore Nasional Australia yang diadakan di Bumi Perkemahan Frankston, pada akhir Desember 1934.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun