Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

2017, Dari Kumpulan Puisi Sampai Relawan Pramuka

31 Desember 2017   22:20 Diperbarui: 31 Desember 2017   22:30 3422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota relawan internasional di Konferensi ke-41 Gerakan Kepanduan Sedunia di Baku, Azerbaijan. Saya duduk berbaju merah. (Foto: WSC 2017)

Banyak catatan dari tahun 2017 yang beberapa jam lagi akan berakhir. Bagi saya pribadi tahun ini merupakan "Tahun Kumpulan Puisi" dan sekaligus "Tahun Kerelawanan Pramuka". Dua-duanya betul-betul tak terduga dan tak terpikirkan sedikit pun, bahkan setelah 2017 memasuki paling tidak bulan pertamanya.

Baru di Maret 2017, saya terpikirkan untuk membukukan puisi-puisi saya. Menerbitkan kumpulan puisi bukan yang pertama bagi saya. Pada 1981 saya telah menerbitkan kumpulan puisi "Kepada Kau". Tapi lalu lama tak ada lagi gemanya, walau sesekali masih juga saya menulis puisi.

Belakangan, pada sekitar 2014-2015 saya kembali cukup sering menulis puisi, apalagi setelah ada ajakan dari sahabat Pelatih Pembina Pramuka dari Bengkulu, Herman Suryadi, untuk menerbitkan antologi puisi bersama. Mulai dari puisi dengan tema Bengkulu sampai antologi puisi tentang Lord Baden-Powell, Bapak Pandu Sedunia.

Saya dan tiga buku kumpulan puisi karya saya di tahun 2017 ini. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
Saya dan tiga buku kumpulan puisi karya saya di tahun 2017 ini. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
Pada 23 April 2017 bertepatan dengan Hari Buku Sedunia, saya meluncurkan kumpulan puisi "Kubayangkan Chairil Anwar". Berlanjut dengan kumpulan puisi "Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila", dan seterusnya "Puisi Itu Adalah". Tidak tanggung-tanggung, dalam setahun saya menghasilkan tiga buku kumpulan puisi. Itu masih ditambah lagi beberapa antologi puisi bersama para penyair lainnya.

Anggota relawan internasional di Konferensi ke-41 Gerakan Kepanduan Sedunia di Baku, Azerbaijan. Saya duduk berbaju merah. (Foto: WSC 2017)
Anggota relawan internasional di Konferensi ke-41 Gerakan Kepanduan Sedunia di Baku, Azerbaijan. Saya duduk berbaju merah. (Foto: WSC 2017)
                                                  

Dua Konferensi Sedunia

Selain "Tahun Kumpulan Puisi", saya juga mencatat 2017 sebagai "Tahun Kerelawanan Pramuka". Paling tidak dalam arti sempit untuk diri saya pribadi. Tanpa diduga dan dipersiapkan jauh sebelumnya, saya terpilih menjadi relawan Pramuka di dua konferensi sedunia. Pertama, sebagai anggota International Volunteers Team pada Konferensi  ke-41 Gerakan Kepanduan Sedunia di Baku, Azerbaijan. Kedua, sebagai relawan pada Konferensi ke-28 International Scout and Guide Fellowship atau Persaudaraan Pandu dan Pramuka Wreda Internasional, yang diadakan di Bali, Indonesia.

Untuk yang pertama, saya berada di Baku, ibu kota Azerbaijan, negara yang berada di antara Rusia dan Iran, sejak 31 Juli sampai 20 Agustus 2017. Sedangkan yang kedua, saya berada di Sanur, Bali, dari 6 sampai 14 Oktober 2017. Baik yang pertama maupun yang kedua, semua biaya perjalanan dan akomodasi ditanggung oleh panitia. Jadi bisa dikatakan saya mendapatkan kesempatan jalan-jalan gratis di samping tugas sebagai relawan.

Daftar nama relawan internasional pada Konferensi ke-41 Gerakan Kepanduan Sedunia di Baku, Azerbaijan. (Foto: koleksi pribadi)
Daftar nama relawan internasional pada Konferensi ke-41 Gerakan Kepanduan Sedunia di Baku, Azerbaijan. (Foto: koleksi pribadi)
Untuk yang pertama malah lebih seru lagi. Saya baru tahu ada kesempatan menjadi relawan internasional itu di hari terakhir pendaftaran. Jadi segera saya isi formulir dan kirim kembali. Belakangan saya mendapat informasi ada lebih 400 pendaftar dari 100 negara yang memasukkan formulir. 

Panitia kemudian melakukan seleksi administrasi dan wawancara melalui skype. Tak disangka, saya terpilih menjadi satu dari hanya 20 relawan internasional. Jadi hanya 20 orang yang dipilih dari 400 lebih pelamar.

Dari Indonesia hanya saya satu-satunya, bahkan juga hanya saya yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Lebih membanggakan bagi saya, karena di Baku saya juga ditugaskan menjadi penyelia dan penyunting berita tulisan yang dihasilkan tim media dalam Bahasa Inggris. 

Satu hal lagi, ternyata saya adalah relawan tertua di Konferensi Gerakan Kepanduan Sedunia itu. Teman-teman lainnya berusia 20 tahunan dan 30 tahunan, serta ada beberapa yang sudah 40 tahun. Namun yang di atas 50 tahun, hanya saya dan sahabat dari Kroasia yang lima tahun lebih muda dari saya.

Bersama teman-teman relawan di Sanur, Bali. (Foto: ISJ)
Bersama teman-teman relawan di Sanur, Bali. (Foto: ISJ)
Sedangkan untuk yang di Bali, persahabatan saya dengan kakak-kakak dari Hipprada atau Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda, dan juga karena mereka mengetahui kemampuan saya dalam bidang media, membuat saya dipilih sebagai salah satu relawan. Tidak sendiri, karena ada juga beberapa teman dari komunitas Indonesia Scout Journalist (ISJ) yang ikut menjadi relawan dalam acara di Bali itu.

Sungguh saya bersyukur untuk semuanya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun